Oleh. Punky Purboyowati
(Pena Ngopi)
Muslimahtimes–Kembali, Indonesia menjadi tempat konser grup band asing, yakni Coldplay. Grup band ini sebelumnya sempat viral dan digandrungi oleh para pecinta musik. Rencananya konser Coldplay akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada 15 November 2023 mendatang, namun demikian saat ini saja tiketnya sudah diburu dan ludes dalam sekejab sejak resmi dibuka pada 17 Mei 2023 tepat pada pukul 10.00 WIB. Ada lebih dari 1,5 juta orang yang mencoba peruntungan untuk mendapatkan tiket. Bagi yang kurang beruntung bisa mencoba mendaftar kembali. Dalam 1 transaksi hanya boleh membeli maksimal 4 tiket, apabila membeli lebih dari 1 tiket tidak diperbolehkan membeli beberapa tiket sekaligus di kategori yang sama, dan 1 alamat email dan 1 nomor telepon hanya untuk 1 transaksi. (jawapos.com/19/5/2023).
Permasalahannya adalah mengapa masyarakat begitu mudah berkorban harta dan nyawa hanya demi konser? Bukankah setiap kali konser diadakan selalu memakan korban? Bagaimana harusnya seorang muslim menyikapi hiburan/kesenangan ?
Kebahagiaan Semu Budaya Hedonisme
Harga tiket konser Coldplay memang fantastis, terjual dalam waktu singkat dengan harga jutaan. Hal ini dikarenakan tiket ini dijual dengan cara yang semua orang tidak mudah mendapatkannya sehingga harus melalui war tiket, siapa yang cepat dia dapat. Salah satu penggemar Coldplay, Shanty, semringah lantaran berhasil memenangkan war tiket konser Coldplay. Shanty bercerita, dia berhasil mendapatkan 4 tiket kategori CAT 4. Harga tiket Coldplay CAT 4 adalah Rp2.500.000. Jika ditambah pajak, maka harganya menjadi Rp3.000.000. Keempat tiket tersebut berhasil dikantongi Shanty yang bermodalkan handphone (HP) untuk war tiket. (kompas.tv/17/5/2023).
Adapun tak sedikit yang sedih karena gagal mendapatkannya. Beginilah hidup dalam sistem kapitalisme. Menunjukkan betapa materialismenya hidup ini. Tolok ukur kesenangan hanya bisa dicapai melalui materi sebanyak-banyaknya. Bahkan materi seolah dianggap sebagai dewa penyelamat bagi yang membutuhkan. Kesenangan susah dicari dan hanya bisa didapatkan oleh orang yang berduit saja. Seolah berharganya sebuah kesenangan padahal hanya sesaat saja sifatnya. Berlomba-lomba mendapat kesenangan hanya untuk kepentingan duniawi.
Jika ditelusuri antara penggemar dan musisi ini sama-sama belum bertemu, kenal pun tidak namun mengapa begitu antusiasnya mereka hingga rela berkorban harta jutaan hanya demi konser? Hal ini terjadi karena masuknya budaya asing yaitu hedonisme yang berasal dari peradaban kapitalis. Fun, food, fashion yang berasal dari Barat telah mengakar dalam jiwa umat. Fun alias hiburan dianggap akan membuat bahagia. Berapa pun uang yang dikeluarkan yang penting fun dan menyenangkan tidak masalah, siapa pun berhak bahagia. Saking berharganya sebuah kebahagiaan hingga rela menjual barang pribadi, selain itu tiket puluhan juta dijadikan sebagai mahar, bahkan ada rela berpuasa setelah duit jutaan terpakai. Demikianlah tolok ukur kebahagiaan dalam kehidupan kapitalisme saat ini. Yang dikedepankan adalah hawa nafsu.
Anehnya, konser Coldplay ini mengalahkan isu politik yang sedang viral akhir-akhir ini seperti jalan rusak di Lampung, Sea Games, Bola, dan lain -lain. Ditambah negara mendukung konser ini. Sebab akan menggerakkan perekonomian negara. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno yakin, konser Coldplay ini akan meningkatkan jumlah wisatawan, membawa berkah ekonomi dan lapangan pekerjaan, khususnya bagi para pelaku event dan pelaku ekonomi kreatif. Pergerakan ini tentu saja berdampak untuk ekonomi, salah satunya terhadap tingkat okupansi hotel. (kompas.com/12/5/2023).
Kapitalisme menganggap kehidupan ini sebagai materi dan apapun dicapai untuk meraih keuntungan tanpa melihat halal dan haramnya salah satunya meraih kesenangan pribadi dan mengabaikan kepentingan orang banyak. Hedonisme adalah kenikmatan/kesenangan untuk mencapai tujuan hidup. Tolok ukur kesenangan dicapai dengan materi sebanyak-banyaknya asal bisa bahagia tanpa mengganggu orang lain namun dampaknya minim empati terhadap sesama yang lebih membutuhkan. Di sinilah letak bahayanya bagi kehidupan sosial masyarakat, jika dibiarkan akan menjadi budaya di kalangan berduit bahkan yang tidak berduit sekalipun. Mereka rela menjual apapun demi tiket agar bisa setara dengan kalangan berduit. Ada rasa gengsi jika tidak mengikuti tren pergaulan saat ini. Maka saatnya budaya jahiliah ini ditinggalkan.
Kebahagiaan Hakiki
Islam bukan agama yang dipelajari sebatas teori. Namun lebih dari itu wajib diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab itulah Islam bukan teori yang ada dalam benak. Islam dipahami hingga membekas yang menuntut seorang muslim beramal sesuai dengan perintah dan larangan Allah Swt. Ada rasa takut karena selalu diawasi Allah Swt karena setiap amalnya akan dimintai pertanggungjawaban. Karenanya haram melakukan aktivitas yang tidak sesuai hukum syariat Islam. Amalnya akan menjadi sia-sia bahkan tidak diterima sebab tidak ada faedahnya. Islam begitu rinci mengatur setiap perbuatan manusia.
Islam mengatur bagaimana seorang muslim menikmati hidup sekaligus memiliki empati atas nasib sesama. Tidak memikirkan diri sendiri sementara tidak peduli dengan yang lain. Islam adalah agama yang sempurna aturannya yang harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya dalam skala individual saja. Sehingga kehidupan menjadi teratur, dinamis dan sehat. Demikian juga Islam mengajarkan skala prioritas atas amal dalam kehidupan. Mendahulukan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Mendahulukan yang sunah dan meninggalkan yang mubah. Demikian rincinya sehingga seorang muslim paham betul amalan yang bagaimana yang diterima, yang berpahala dan dosa.
Sebagai seorang muslim akan berhati-hati setiap ingin beramal agar amalannya tidak terbuang sia-sia. Menuntut agar senantiasa bersyukur setiap rezeki baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Di sisi lain, Islam menganjurkan empati terhadap sesama dan banyak bersedekah. Dengan bersedekah akan melindungi dirinya dari siksaan api neraka. Karena setiap harta yang dimiliki akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Ancaman ini terdapat firman Allah dalam QS. Surah Al Baqarah Ayat 254 ;
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki (mu) yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datangnya hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya, tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.”
Karena itulah Islam sangat manusiawi, memperhatikan setiap amalan manusia agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Seperti konser asing yang menghabiskan tiket jutaan merupakan hidup foya-foya dan membuang harta pada suatu hal yang tidak penting. Sungguh sangat disayangkan jika orang muslim tidak paham akan hal ini.
Sejatinya Islam tidak melarang seseorang meraih bahagia, seperti halnya ingin kaya. Namun kebahagiaannya itu harus disesuaikan dengan standar suka dan bencinya Allah Swt., bukan standar suka dan benci menurut pandangan manusia. Sebab Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi manusia. Islam tidak membiarkan manusia hidup secara liar, seperti perilaku hedonis bebas mendapat kesenangan tanpa batas. Sementara Islam melindungi akal, jiwa, dan harta manusia serta keturunannya sangat rinci diatur sesuai syariat Islam. Jika tidak diatur manusia hanya akan selalu mengandalkan hawa nafsunya tanpa berfikir baik buruknya.
Inilah kebahagiaan hakiki dalam Islam. Maka seorang muslim sangat dituntut untuk mengamalkannya, bukan mencampakkannya. Hari ini, kebahagiaan hakiki tidak mudah diraih oleh karena hukum Islam tidak diterapkan oleh negara sebaliknya hukum kufur yang digunakan sehingga wajar manusia hidup sesuka hatinya tanpa memandang halal dan haram. Sementara standar penilaian terpuji dan tercela, baik dan buruk, suka dan benci diserahkan pada pandangan manusia yang menyebabkan hidup saling menzalimi. Ingin bahagia namun dengan cara-cara yang melanggar syariat. Karenanya di sinilah butuh peran negara. Negara selaku pelaksana aturan bagi manusia haruslah berasal dari Allah Swt, yaitu berupa syariat Islam. Sebab kebahagiaan hakiki adalah menggapai keridaan Allah dan hanya bisa diraih manakala syariat Islam diterapkan secara kaffah dalam seluruh kehidupan.
Wallahua’lam bissshowab.