Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Penulis dan Pemerhati Kepentingan Publik)
Muslimahtimes.com–Banyak penemuan anak bangsa hanya berhenti di mereka. Padahal, potensi tersebut seharusnya bisa lebih dikembangkan oleh pemerintah dan menjadi kebanggaan negara. Namun, dalam kaca kapitalisme mereka tak dianggap. Kalaupun dianggap, kapitalisme membajak potensi mereka hanya untuk kepentingan para kapital. Miris.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, (09-07-2023), kembali viral sebuah penemuan Nikuba hasil tangan dingin pria asal Cirebon, Jawa Barat, bernama Aryanto Misel yang diklaim sebagai alat pengubah air menjadi bahan bakar. Namun, penemuan Nikuba di Indonesia tidak berjalan mulus sesuai harapan Aryanto, karena pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan pakar otomotif lain meragukan kinerja alat tersebut. Aryanto terang-terangan mengatakan tak butuh pemerintah karena kecewa selama ini dikucilkan oleh pemerintah.
Nikuba yang sempat viral pada Mei 2022, merupakan nama akronim dari ‘Niku Banyu’ atau ‘Ini Air’. Nama ini kemudian dipakai pada sebuah alat inovasi baru yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan. Nikuba banyak terpasang pada kendaraan roda dua Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kodam II/Slw dengan tujuan memperoleh data-data untuk penyempurnaan inovasi tersebut.
Tak dilirik pemerintah, Aryanto dilirik Italia walau tak sesuai harapan namun kunjungannya ke Italia menghasilkan perjanjian kerja sama antara dirinya dengan perwakilan perusahaan Italia dalam pengembangan Nikuba. Perwakilan perusahaan dari Italia, rencananya akan datang ke Indonesia pada Agustus 2023 dengan tujuan memulai kerja sama (Jabar.tribunnews.com, 07-07-2023)
Terbelenggu Kapitalisme
Tampaknya, penemuan-penemuan anak bangsa terbelenggu sistem yang ada. Kapitalisme menghendaki para pemilik modal kelas kakap menguasai pasar dunia, termasuk Indonesia. Maka, tak akan dibiarkan ada celah yang bisa merusak kekuatan pasar mereka. Negara pun terbelenggu rantai kapitalis, tak ada kemampuan untuk mendukung dan mengembangkan potensi anak bangsa dalam penemuan-penemuan baru. Akhirnya, potensi itu mati dengan sendirinya atau dibajak oleh kapitalis yang memiliki kepentingan.
Seperti Aryanto, yang dilirik Italia melakukan perjanjian kerja sama. Sementara di Indonesia, hasil penemuannya kurang dihargai bahkan diragukan oleh BRIN. Padahal, seharusnya BRIN dan pemerintah membantu mendukung dalam pengembangan. Jika benar masih ada kekurangan, sebaiknya dirangkul dan diarahkan dengan baik sehingga bisa menghasilkan penemuan yang berharga dan bermanfaat serta membuat bangga Indonesia.
Watak kapitalisme, tidak pernah menghendaki negara berkembang menjadi negara maju. Seolah menakdirkan negara berkembang tetap menjadi negara berkembang yang menjadi target market mereka. Apalagi potensi demografi Indonesia sangat besar, gempuran hedonisme yang terus menyerang rakyat Indonesia membuat produk mereka laku keras di pasaran. Apa yang terjadi saat ini merupakan by design secara sistematis oleh sistem Kapitalisme.
Islam Mendorong Ilmuwan Berinovasi
Islam mendorong warga negaranya untuk terus melakukan ijtihad, karena bentuk permasalahan di muka bumi ini terus berkembang dan beragam. Di dunia sains, tentu Islam juga mendorong warga negaranya termasuk generasi muda untuk bisa berinovasi yang bisa memberikan manfaat bagi umat. Mari tengok sejarah, banyak hasil penemuan para ulama yang berguna bagi umat di antaranya:
1. Jam Gajah buatan Al-Jazari. Jam yang sibuat pada tahun 1100an ini sangat unik dibuat oleh seorang insinyur dan matematikawan asal Turki. Jam berbentuk Gajah yang sangat besar mampu menopang berbagai ornamen, oleh karenanya disebut sebagai perpaduan berbagai budaya. Bagian perut gajah seperti tangki berisi air dengan volume ukuran tertentu. Penemuan ini digadang-gadang sebagai karya robotik pertama di dunia.
2. Optikal Ibnu al-Haytham. Al-Haytam seorang ilmuwan Arab Muslim yang memiliki kontribusi besar di dunia optik, astronomi, dan matematika. Bahkan, beliau disebut sebagai bapak optik. Di dunia Barat, beliau dikenal luas hingga memiliki nama Barat bernama Alhazen. Kontribusi besarnya yaitu eksperimen dan studinya tentang cahaya, teorinya tentang cahaya yaitu cahaya bergerak dalam garis lurus dan dibedakan oleh objek yang terefleksikan oleh sinar tersebut. Beliau yang memperbaiki konsep ‘camera obscura’ atau lubang jarum yang awalnya ditemukan Cina, di mana cahaya bergerak pada garis lurus dan membentuk gambar yang terbalik pada retina.
3. Peta Dunia Al-Idrisi. Al-Idrisi seorang geografer dan kartografer yang lahir di Ceuta, Afrika Utara. Selama hidup tinggal di Palermo, Sisilia, Italia, dan berprestasi di sana. Pada abad ke-12, beliau membuat sebuah peta dunia yang didesain memiliki deskripsi yang paling lengkap dan rumit. Pada saat itu, peta tersebut dianggap paling hebat di abad pertengahan. Lalu, peta itu digunakan secara luas oleh para pelancong selama beberapa abad, karena memiliki deskripsi detil dan rinci tentang Afrika dan Timuur Jauh yang sangat komplet.
Islam Menghargai Hasil Karya Warga Negara
Masih banyak Penemuan-penemuan lainnya yang dilakukan oleh para ilmuwan Muslim. Dari sinergi para ilmuwan yang terdidik dan difasilitasi oleh Daulah Khilafah, tak heran bisa menghasilkan penemuan-penemuan yang luar biasa dan disebarkan ke seluruh dunia dengan semangat rahmatan lil ‘alamin.
Dalam Islam, menerjemahkan buku saja dihargai hasilnya oleh Khalifah. Seperti yang pernah terjadi di masa pemerintahan Al-Makmun, Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Hunayn Ibn Ishaq salah satu penerjemah di masa itu, beliau penganut Kristen Nestorian yang menjadi asisten Ibn Masawayh. Hunayn banyak menerjemahkan karya-karya ilmiah, di antaranya Hermeneutica karya Aristoteles yang diterjemahkan ke dalam bahasa Aramaik, lalu dialihbahasakan ke bahasa Arab. Selain itu, Hunayn menerjemahkan buku Galen, Hipokrates, Dios korides, dan Plato. Sebagai upah menerjemahkan, Hunayn mendapatkan emas seberat buku yang diterjemahkan dari khalifah.
Hasil kerja dan karya warga negara di dalam Islam selalu dihargai oleh Khalifah. Tak heran, jika Islam mampu memimpin dunia selama berabad-abad. Karena mampu menyejahterakan warga negaranya dan menebar manfaat ke seluruh penjuru dunia sebagai misinya rahmatan lil ‘alamin. Berbanding terbalik dengan kapitalisme, hasil karya anak bangsa kurang diharga dan yang sejahtera hanya orang tertentu saja yaitu pemilik modal. Selain itu, kapitalisme menebar kerusakan bukan manfaat apalagi rahmat. Allahualam Bishawab.