
Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)
Muslimahtimes.com– Fenomena pinjol makin meningkat dan meresahkan. Apabila seseorang terjerat dan tak bisa bayar, bukan hanya keluarga yang berantakan namun nyawa juga bisa melayang. Terbaru, seorang karyawan nekat bunuh diri karena depresi setelah terjerat pinjol. Lalu, apa penyebab pinjol marak terjadi?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja outstanding pembiayaan fintech peer-to-peer (P2P) lending meningkat pada Mei 2023 sebesar Rp51,46 triliun rupiah. Dari data tersebut, sebanyak 37,39 persen disalurkan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pelaku perseorangan Rp15,63 triliun dan badan usaha Rp4,13 triliun (Jawapos.com, 12-07-2023).
Seiring meningkatnya pelaku pinjol, meningkat pula kredit macet. Menurut penjelasan Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi, individu yang cenderung menggunakan pinjol untuk memenuhi kebutuhan konsumtif gaya hidup, lebih mudah terjebak dalam kredit macet. Menurut Friderica, meningkatnya penyaluran pinjol ketika ramai rencana perhelatan konser musik artis papan atas dunia. Di antaranya konser Coldplay yang pembelian tiketnya dibuka Mei 2023. (katadata co.id, 14072023)
Bahkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengimbau bagi masyarakat yang tidak sanggup membeli tiket konser, sebaiknya tidak melakukan pinjol. Namun, banyak yang terjerat pinjol hanya untuk sekadar mengikuti keinginan yang akhirnya tiap bulan dikejar cicilan padahal penghasilan pas-pasan bahkan kekurangan.
Gaya Hidup Materialistik
Fenomena jeratan pinjol ini terjadi apakah semata untuk memenuhi kebutuhan hidup, atau ada faktor lain seperti pengaruh konsumerisme atau gaya hidup dan strategi bisnis yang kurang tepat baik bagi perorangan atau pun badan usaha? Faktor penyebab ini harus dicari hingga ke akarnya agar tahu bagaimana cara penyelesaiannya dengan tepat.
Menurut riset NoLimit Indonesia, data penyebab yang terjerat pinjol yaitu untuk membayar utang lain, latar belakang ekonomi menengah ke bawah, dana cair lebih cepat, memenuhi kebutuhan gaya hidup, kebutuhan mendesak, perilaku konsumtif, tekanan ekonomi, membeli gadget baru, membayar biaya sekolah, literasi pinjaman online rendah.
Riset NoLimit Indonesia juga menemukan bahwa korban pinjol ilegal paling banyak ternyata memiliki pekerjaan sebagai guru (42%), diikuti korban PHK (21%), dan ibu rumah tangga (18%). Data lainnya, berstatus karyawan (9%), pedagang (4%), pelajar (3%), tukang pangkas rambut (2%), serta ojek online (1%) (Kata-kata.co.id, 2709-2022).
Artinya, untuk sekadar memenuhi kebutuhan hidup masih bisa bertahan tanpa pinjol. Berbeda jika mengikuti gaya hidup yang di luar kemampuan, bisa saja terjadi pinjol karena dorongan keinginan bukan kebutuhan. Mengapa gaya hidup begitu mempengaruhi? Padahal, secara logika jika seseorang tak mampu membeli sesuatu maka harus ditahan atau paling tidak menabung dulu. Gaya hidup materialistik yang diciptakan oleh sistem kapitalisme telah banyak menjerat umat.
Indonesia yang memiliki bonus demografi dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk menjadi target market barang-barang yang dijual di negeri ini. Masifnya iklan, gaya hidup flexiing yang dipertontonkan mendorong manusia tergiur ingin mencoba dan memiliki. Ditambah minimnya benteng atau pondasi akidah yang dimiliki umat, negara pun berlepas tangan karena dianggap sebagai sebuah kebebasan hidup.
Setiap hari yang disodorkan di dunia nyata dan sosmed gaya hidup flexiing barang-barang mewah, gadget dan OOTD para seleb. Tak heran, semua elemen baik kalangan anak-anak, remaja, dan dewasa terjerat gaya hidup tersebut. Sehingga bagi yang tak mampu membeli, memaksakan diri dengan jeratan pinjol yang terkait riba. Seolah hidup hanya seputar itu saja, tak ada yang lain. Kapitalisme telah menciptakan lingkungan yang tak sehat, hanya memikirkan materi an sich.
Islam Memanusiakan Manusia
Islam hadir untuk memanusiakan manusia sesuai sunnatullah. Islam memiliki cara untuk memanusiakan manusia, di antaranya yaitu:
Pertama, negara menjamin kebutuhan individu rakyat terpenuhi secara tidak langsung. Misalnya dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan, dan harga-harga bahan yang dibutuhkan sangat terjangkau.
Kedua, negara menjamin kebutuhan kolektif rakyat terpenuhi dengan baik seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan gratis.
Ketiga, negara menciptakan lingkungan yang kondusif dan suasana yang penuh dengan keimanan. Sehingga yang mendominasi dalam kehidupan adalah berlomba berbuat kebaikan dan amar makruf nahi mungkar. Muamalah yang dilakukan berdasar syariat yang lebih berkah, tanpa tipu-tipu dan riba. Tidak ada gaya hidup flexing, yang ada rasa persaudaraan saling membantu dan memakmurkan.
Keempat, negara memfilter hal-hal negatif dari mana saja termasuk dari sosmed dan dunia luar Khilafah agar tidak memengaruhi rakyat dengan hal-hal yang negatif. Akidah dijaga dengan baik, hidup di dunia hanya sementara dan sibuk mengumpulkan bekal untuk kampung akhirat.
Jika negara menjamin kesejahteraan, menutup celah kemaksiatan dan hal-hal yang merusak maka siapa yang tak ingin hidup dalam kondisi demikian? Konsep negara dalam Islam berbanding terbalik dengan kapitalisme. Dalam Islam, negara dan khalifah melayani rakyat atas dorongan akidah menerapkan syariat sementara kapitalisme tidak. Dalam kapitalisme, yang menghasilkan materi akan diurus sementara yang tidak menghasilkan materi tidak.
Islam sistem yang bebas riba, kapitalisme sebaliknya. Pinjol yang beredar di mana-mana tak lepas dari riba. Siapa pun ingin mengambil keuntungan termasuk dalam pinjaman, maka pinjol subur di mana-mana karena menguntungkan bagi yang memberikan pinjaman. Islam mengatur boleh berutang, tapi tidak terkait riba. Karena riba dilarang oleh Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 275, “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
Sudah seharusnya umat kembali pada syariat yang membawa berkah dan maslahat. Meninggalkan dan membuang jauh aturan yang rusak, agar hidup selamat di dunia dan akhirat. Hanya Islam yang mampu mewujudkan itu, oleh karenanya mari kita memperjuangkannya bersama agar segara tegak di muka bumi. Allahualam bishawab.