
Oleh. Riri Rikeu
Muslimahtimes.com– Dalam masyarakat Islam hubungan antar individu diikat oleh keimanan pada Allah Swt. Setiap interaksi dilandaskan pada tolong-menolong dalam beramal saleh. Pada konteks bertetangga misalnya, Islam memberikan panduan yang sempurna bagaimana berinteraksi satu sama lain. Landasan dalam bertetangga pun adalah keimanan pada Allah Swt, sehingga tidak dikenal istilah individualisme.
Salah satu dalil yang memberikan panduan dalam interaksi dengan tetangga adalah dalil berikut ini. Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.” (HR At-Thabrani).
Dengan dalil tersebut, seseorang meniscayakan agar dia hendaknya memberikan perhatian yang baik terhadap tetangganya. Salah satunya kepedulian terhadap kebutuhan pokok tetangganya. Apakah tetangganya bisa memenuhi kebutuhan pangan atau tidak? Jika tidak bisa memenuhi maka, tetangga yang berkecukupan harus memberikan makanan.
Tentu itu semua akan terjadi jika masyarakatnya memiliki perasaan yang islami dan diikat oleh aturan yang sama yaitu dengan aqidah Islam. Masyarakat Islam akan berlomba-lomba dalam berbuat baik agar meraih derajat takwa.
Sehingga sangat mustahil kejadian tewasnya keluarga yang baru diketahui oleh sekitar setelah tiga pekan lamanya. Itu pun karena bau yang keluar dari rumah korban tercium tetangganya. Hal ini sungguh sangat miris sekali. Pada kasus tersebut, korban memang dikenal tertutup meski sudah 20 tahun tinggal di lingkungan tersebut. Memang sudah lumrah diketahui jika pola bertetangga dalam lingkungan perumahan rentan dengan suasana individualisme. Hal ini sangat kontras dengan konsep bertetangga dalam Islam.
Bagaimana adab bertetangga dalam Islam seharusnya? Berikut beberapa adab bertetangga yang harus diketahui. Pertama, harus berbuat baik pada tetangga. Dalilnya adalahl Allah Swt telah berfirman pada QS. An-Nisa ayat 36: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki.”
Kedua, menghormati dan menghargai tetangga. Dalilnya adalah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah saw bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, tidak mengganggu tetangga. Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.” Para sahabat lalu berkata: “Terdapat wanita lain. Dia (hanya) melakukan salat fardhu dan bersedekah dengan gandum, namun ia tidak mengganggu tetangganya.” Beliau bersabda: “Dia adalah dari penduduk surga.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 119. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini sahih).