Oleh. Arina Sayyidatus Syahidah
(Aktivis Dakwah Muslimah)
Muslimahtimes.com–Dilansir dari CNN Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan terjadi kenaikan sangat signifikan atas temuan kasus tuberkulosis (TBC) pada anak di Indonesia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi menilai kenaikan ini terjadi lantaran banyak orang tua yang menyadari gejala TBC atau tidak segera mengobati penyakitnya sehingga berimbas penularan pada kelompok rentan seperti anak-anak.
Kenaikan itu bahkan melebihi 20 persen. “Kasus TBC anak mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dari tahun 2021 ada 42.187, kemudian 2022 ketemu 100.726, jadi ini naik lebih dari 200 persen,” kata Imran dalam acara daring ‘Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2023’, Jumat (17/3). Imran melanjutkan hingga Maret 2023 ini, Kemenkes juga telah menerima laporan sebanyak 18.144 anak terinfeksi penyakit menular ini. Sementara secara kumulatif, Kemenkes telah mendeteksi 443.235 kasus TBC pada 2021 dan naik menjadi 717.941 kasus pada 2022. TBC adalah masalah serius yang harus segera ditangani, karena tidak hanya mempengaruhi kesehatan, tapi juga aspek sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk masalah stunting.
Katanya, mencegah dan mengatasi penyakit TBC membutuhkan orang-orang yang terampil dan melibatkan berbagai unsur dari masyarakat umum, organisasi masyarakat, serta pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Kesuksesan dalam mengeliminasi TBC akan bergantung pada kontribusi dan kerja sama lintas sektor dari berbagai pihak dan seluruh masyarakat secara berkelanjutan. Lainnya, untuk mengentaskan penyakit menular ini, Pemerintah telah menjalin kerja sama dengan negara lain seperti Amerika, Uni Emirat Arab, bahkan WHO. Namun faktanya, semua upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Prevalensi TBC yang terus meningkat dan tingginya angka kasus TBC menggambarkan banyak faktor, mulai dari kekurangan usaha pencegahan, ketidakakuratan dalam penegakan diagnosis, buruknya kebersihan dan sanitasi, penurunan daya tahan tubuh, kegagalan dalam pengobatan, kurangnya pengetahuan, serta sistem kesehatan dan pendidikan yang lemah. Selain itu, kemiskinan yang tinggi, masalah stunting, dan kurangnya sarana kesehatan juga memberikan kontribusi yang signifikan. Hal ini mencerminkan kegagalan pemerintah dalam menangani kasus TBC di negara ini.
Sistem kapitalisme-sekuler yang lemah dan merusak yang menjadi dasar sistem pengaturan urusan saat ini, termasuk kesehatan. Faktanya, dalam sistem kapitalisme-sekuler, orang yang sakit dianggap sebagai komoditas untuk dijadikan sumber keuntungan. Sebagai akibatnya, kasus TBC tidak akan pernah terselesaikan selama sistem seperti itu tetap berlaku di negara ini.
Solusi Islam mengentaskan penyakit menular
Islam sebagai sebuah sistem kehidupan yang lengkap dan berasal dari Al-Khaliq (Pencipta) yang mampu menyelesaikan berbagai masalah manusia, termasuk masalah kesehatan seperti TBC. Menurut Islam, negara memiliki peran sebagai riayah suunil ummah(pengurus urusan rakyat), termasuk dalam penanganan penyakit menular seperti TBC. Negara bertanggung jawab untuk melaksanakan berbagai upaya dan tindakan universal untuk menangani akar permasalahan secara menyeluruh, dengan membangun sistem kesehatan yang handal yang didukung oleh sistem politik dan ekonomi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip dan syari’atIslam. Selain itu, dalam Islam, negara dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap bahaya apapun, termasuk penyakit menular seperti TBC.
Rasulullah saw. bersabda, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari)
Oleh karena itu, sudah sewajibnya negara melakukan langkah praktis dan produktif untuk meningkatkan imunitas masyarakat dengan membagikan asupan bergizi kepada setiap individu masyarakat secara merata terutama masyarakat miskin. Selain meningkatkan imunitas, negara juga wajib menjamin ketersediaan pangan bergizi, sanitasi dan air bersih, hingga perumahan dan pemukiman yang sehat bebas dari segala jenis peluang lahirnya penyakit. Negara juga menyediakan fasilitas kesehatan terbaik dengan jumlah yang memadai dan tentunya mudah dijumpai oleh setiap individu masyarakat di mana pun dan kapan pun. Yang lebih penting, pelayanan kesehatan berkualitas ini diberikan secara gratis, karena anggaran negara Islam berbasis Baitul maal dan sifatnya adalah mutlak juga sesuai ketentuan syariat. Dengan itu, negara memiliki sumber daya dan pengelolaan sistem keuangan yang memadai untuk menjalankan berbagai tugas penting, termasuk dalam menangani ancaman penyakit menular dengan tanggap dan efektif. Ini adalah bentuk implementasi dari perintah Rasulullah sesuai sabdanya.
Disisi lain, Islam juga memastikan seluruh individu masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang kesehatan dan segala jenis bahayanya. Begitupun dari sisi pemerintah, untuk menunjang pencegahan pemanfaatan masyarakat seperti yang terjadi pada sistem kapitalisme-sekuler, Islam senantiasa memberikan pendidikan terbaik berupa tsaqofah Islam yang nantinya akan mengatur nafsiyah(perilaku) setiap individu masyarakat agar hati dan pikirannya senantiasa terpaut pada syari’at Allah Swt. Inilah solusi menyeluruh dan paling mulia yang dimiliki Islam, yang tentunya hanya bisa terwujud dalam institusi Islam, Khilafah Islamiyah.