
Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt
(Pemerhati Generasi dan Kebijakan Publik)
Muslimahtimes.com–Fakta terjadinya pembajakan atas potensi pemuda hari ini adalah nyata. Digunakan untuk melanggengkan kapitalisme dan menebalkan dompet para kapitalis saja. Sehingga potensi besarnya untuk memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat mengalami pengebirian. Pemuda tersibukan dengan sekadar urusan memenuhi kebutuhan dan keinginannya saja.
Sehingga tak heran jika banyak pemuda tersandung berbagai macam kasus yang melemahkan mereka. Pergaulan bebas, narkoba, tawuran, geng motor dan tindak kriminal lainnya. Hitungannya bukan lagi satu dua orang, namun sudah mencapai ratusan bahkan jutaan pemuda dari seluruh kasus kriminal yang menjeratnya. Sehingga penjara anak misalkan, yang menjadi solusi akhir bagi kenakalan pemuda belia, tidak membuatnya jera melakukan tindak dan kasus kriminal. Selain karena kebutuhan perut, juga sebab kebutuhan eksistensi dari yang lahir dari dorongan naluri.
Padahal tidak ada yang salah dengan kebutuhan perut dan kebutuhan eksistensi diri, sebab memang ada dalam setiap manusia bahkan seluruh makhluk hidup, hanya saja pemenuhannya jika tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, terutama ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat, pasti akan berujung pada malapetaka.
Kesalahan dalam memenuhi kebutuhan perut dan kebutuhan naluri ini, sebab pemuda tidak tahu bagaimana cara memenuhinya dengan cara yang benar. Hal demikian tidak lepas dari orang tua yang tidak peduli dengan kebutuhan para pemuda yang ingin diakui eksistensi dirinya. Sebab kesibukan orang tua dalam bekerja memenuhi kebutuhan hidup dan keinginan.
Selain itu, juga kurangnya kepedulian dalam masyarakat terhadap para pemuda. Hampir mayoritas masyarakat berpikir hanya untuk menyelamatkan diri dan keluarganya saja, tak peduli dengan urusan tetangga dan anak tetangga. Hal ini menyebabkan tumbuh berkembangnya sikap cuek dan antisosial dalam masyarakat. Sehingga pemuda menjadi lepas kontrol sebab tidak adanya kontrol yang benar dari masyarakat. Semua sibuk menyelamatkan kepentingannya sendiri. Inilah wajah egoisme masyarakat kita hari ini.
Sebuah egoisme yang dibentuk secara langsung oleh sistem hidup yang hari ini mengatur seluruh kehidupan manusia, yaitu sistem sekuler kapitalisme yang mengesampingkan aturan agama (syariat), dalam mengatur kehidupan. Seluruh aspek kehidupan pengaturannya hanya diserahkan pada hawa nafsu manusia yang disetir oleh para kapitalis yang berkelindan dengan penguasa sistem lokal dan global dunia. Maka, menjadi sebuah keniscayaan, jika potensi baik para pemuda hanya akan dimanfaatkan oleh sistem sekuler kapitalisme untuk melanggengkan eksistensi sistem sekuler kapitalisme, yang pada tataran faktanya justru membuat para pemuda terjebak dalam perilaku yang meresahkan dan merusak.
Berapa banyak para pemuda yang terperangkap masuk LGBT misalkan, padahal secara akademik mereka adalah para pemuda yang cerdas. Berapa banyak para pemuda yang terjebak dalam kasus pinjaman online yang meresahkan, padahal mereka berstatus sebagai mahasiswa. Berapa banyak para pemuda yang masuk dalam perangkap jual beli narkoba yang mematikan, padahal mereka duduk dibangku sekolah. Berapa banyak para pemuda yang terlibat dalam bisnis pornografi dan pergaulan bebas, bahkan berani tampil menjadi muncikari dalam bisnis mesum, padahal mereka adalah seorang terpelajar.
Karenanya perlu ada upaya untuk menyelamatkan para pemuda, dari seluruh jebakan batman yang sejatinya dibuat oleh sistem sekuler kapitalisme. Berupa perbaikan dalam institusi keluarga dengan membangkitkan kembali fungsi orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga. Perbaikan dan perubahan paradigma dalam masyarakat, dari masyarakat yang cuek dan egois menjadi masyarakat yang peduli dan menjalankan fungsinya yaitu kontrol sosial – aktivitas amar makruf nahi munkar. Juga perbaikan dan perubahan sistem kehidupan menjadi sistem yang baik, manusiawi, sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal yaitu sistem Islam yang rahmatan lil alamin.
Maka, jika ada perbaikan dan perubahan dari keluarga, masyarakat dan negara, ke arah yang lebih baik. Potensi besar para pemuda sebagai pemimpin masa depan yang baik, antikorupsi, peduli pada rakyatnya dan berusaha untuk membuka banyak jalan kebaikan bagi seluruh rakyat yang dipimpinnya akan tercapai dengan baik. Pemuda akan tampil sebagai pengukir peradaban yang tinggi, baik secara moral maupun secara teknologi.
Hal demikian telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad saw, yang membimbing para pemuda dengan tuntunan syariat, dengan tuntunan wahyu. Sehingga dihasilkan para pemuda yang memilki mental tanggung, kuat dan bertanggung jawab. Sehingga dihasilkan para pemuda yang keinginannya baik, perilakunya bagus dan bisa diandalkan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang berat yaitu menyampaikan dan menyebarkan risalah dan cahaya Islam. Dan berani menghadapi setiap tantangan bahkan yang berupa tantangan fisik sekalipun yang dapat menghambat sampainya cahaya Islam kepada seluruh umat manusia.
Sebut saja Ja’far bin Abi Thalib r.a, adalah seorang pemuda, saat tiba di negeri Habasyah untuk meminta perlindungan kepada Raja Najasyi dan menjadi diplomat ulung saat harus menghadapi makar dan propaganda kafir Quraish yang ingin menangkapnya di negeri tersebut. Dan mampu membuat pulang Amr bin Ash kembali ke Mekkah dengan tangan hampa. Mus’ab bin Umair r.a, adalah seorang pemuda, saat ditunjuk sebagai duta oleh Rasulullah saw, untuk membacakan Al-Qur’an dan mengajarkan Islam di Madinah. Sehingga Madinah menjadi kota yang memiliki peradaban tinggi, penduduknya menjadi modern lagi bermoral sebab sentuhan Islam. Usamah bin Zaid bin Haritsah, adalah seorang pemuda berusia 15 tahun saat ditunjuk menjadi pemimpin pasukan perang oleh Baginda Rasul saw. Dan mengantarkan kemenangan bagi Islam dan kaum muslimin. Dan menjadi tonggak kebangkitan kaum muslimin selepas Rasulullah saw wafat. Dan masih banyak lagi para pemuda di era Islam, yang mampu mengukir peradaban dengan sentuhan ketinggian akhlak, pengetahuan dan teknologi. Sehingga Islam mampu menyumbangkan peradaban terbaik baik manusia.
Demikianlah seharusnya pemberdayaan potensi pemuda yang sebenarnya. Yaitu sebagai pengukir peradaban mulia, yang manusiawi, sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan jiwa dan mampu menerangi kehidupan seluruh umat manusia, serta mampu membimbing manusia untuk terus melakukan kebaikan.
Wallahualam.