Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute)
MuslimahTimes.com – Di dunia ini, ada individu yang diciptakan dengan karakter temperamental. Jika marah, cenderung tidak terkendali. Misal melempar-lempar barang. Berteriak kencang hingga mengeluarkan kata-kata pedas. Memukulkan diri ke dinding. Bahkan melampiaskan pada orang-orang di sekitarnya dengan kekerasan.
Akibat sifat temperamental ini, seorang suami, bisa menganiaya istri, dan seorang ibu bisa menganiaya anak-anaknya. Tak peduli dia seorang berpendidikan, atau bahkan aktivis pengajian, jika emosi sedang memuncak, amarah meluap tanpa kendali. Bagaimana mengatasi diri dari sifat seperti ini?
1. Kendalikan Diri
Memutus rantai amarah, dimulai dari diri sendiri. Kendalikan emosi. Kelola dengan bijak. Katakan pada diri, bahwa marah tidak menyelesaikan masalah. Yakinkan bahwa kita bisa mencari solusi tanpa meluapkan emosi. Percaya bahwa diri ini bisa berubah. Diri ini bisa lebih lembut.
Jangan melabeli diri, “Saya memang pemarah, tidak akan bisa berubah.” Tetapi ubahlah dengan keyakinan, bahwa “Saya bisa berubah menjadi tidak pemarah.” Jangan menyangkal nasihat. Jangan berpikir anjuran untuk lembut itu percuma, karena tidak sesuai dengan kondisi dan sifat kita. Mudah dikatakan tapi sulit untuk dilakukan, terlalu teoritis, situasinya berbeda, dan semacamnya. Bila menyimpan penyangkalan seperti ini, maka nasihat apapun dan dari siapapun tidak akan mengubah apapun. Sekali lagi, semua ada di kendali diri.
2. Berempati
Tempatkan diri kita pada posisi korban. Bayangkan jika kita berada di posisi yang dimarahi habis-habisan. Apakah kita suka? Apakah kita akan merasa nyaman jika dimarahi, dikata-katai dan bahkan dianiaya oleh orang di sekitar kita?
3. Hindari Faktor Pemicu
Lakukan observasi untuk mengenali apa saja faktor pemicu marah kita. Umumnya, manusia mudah tersulut emosi jika dalam kondisi lapar, kelelahan, tertekan akibat tidak sesuainya kenyataan dari harapan, ada masalah berat yang harus dipecahkan, salah paham dengan orang lain, atau perilaku orang lain yang tidak menyenangkan. Nah, coba hindari dan jauhkan diri dari segala faktor pemicu tersebut.
Usahakan tidak terlambat makan, agar perut selalu terisi dan tidak mudah tersulut emosi. Istirahatlah yang cukup. Sempatkan olah raga sampai berkeringat, karena akan memicu hormon kebahagiaan. Berkomunikasi secara terbuka, akrab dan cair dengan relasi, sehingga terjadi saling pengertian dan pemahaman. Termasuk dengan pasangan, hingga tidak terjadi kesalahpahaman.
4. Cari Pelampiasan Paling Aman
Jauhkan diri kita dari barang dan orang saat emosi jiwa. Daripada melempar barang yang nantinya merugikan diri sendiri, lebih baik menyendiri dulu sejenak. Entah menyendiri di kamar, mendengarkan murotal, mencurahkan amarah lewat tulisan, atau keluar sejenak ke taman dekat rumah. Tenangkan diri. Bicaralah pada diri sendiri. Ketika amarah mulai mereda, istighfar, cuci muka, berwudu dan salatlah.
5. Emosi Jangan Selalu Dituruti
Bedakan marah dengan tegas. Saat menegakkan aturan dan kedisiplinan, tidak harus dengan cara marah. Terkadang, orang lain memang sangat menguji kesabaran. Misalnya anak-anak yang sulit diarahkan, hingga hilang kesabaran. Tapi, terlalu sering marah justru akan menurunkan nilai kita sendiri.
Jadi, sebisa mungkin, hindari marah. Apalagi sampai melempar barang dan menyakiti orang lain. Jika masih sulit mengendalikan amarah, konsultasikan diri ke psikolog untuk mendapat bantuan dari profesional. Barangkali ada gangguan mental yang terpendam.
6. Dekatkan Diri pada Allah
Kunci paling kuat adalah mendekatkan diri pada Allah Swt. Meminta agar dijaga dan dilindungi dari sifat amarah. Memohon agar dijauhkan dari godaan setan yang memicu amarah. Berdoa, meminta selalu dilembutkan hati dan jiwa. Lalu, berusaha sungguh-sungguh menjadi pribadi yang lebih lembut dengan senantiasa berzikir. Memperbanyak istighfar. Selalu ingat Allah dalam setiap menyelesaikan masalah.
Senjata orang beriman adalah sabar, sabar dan sabar. Latih terus kesabaran ini agar sifat temperamental terkendali. Semoga kita semua terhindar dari sifat temperamental dan jika itu memang ada, semoga Allah menjaganya dari pelampiasan yang tak terkendali.(*)