Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
Kontributor (Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com–Sama tidak dengan anda, jika mendengar azan namun tak segera beranjak untuk menunaikan salat? Bahkan ada yang merasa kesal mengapa jeda dari panggilan sebelumnya ke panggilan yang sekarang begitu cepat, padahal belum ” melakukan” apa pun. Ada pula yang tergopoh-gopoh menunaikan kemudian melakukan salat ekspres. Ada yang menunda, menunda, hingga ketika melihat jam, waktu salat 5 menit lagi berakhir dan masuk ke waktu salat berikutnya.
Panggilan salat memang tak selalu berbalas manis, meski begitu Allah Swt masih saja melimpahkan kasih sayang dan mengakhirkan hukuman. Benar kiranya jika kita manusia lebih banyak tidak peka. Lantas, apa kabar mereka yang selalu menuntut pasangan hidupnya , circlenya atau orangtuanya tak peka?
Suatu saat, azan Ashar berkumandang, seperti biasa suami mengajak kami untuk berjemaah. Saya yang lebih dulu selesai berwudu segera menata letak sajadah, mengenakan mukena dan berdiri menunggu yang lain. Tiba-tiba saya merasakan ada debar aneh, kemudian saya tersenyum. Ya Allah, mengapa saya baru menyadari jika salat ini karunia?
Dengan mudahnya Allah mengampuni dosa kita hanya dengan salat. Setiap gerakan dinikmati sebagai olahraga ringan yang melemaskan otot dan menghangatkan badan karena darah mengalir dengan lancar. Terbayang bagaimana salat orang yang masih di kendaraan umum padahal sudah masuk waktu salat, bagaimana salat para pengais rezeki ketika target belum terpenuhi, tak ada yang bisa dibawa pulang?
Ya, kadang kita lupa bahwa keadaan kita masih jauh lebih beruntung dibanding orang lain. Tapi kita sudah buru-buru menutup diri dengan pendapat “enak mereka, gak enak kita”.
Sungguh sifat manusia itu picik. Lamunan terhenti karena formasi salat sudah lengkap, Ya Allah, bukankah karunia luar biasa ketika berkumpul lengkap dengan anak di saat beberapa keluarga tercerai-berai tak utuh lagi?
Bukan berarti ini adalah berbahagia di atas penderitaan orang lain, tapi rasa syukur memang harus dibangun dari kesadaran kita sebagai hamba Allah, memiliki sesuatu atas izin Allah, jika tidak maka tak akan pernah tumbuh rasa syukur itu meski ibadah kita tak pernah putus. Kembali senyum tak bisa ditahan, manakala teringat, kesempatan salat ini tak akan bisa diulang, meski hanya sedetik. Sebab, setiap menitnya mengandung momen tersendiri. Ashar kali ini, bisa jadi rasa dekat dengan Allah itu muncul, namun belum tentu Ashar berikutnya sama, bisa jadi kita sedang mencaci “ketidakberuntungan” kita yang jika kita gali lagi, kesalahan ada pada kita sendiri. Yang memilih sesuatu yang tak disukai Allah. Memilih sikap yang tak ada tuntunan-Nya.
Dalam hati berharap, mendapatkan semangat istikamah untuk selalu mengingat salat dengan senyuman. Untuk terus mengingat bahwa setiap doa, dan setiap gerakan ada keridaan Allah.
Allah Swt berfirman, “Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S. Luqman [31] : 17)
Ayat ini mengingatkan bahwa salat adalah saat kita dengan sadar menyiapkan hati dan pikiran untuk amal baik berikutnya. Termasuk bersabar atas segala rintangan yang akan kita temui di depan. Wallahu a’lam bish showab.