Oleh. Novitasi
(Muslimah Brebes)
Muslimahtimes.com–Saudariku, saat ini kita sudah memasuki 10 hari kedua di bulan ramadan. Tahukah Engkau, Ramadan pada masa Rasulullah pun begitu kental dengan nuansa ibadah? Masjid ramai dengan syiar Islam. Para Sahabat mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam. Rasulullah memang mendorong kaum muslimin untuk lebih meningkatkan ketakwaan dan ibadah di bulan Ramadan. Karena sebagaimana yang kita tahu bulan Ramadan adalah bulan dilipatgandakan pahala.
Tidak hanya itu saja, bulan Ramadan tidak dijadikan sekadar untuk memperbanyak ibadah mahdoh saja, seperti salat tarawih, tadarus, zikir dll. Namun Ramadan di masa Rasulullah diisi dengan aktivitas jihad untuk memerangi kaum kafir. Peristiwa besar pada bulan Ramadan di antaranya ialah perang Badar dan pembebasan Kota Mekkah.
Ketika Rasulullah telah wafat, suasana di bulan Ramadan tak ada yang berubah. Kala itu kepemimpinan di lanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Suasana Ramadan justru semakin semarak dan pengaruh Islam pun telah menyebar luas ke seluruh penjuru bumi. Karena dakwah Islam pada saat itu telah meluas dan jumlah kaum muslimin pun semakin banyak.
Saudariku… Tahukah Engkau, Islam itu tidak datang begitu saja? Islam tidak hadir di tengah-tengah kita layaknya kita membalikkan telapak tangan. Islam bisa berada di tengah-tengah kita berkat adanya dakwah, perjuangan, jihad, pengorbanan, dan air mata.
Bukankah ketika pertama kali Rasulullah menerima wahyu lalu beliau mendakwahkannya hanya segelintir orang saja yang mau menerima dan beriman kepada-Nya?
Kebanyakan dari mereka justru menolak dakwah Rasulullah. Bahkan kaum kafir pun tak pernah senang dengan dakwah Rasulullah tersebut. Mereka akan terus mencari cara untuk menghentikan perjuangan dakwah beliau.
Rasulullah dituduh sebagai pembohong, orang gila bahkan penyihir. Rasulullah pun dilempari kotoran unta oleh kaum kafir Quraisy tersebut. Yang lebih menyakitkan lagi Rasulullah makhluk yang mulia, kekasih Allah tubuh beliau berdarah-darah karena dilempari batu di bukit Thaif. Sampai malaikat Jibril pun turun dan menyuruh Rasulullah agar berdoa untuk membalas perbuatan penduduk Thaif tersebut. Tapi apa jawaban Rasulullah?
Rasulullah berkata, “Tidak wahai Jibril… Aku berharap suatu saat nanti anak keturunan dari penduduk Thaif ini adalah orang-orang yang beriman kepada Allah”.
Lihatlah…betapa mulianya Rasulullah, walaupun badannya penuh dengan darah karena lemparan batu, tapi tak membuat Ia murka sedikit pun, Ia justru mendoakan kebaikan untuk anak keturunan mereka.
Lihatlah saudara kita, keluarga Yasir r.a, Ia dijemur, dicambuk bahkan disiksa di tengah teriknya padang pasir bersama anak dan istrinya. Mereka disiksa hanya karena mereka menyatakan bahwa mereka beriman kepada Allah. Bahkan Summayah (istri Yasir) menjadi syuhada pertama.
Lihatlah sahabat Bilal bin Rabbah, seorang budak berkulit hitam ditindih batu besar di tengah teriknya mentari padang pasir. Ia disiksa hanya karena Tuhannya adalah Allah. Bukan lagi Latta dan Uzza. Bilal menangis, merintih, menjerit atas segala macam penyiksaan yang menimpa dirinya. Tapi hati dan imannya tak goyah sedikit pun.
Tak ada seorang kepala suku pun dari mereka yang menolongnya, hanya karena Ia dari golongan budak.
Lihatlah semakin besar penganiyaan dan penyiksaan yang mereka terima tak mampu menggoyahkan keyakinan dan keimanan mereka sedikitpun. Mereka justru semakin semangat untuk berdakwah di tengah umat yang menolak ajaran Islam.
Saudariku… Andai tidak ada dakwah dan perjuangan, tak mungkin Islam sampai kepada kita . Andai tak ada pengorbanan dan tetesan air mata. Mungkin kita belum mengenal Islam. Andai dakwah Rasulullah terhenti, entah apa jadinya kita. Mungkin kita masih berada di zaman jahiliah. Islam datang memuliakan wanita, menghapus perbudakan. Memanusiakan manusia, dan menjadi rahmat untuk semesta.
Hingga pada akhirnya, Rasulullah berhasil memimpin dunia dengan membangun Daulah Islam di Madinah. Islam dapat menyinari dunia dengan cahayanya. Masyarakat hidup aman dan makmur di bawah pemerintahan Islam. Karena Rasulullah menerapkan hukum-hukum Islam, syariat Allah diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Tak hanya perihal ibadah mahdoh saja, tapi perihal muamalah dan bernegara pun menggunakan syariat Islam. Seorang kafir pun merasa nyaman dan damai hidup dalam naungan Islam. Pencuri akan di potong tangannya, dan pezina akan di cambuk/rajam sehingga angka kriminalitas semakin sedikit dan bahkan tidak ada.
Lihatlah pada Masa Umar bin Khattab, beliau menangis kalau sampai ada 1 unta yang terperosok karena kelalaiannya. Beliau takut akan pertanggungjawaban kelak di hadapan Allah atas kepemimpinannya.
Tapi lihat kini wahai saudariku..
Saat ini umat Islam tercerai berai, terpecah belah, tersekat-sekat oleh nasionalisme. Umat Islam terlihat bagaikan buih di lautan, terlihat banyak namun tak berarti. Kini tubuh umat Islam kian lemah tanpa adanya junnah. Umat Islam dibantai habis-habisan namun tak ada satupun negara muslim yang mampu menolongnya. Semua diam, semua bisu, semua bungkam. Lalu bagaimana pertanggungjawaban kita di hadapan Allah??
Bukankah sesama muslim kita bersaudara?? Bukankah muslim itu bagaikan satu tubuh, jika satu anggota tubuh merasakan sakit tentu anggota tubuh yang lain pun akan merasakannya. Tapi mana nyatanya?? Kita hanya diam melihat saudara kita dianiaya, kita diam melihat saudara kita disiksa. Apa yang akan kita katakan pada Allah nanti??
Bukankah Allah berfirman dalam QS.Muhammad ayat 7 :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad 47: Ayat 7)
Saudariku,,
Siapakah di antara kita yang tak ingin ditolong Allah??
Siapakah di antara kita yang tak ingin berjumpa dengan Rasulullah??
Tentu kita semua berharap pertolonganNya, kita berharap bisa di tolong Allah dan berharap kelak dapat berjumpa dengan Rasulullah.
Saudariku..
Melihat kondisi umat Islam saat ini, saat dimana hukum yang diterapkan bukan lagi hukum Allah, melainkan hukum buatan manusia. Hukum Allah diabaikan begitu saja. Saat ini tak ada lagi junnah yang akan menjadi perisai bagi umat Islam, karena Daulah Islam telah runtuh. Dan berganti dengan kepemimpinan yang zalim . Tak sedih kah kita melihat fakta ini?Jika kita melihat semua derita umat ini, maka tidak bisa tidak kita harus kembali mengokohkan azzam kita, kita harus kembali lanjutkan perjuangan dakwah Rasulullah, menjadi penolong agamanya Allah. Agar rahmat Islam dapat tercipta menjadi nyata. Agar umat Islam tak lagi menderita.
Semoga di momentum ramadan kali ini membuat kita berpikir dan bersemangat untuk terus melanjutkan dakwah dan menjadi bagian dari orang orang yang memperjuangkan dienul Islam . Wallahu alam