Oleh. Layyina Mujahida Fillah
(Aktivis Dakwah Milenial)
Muslimahtimes.com–Bulan baru saja berganti, Agustus telah pergi, dan kini September menyapa penduduk bumi. Terlebih lagi untuk penduduk Kepulauan Nusantara yang baru saja selesai merayakan HUT Republik Indonesia ke-77. Namun, sayang sekali, setelah merayakan agustusan, justru di awal bulan September ini, rakyat Indonesia dikejutkan dengan munculnya sebuah kabar dari pemerintah Indonesia, yaitu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Ya, tidak tanggung-tanggung, ini berita yang sangat krusial. Karena BBM adalah kebutuhan rakyat, seluruh rakyat butuh untuk menggunakannya. Maka, jika terjadi kenaikan harga, pasti akan semakin menyusahkan rakyat. Dan dengan kenaikan harga BBM, maka juga dapat dipastikan akan terjadi kenaikan harga barang-barang, meningkatnya inflasi sampai turunkan daya beli.
Maka tidak heran, jika rakyat Indonesia banyak yang melakukan aksi penolakan. Karena memang kebijakan ini sangat menzalimi rakyat, terutama yang kalangan ekonomi menengah ke bawah. Namun sayang, suara rakyat sepertinya tidak sampai kepada rezim Indonesia. Karena dilansir dari KOMPAS.com – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pertalite, solar, dan pertamax resmi naik, berlaku mulai hari ini, Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
Inikah hadiah Agustusan untuk rakyat? Seperti inikah rasanya kemerdekaan? Atau mungkin memang inikah yang terjadi ketika sebuah negara telah merdeka? Jika jawabannya tidak, maka patut dipertanyakan kembali, benarkah Indonesia telah merdeka? Namun, kenapa rakyat tetap susah dan tidak sejahtera? Harusnya jika suatu negeri merdeka, maka pemerintah bisa bertanggung jawab menjamin tersedianya BBM yang sangat murah-gratis karena berkuasa secara penuh.
Bukankah saat ini Indonesia menggunakan sistem demokrasi? Yang katanya digembar-gemborkan adalah sistem dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Namun, kenapa rakyat harus selalu memberikan dan membayar banyak hal, seperti pajak, asuransi, BPJS juga pendidikan, kesehatan, dan keamanan yang seharusnya adalah tanggung jawab negara/pemerintah. Dan semua itu bukan dengan biaya yang murah, ditambah dengan kenaikan harga BBM saat ini. Sebenarnya itu untuk siapa? Yang jelas tidak mungkin untuk rakyat.
Padahal seharusnya negara/pemerintah adalah pelayan rakyat, dipilih untuk mengurusi urusan rakyat agar semakin sejahtera. Rasulullah saw bersabda, “Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam Al Bukhari dan Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Umar r.a.)
Maka, jelas sudah bahwa sistem ini bukan berasal dari Allah dan Rasul-Nya, demokrasi hanyalah omong kosong, hanya punya slogan tak berarti yang penerapannya hanya menguntungkan oligarki. Rakyat hanya diberi janji-janji manis, dirayu dengan hanya segepok uang dan beras, untuk kemudian diperalat dengan kebijakan yang menguntungkan penguasa dan oligarki. Sistem buatan manusia memang tidak bisa diandalkan. Karena manusia itu sendiri memang lemah, terbatas dan serba kurang.
Jadi, yang kita butuhkan adalah sistem dari Allah Swt, yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, yaitu sistem Islam, Khilafah, dan bukan yang lain. Sistem ini jugalah yang diterapkan oleh Khulafaur Rasyidin, Khalifah Umayyah, Abassiyah dan Utsmaniyah sehingga Islam saat itu berhasil diwujudkan menjadi Islam rahmatan lil’alamin, tersebar di 2/3 dunia dan berkuasa hingga sekitar 13 abad lamanya. Karena dengan menerapkan hukum-hukum Allah Swt secara kaffah lah akan tercapai kemerdekaan hakiki.
Maka, dapat disimpulkan bahwa saat ini kita sesungguhnya belum mendapatkan kemerdekaan yang hakiki. Yaitu merdeka dari menghamba/tunduk kepada manusia lain dan hanya tunduk kepada Allah Swt semata. Karena saat ini masih diterapkannya sistem demokrasi yang tunduk kepada materi maupun oligarki, dan di sisi lain mengubur dalam-dalam akidah Islam dan hukum-hukum syariat dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Akhirnya, seperti inilah yang terjadi. Kekacauan, kerusakan dan kemiskinan. Maka, tentu sebagai seseorang yang bisa berpikir, terlebih sebagai seorang muslim, jelas sudah akan kemana perubahan ini dibawa. Bukan kepada sistem lain, bukan kepada manusia lain, tetapi kembali kepada Sang Pencipta, Allah Swt. Marilah kita menuju kepada kemerdekaan yang hakiki dengan menerapkan syariat secara kaffah dalam bingkai Khilafah. Wallahua’lam bishowab.