Oleh. Tari Ummu Hamzah
(Kontributor Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com– Menjamurnya konten kreator saat pandemi ternyata jadi fenomena perang konten di media sosial loh, Guys. Secara saat pandemi semua orang banyak yang rebahan karena semua kegiatan lewat daring. Akhirnya para pemuda jadi berlomba-lomba ingin jadi selebgram atau publik figur media sosial kayak Tiktok, YouTube, dan Instagram. Makin banyak ragam konten yang disajikan, makin nambah penonton. Ngga peduli apakah kontennya itu informatif atau konten sampah.
Nah, karena para pembuat konten berlomba-lomba ingin dapat penonton yang banyak, jadilah mereka ramai-ramai bikin konten yang sedang viral. Karena yang viral kan memang cepat menaikkan grafik akun media sosial. Ya ngga sih! Nah, salah satu konten yang ingin aku bahas plus aku kritik adalah, menjamurnya konten “A day In My Life”. Konten macam ini tuh seperti membagikan rutinitas sehari-hari.
Ngga akan jadi masalah kalau kontennya itu konten inspiratif. Seperti konten sehari beberes rumah, sehari menyiapkan menu masakan, atau konten dua puluh empat jam makan makanan sehat. Itu jujur ngga jadi masalah ya, Guys. Tapi yang jadi masalah itu kalau konten keseharian ini ternyata dibumbui kemaksiatan dan hedonisme. Contohnya seharian masak bersama pacar, seharian kuliner sama pacar, seharian belanja barang mewah, seharian naik mobil mewah, dll. Ini jelas-jelas menampakkan kemaksiatan. Belum lagi pakaiannya yang terbuka.
Yang paling miris, Guys, kalau konten keseharian itu malah dijadikan ajang pamer-pamer barang mewah. Alih-alih ingin bersiap-siap mau berangkat kuliah, malah menunjukkan betapa mewahnya ruangan kamarnya. Bingung mau pakai mobil mewah yang mana. Pokoknya serba pamer deh! Konten-konten ini malah sengaja direpetisi untuk menarik pundi-pundi monetisasi. Atau dijadikan sebagai wadah untuk menarik endorsment.
Konten-konten kayak gini memang lagi digandrungi oleh masyarakat. Sebab masyarakat tuh lebih seneng konten yang bersifat pribadi. Menurut mereka konten seperti itu akan menambah kedekatan dengan publik figur. Tapi Guys, di balik asyiknya konten-konten itu ada sisi negatifnya.
Sisi Negatif Konten tentang Keseharian
Sebenarnya Guys, naluri ingin berbagi informasi itu sudah jadi naluriahnya manusia. Ngga salah memang kalau masyarakat itu ingin membagikan informasi terkait dirinya. Tapi aktivitas di dunia maya itu berbeda dengan dunia nyata. Kalau dunia nyata orang bisa memfilter apa-apa yang harus mereka bagi. Sedangkan dunia maya mereka bisa bebas berperilaku. Aslinya sih dua dunia ini ya sama-sama banyak yang punya perilaku bebas. Hanya saja di dunia maya itu banyak yang kasih support dan makin eksis. Tapi sebagai remaja muslim kita harus menakar baik buruk sesuatu sesuai dengan pandangan Islam ya, Guys.
Kalau konten keseharian yang mengandung unsur kemaksiatan, seperti sehari bersama pacar, malah jadi contoh untuk ikutan berpacaran. Penonton merasa bahwa keseharian yang dibumbui romantisme akan menjadikan hidup makin berwarna. Padahal setiap menitnya harus menuai dosa loh, Guys!
Lalu ada sisi negatif dari konten pamer alias flexing. Yaitu seolah-olah kurangnya empati terhadap masyarakat kita yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Jadi, konten-konten seperti itu malah bikin mereka sering berangan-angan. Okelah jika mereka ada saatnya bagi-bagi. Tapi aktivitas berbagi itu juga dijadikan konten bukan? Belum lagi komentar-komentar para netizen yang tidak sesuai dengan konten yang ada. Ujaran kebencian, julid, membandingkan, malah akan menjatuhkan mental si pembuat konten. Ingat!
Waspada dengan jempol kalian Guys!
Yang harus diperhatikan, dalam Islam kita mengenal yang namanya kehidupan khusus dan kehidupan umum bagi wanita. Kalau kita mengunggah keseharian kita di media sosial, maka termasuk wilayah umum. Nah diwilayah umum ini kita haruslah menutup aurat. Menjaga kehormatan. Menjaga pergaulan.
Harus kita pahami ya Guys kalau para publik figur tersebut seringkali menguload tanpa batasan. Sedangkan kita seorang muslimah yang harus taat sama aturan Allah. Jadi ngga dibiarkan bebas gitu aja. Itu bertujuan menjadi kita dan menjauhkan kita dari fitnah.
So, kalau kalian ingin mengunggah ke sosial media, pahami batas-batasnya ya, Guys. Plus berikan informasi yang mendidik dan bermanfaat buat temen muslimah lainnya.