Oleh. Wulansari Rahayu, S. Pd
(Penggiat Dakwah dan Anggota Revowriter)
Muslimahtimes.com–Paradoks problem anak stunting dan kurang gizi di negeri berlimpah kekayaan sumber pangan dan energi. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng sejumlah mitra swasta dan asing untuk memperkuat penanganan penurunan prevalensi stunting berdasarkan keterangan yang diambil dari jambi.antaranews.com.
Stunting sendiri disebabkan oleh gizi buruk. Tidak tercukupinya kebutuhan pada tubuh anak , hal ini menjadikan tumbuh kembang anak tidak optimal. selain itu sanitasi yang buruk juga turut berkontribusi memunculkan berkembangnya berbagai jenis penyakit. Semuanya ini terjadi karena kemiskinan yang mendera dan merata. Sehingga solusi untuk masalah stunting seharusnya dengan mengentaskan kemiskinan.
Harus diakui bahwa kemiskinan melekat erat di setiap urat jantung negara ini. Bahkan hingga pelosok negeri. Seperti lingkaran setan yang tidak terputus. Penerapan sistem ekonomi kapitalisme merupakan sebab pokok kemiskinan tak kunjung selesai. Negara yang berada dalam asuhan sistem kapitalisme sekuler telah melahirkan jurang pemisah yang sangat dalam antara orang miskin dan orang kaya. Orang miskin kesulitan mengakses pelayanan kesehatan, sanitasi dan gizi yang memadai. Hidup seadanya, sedangkan orang kaya alias pemilik modal berlenggang kangkung menikmati kemewahannya. Mereka mendapatkan semua fasilitas yang ada.
Kalau pemerintah benar-benar serius ingin mengentaskan stunting, sudah selayaknya pemerintah memikirkan bagaimana kesejahteraan rakyatnya. Tidak membuat kebijakan yang justru menambah tinggi nominal angka kemiskinan. Seperti kebijakan kenaikan harga BBM, hal ini mencekik leher masyarakat, kebutuhan akan semakin mahal.
Alih-alih memikirkan nilai gizi, memenuhi kebutuhan perut pun sulit.
Kerja sama dengan swasta dan asing dalam mengatasi stunting hanya menegaskan berlepas tangannya pemerintah dari tanggung jawab menyejahterakan rakyat. Bukan akar masalah yang diselesaikan justru menambah masalah baru.
Tentu dalam sistem hari ini, dimana uang menjadi prioritas utama, tidak ada yang namanya makan siang gratis. Swasta dengan jiwa “dagang” nya pastinya tidak mau rugi. Sehingga bisa jadi swasta maupun asing akan membuat program program yang menguntungkan dirinya. Akhirnya niat membasmi stunting seperti jauh panggang dari api.
Selain itu, kerja sama dengan asing juga berpotensi menjadi pintu masuk program-program asing yang bisa mengeksploitasi potensi generasi dan mengarahkan pembangunan SDM demi kepentingan asing. Pemuda yang seharusnya bisa berdaya lebih dengan potensi yang dimilikinya di manfaatkan untuk menjalankan strategi asing demi keuntungan ekonomi mereka.
Lebih jauh masalah stunting sebenarnya bukan hanya perkara kekurangan gizi pada balita saja melainkan persoalan sistemis dari berbagai sudut kehidupan masyarakat. Dan yang butuhkan adalah pergantian sistem secara menyeluruh.
Karenanya sudah selayaknya kita memikirkan opsi lain dalam menyelesaikan masalah stunting ini. Islam dengan keterkaitan hukum satu dengan yang lainnya serta keterpaduannya mampu menjawab masalah ini.
Penerapan hukum yang sifatnya parsial justru membuat banyak ketimpangan. Apalagi sistem kapitalis hari ini yang hanya berpaku pada untung rugi, mustahil bisa menyelesaikan stunting secara tuntas.
Sebaliknya Islam menjamin sistem lingkungan hidup dan tata kota dalam Islam. Seluruhnya didedikasikan untuk kemaslahatan umat. Industri boleh beroperasi dengan syarat tidak boleh menzalimi rakyat maupun lingkungan. Islam menjadikan rakyat sebagai prioritas utama.
Akhirnya kita harus membuka mata lebar bahwa penyelesaian stunting mulai dibahas dari sudut pandang Islam agar dapat selesai tuntas. Karena persoalan keluarga, khususnya stunting, makin pelik beriringan dengan kuatnya cengkeraman sistem demokrasi kapitalisme jika tidak kembali pada aturan-Nya.
Wallahu alam bi Showab