Oleh. Andriani
Muslimahtimes.com–Konser Blackpink yang diselenggarakan di Gelora Bung Karno beberapa hari yang lalu disambut antusias oleh penggemarnya. Betapa tidak, tiket yang tergolong mahal ludes terjual. Konser tersebut merupakan bagian dari “Blackpink World Tour (Born Pink)” yang dimulai di KSPO Dome Olympic Park, Korea Selatan, pada 15-16 Oktober 2022 dan berlanjut ke berbagai negara. Di Jakarta, konser Blackpink dipromotori oleh iME Indonesia dan digelar dua hari yakni Sabtu (11/3/2023) pukul 19.00 WIB dan Minggu (12/3/2023) pukul 18.30 WIB.
Konser yang bergenre Korean Pop ini begitu banyak penggemarnya, baik dari Indonesia sendiri maupun mancanegara. Terbukti bahwa group K-Pop yang berjumlah empat orang ini meraih banyak penghargaan, memecahkan rekor sebagai kelompok penyanyi perempuan yang paling banyak didengar di Spotify seluruh dunia. Penghargaan ini dikeluarkan oleh Guinness World Records pada Sabtu kemarin, dikutip dari Korea Herald, Minggu (12/3/2023). Bukan hanya itu, Blackpink memiliki 38 juta pengikut di Spotify, layanan streaming musik terbesar di dunia. Dengan rekor baru ini, Blackpink telah menggaet 20 penghargaan Guinness World Records. Beberapa rekor lainnya adalah penyanyi dengan subscriber terbanyak di YouTube, serta grup K-Pop perempuan pertama yang menduduki posisi pertama di tangga album Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Akibat penggemarnya yang begitu membludak, tidak tanggung-tanggung, Kepolisian Daerah Metro Jaya sampai mengerahkan 1.022 personel untuk mengamankan Konser tersebut. Ribuan personel merupakan gabungan dari berbagai unsur yang terdiri dari 932 personel Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Pusat, 30 personel Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta 60 personel dari pemerintah daerah (pemda). (kompas.com)
Demam K-Pop telah lama terjadi, penggemarnya dari anak-anak hingga dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, baik muslim maupun nonmuslim. Bukan saja musiknya, tetapi perfilmannya juga atau biasa disebut drakor begitu diminati. Menayangkan keromantisan sebuah pasangan dalam arti gaya hidup bebas yang dilakukan pemainnya yang mampu membius para pemuda muslim untuk menirukannya. Begitupun dengan K-Pop ini, menyajikan perempuan cantik yang menari dan menyanyi dengan gaya yang lincah dan kompak dengan pakaian serba minim dan seksi.
Tidak bisa dimungkiri, ketika seseorang punya sosok idola maka dia akan mengikuti gayanya, baik itu pakaian, gaya hidupnya yang hedonis atau kehidupan pribadinya. Dan inilah yang terjadi kepada penggemar K-Pop tersebut, yang artinya keberadaan K-Pop ini mampu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap kaum muslimin. Apalagi pengadaan konser Blackpink di negeri ini didukung penuh oleh pemerintah, yang membuat penggemarnya antusias dengan kefanatikannya dengan memburu atribut dan tiket yang mencapai jutaan rupiah.
Sangat disayangkan konser budaya Barat ini didukung penuh oleh pemerintah. Padahal sejatinya konser ini malah membuat generasi yang rusak semakin rusak. Inilah pemerintahan di sistem kapitalisme. Yang mana hanya memikirkan keuntungan materi semata, tidak peduli banyak pihak yang dirugikan. Tidak heran kerusakan generasi saat ini semakin buruk kerena pemerintah sendiri abai dengan persoalan generasi. Apalagi kehidupan dipisahkan dari agama membuat generasi rela melakukan apa saja untuk meraih kesenangan duniawi, mengikuti hawa nafsu semata tanpa mempertimbangkan baik dan buruk.
Tidak bisa dimungkiri, sistem saat ini telah melahirkan generasi yang bobrok. Betapa tidak, ketika ada generasi yang sadar akan kewajiban menjalankan amar makruf nahi mungkar serta mendalami ilmu agama sebagai kewajibannya, maka hal tersebut dianggap radikal, terorisme dan intoleran. Pemerintah tidak henti-hentinya membuat isu miring terhadap ajaran Islam sehingga melahirkan ketakutan untuk mendalami ilmu agama. Juga para ulamanya pun tidak luput dari kriminalisasi. Baru-baru ini telah viral ada sekelompok orang yang berorasi menolak kedatangan seorang ulama yang hendak datang untuk berceramah di Gerbang Salam, Jawa Timur. Seorang ulama yang ditolak ini merupakan sosok ulama yang santun dan juga begitu lembut, banyak menginspirasi masyarakat terutama kaum muda, karena beliau fokusnya mengajak anak muda untuk kembali ke syariat Islam.
Sangat disayangkan, padahal seorang ulama merupakan wali Allah yang harus dihormati dan seharusnya disambut dengan antusias kedatangannya melebihi konser Blackpink. Dan juga seharusnya, konser yang merusak itulah yang ditolak kedatangannya karena akan membawa kemudharatan. Isu-isu radikal dan lain sebagainya akan tetap selalu digiring sehingga para pemuda akan merasa takut dan menjauh dari agamanya. Hal tersebut telah merasuki generasi sekarang, karena dilihat dari banyaknya pemuda yang tidak mengerti syariat Islam. Salah satunya dengan menghabiskan harta dan waktu demi hal-hal yang unfaedah, seperti mengidolakan dan menonton konser K-Pop.
Padahal masih banyak yang harus dilakukan sebagai seorang muslim, apalagi seorang pemuda yang merupakan aset yang berharga bagi peradaban bangsa. Di tangan para pemuda, peradaban bangsa maju dan mampu menorehkan segudang prestasi sehingga berkontribusi untuk kemaslahatan rakyat. Tetapi tidak mungkin dengan sistem saat ini. Yang mana para pemuda digiring untuk meraih kesenangan dan kepuasan jasmani, generasi yang jumud yang tidak mampu berpikir baik dan buruk.
Berbeda dengan sistem Islam, yang mana sistem ini berasaskan akidah Islam. Segala sesuatu harus terikat dengan hukum syara. Sistem yang berasal dari Sang Pencipta ini sejatinya untuk mengatur manusia menjalankan kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia. Dengan demikian, aturan ini (syariat Islam) mengatur segala lini kehidupan. Dalam daulah Islam, pendidikan harus wajib berbasis aqidah Islam. Generasi dididik dengan memahamkan ilmu agama dengan baik, sehingga aqidah mereka akan kokoh. Begitu pula dengan guru yang mengajar, harus guru yang terbaik yang mampu mendidik dengan baik, sehingga mampu mencetak generasi yang berkepribadian Islam.
Sebelumnya mereka telah dididik oleh seorang ibu di rumah. Seorang ibu berkewajiban membina sedari dini anak-anak dengan ajaran Islam karena itu merupakan kewajibannya. Setelah keduanya telah terpenuhi, maka pemerintah memastikan akan mengontrol hal-hal yang menimbulkan kemaksiatan bagi masyarakat maupun generasi, seperti mengontrol media sosial. Media yang menyajikan konten yang bertentangan dengan syariat ditutup rapat tanpa ada celah sedikitpun. Tontonan yang ditayangkan hanyalah konten yang menjadikan kita lebih bertakwa kepada Allah, Sang Pencipta.
Apalagi mengadakan konser ala Barat yang mendatangkan kemaksiatan, maka jangan harap daulah Islam akan mengizinkannya, karena itu bertentangan dengan Islam. Jangankan mengadakan konser, masuk dalam daulah Islam dengan berpakaian seksi pastinya tidak diizinkan. Hal tersebut semata-mata untuk menutup celah kemaksiatan dan bentuk peri’ayahan seorang Khalifah terhadap rakyatnya. Karena seorang pemimpin sadar betul tugasnya melayani rakyat atau umat, karena hal tersebut akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah Swt.
Dalam Daulah Islam, pendidikan bagi generasi akan difasilitasi oleh negara. Generasi ‘dimanfaatkan’ kekuatan dan kemampuan berpikirnya hanya untuk kemajuan peradaban bangsa. Maka tidak heran masa keemasan daulah Islam pada masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid yang melahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Mazhab yang empat, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal. Dan juga melahirkan banyak ilmuwan, seperti al-Biruni yang ahli dalam bidang fisika dan kedokteran, ada juga Jabir bin Hayyan yang pakar di bidang kimia, kemudian Al Khawarizmi ahli bidang ilmu matematika dan ada pula Ibnu Sina, bapak ilmu kedokteran modern, dan lain-lain.
Hal tersebut membuktikan bahwa Islam mampu membuat generasi meraih kesuksesan yang membanggakan dan memposisikan diri sebagai negara super power yang menjadi kiblat bagi dunia melebihi negara Korea atau bahkan Amerika saat ini. Hanya sistem Islam yang mampu membuat generasi menjadi aset berharga yang memajukan peradaban bangsa, berpikir cemerlang dan mampu diandalkan.
Wallahu a’lam.