Oleh. Ari SofiyantiÂ
MuslimahTimes.com – Infrastruktur adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya. Salah satu contohnya adalah jembatan. Tapi kita banyak melihat berita tentang jembatan rusak yang mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat. Tinggal ‘search‘ saja, puluhan berita akan membuat kita miris. Jembatan yang menjadi akses penghubung daerah sudah berminggu-minggu rusak bahkan ada yang berbulan-bulan tidak kunjung diperbaiki. Tidak sedikit juga kita mendengar anak-anak bertaruh nyawa menyebrangi sungai berarus demi menimba ilmu gara-gara tidak ada jembatan yang memadai.
Jalan rusak dan sekolah yang hampir roboh juga menambah daftar infrastruktur penting yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah. Nahasnya, seperti jalan Sabron-Depapre yang rusak dan sering terjadi kecelakaan, sampai bertahun-tahun belum diperbaiki juga. Di Metro Timur, warga bahkan harus turun tangan sendiri bergotong royong untuk memperbaiki jalan karena pemerintah tak kunjung merespons kebutuhan mereka.
Seluruh fakta miris di atas rasanya berbanding terbalik dengan proyek ambisius yang dipaksa terus jalan walaupun penuh permasalahan, mulai dari perencanaan hingga operasional. Sebut saja proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Bandara Kertajati, Tol Cisumdawu dan Tol Manado Bitung yang kurang efisien. Selain itu, proyek-proyek besar sarat dengan investasi asing seperti proyek LRT Palembang. Padahal LRT dibangun hanya karena prestige menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Lebih dari itu infrastruktur ambisius ini menggandeng asing.
Mengutip detiknews.com, proyek LRT PT Kereta Api Cepat Indonesia-Cina hasil kerja sama BUMN Cina dengan BUMN Indonesia menghasilkan saham 75% untuk BUMN Cina dan BUMN Indonesia hanya 25% yang terdiri dari PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Jasa Marga Tbk.
Contoh lainnya adalah pembangunan sirkuit Mandalika yang juga membutuhkan dana fantastis, tapi kurang bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Untuk mengerjakan sirkuit ini, pemerintah menggandeng Vinci Constructions Grand Project yang berinvestasi senilai US$ 1 miliar atau setara Rp14,5 triliun. VCGP adalah anak usaha Vinci Construction, BUMN Prancis.
Pembangunan infrastruktur ambisius dengan investasi asing adalah kezaliman yang mengandung mudhorot luar biasa. semakin investasi asing masif dengan kekuatan oligarkinya, rakyat semakin menderita. Ini karena paradigma investor kapitalis adalah mencari untung, bukan untuk mengurus rakyat. Sehingga untuk mendapat layanan infrastruktur, rakyat harus membayar mahal.
Selain itu, investasi asing membuat utang negara semakin menggunung. Seperti pembangunan IKN dikhawatirkan banyak pihak karena dananya yang besar diperoleh dari pinjaman (utang). Sosiolog Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis, juga mengungkapkan bahwa dengan menggunakan investasi asing, pemerintah secara tak langsung atau pun langsung akan dipaksa membuka rencana tata ruang dan desain kepada investor asing yang masuk. Menurutnya, salah satu sifat ibu kota adalah untuk pertahanan dan keamanan nasional. Jangan sampai membangun aset negara memakai uang asing dan kontraktor asing yang dapat mengancam kedaulatan negara.
Menangani masalah ini, agama Islam telah memiliki konsep sempurna dalam pengaturan infrastruktur. Islam mengatur agar pembangunan infrastruktur berfokus pada prioritas kebutuhan umat. Kebutuhan publik ini adalah kepemilikan umum yang harus dikelola mandiri oleh negara dengan dana milik umum. Dana tersebut bisa dari keuntungan pengelolaan sumber daya alam yang juga dikelola secara mandiri oleh negara. Kekayaan alam di negeri-negeri kaum muslim yang melimpah ini haram diprivatisasi. Ini yang membuat APBN daulah Islam (Baitulmal) sehat dan cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan rakyat.
Teknologi atau tenaga ahli boleh saja didatangkan dari luar negeri, akan tetapi sekadar dalam masalah teknis. Daulah Islam ada dalam fungsinya melayani urusan umat, bukan mengeruk keuntungan dari umat. Jadi, umat tidak perlu membayar mahal untuk mendapat fasilitas infrastruktur, bahkan bisa gratis. Aparatur negara pun dibentuk agar memiliki kepribadian Islam, mereka memiliki ketakwaan dalam jiwanya, sehingga mereka bekerja dengan jujur di jalan Allah tanpa korupsi.
Semua ini terwujud dalam sistem Islam. Sistem lengkap dan sempurna. Wajar ketika dulu diterapkan, Islam menjadi peradaban besar yang berdaulat dan penuh wibawa. Peradaban ini tidak akan hanya menjadi masa lalu, akan tetapi telah dijanjikan oleh Allah menjadi peradaban di masa depan.
Insya Allah.