Oleh: Ummu Azraf Alifah
(Praktisi Pendidikan)
Muslimahtimes.com–Remaja adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak-anak yang tumbuh menuju dewasa. Usia yang dikategorikan remaja kisaran 12-21 tahun. Masa remaja sering disebut masa paling indah, masa segalanya, masa mencari jati diri, masa penuh gejolak dan banyak lagi, dimana masa remaja seolah-olah masa yang paling aktif , masa-masa cari perhatian juga disebut masa labil, ekspresional, emosional baik secara fisik, psikis dan sosial.
Istilah pergaulan remaja juga sudah tidak asing lagi di telinga kita, dengan segala masalahnnya yang tidak ada habisnya untuk dibahas. Pergaulan remaja saat ini identik dengan pergaulan bebas yang negatif di mata masyarakat. Banyak kasus-kasus yang meresahkan masyarakat yang pelakunya adalah anak-anak usia remaja bahkan masih kategori anak-anak. Diantaranya tawuran remaja, merokok, mabuk-mabukan, geng motor, tindakan asusila dan sebagainya.
Pergaulan bebas yang marak saat ini sudah sangat memprihatinkan. Banyak pemeritaan tentang kasus-kasus kejahatan dan kriminal yang dilakukan oleh para remaja. Kasus-kasus pemerkosaan yang berakibat pembunuhan sudah sangat sering kita dengar dan baca dari berbagai media pemberitaan. Bahkan laporan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa sebagian besar anak remaja di Indonesia sudah melakukan hubungan badan. Kasus-kasus pencabulan, pemerkosaan, pelecehan seksual adalah akibat dari pergaulan remaja dan seks bebas yang banyak dianut remaja saat ini.
Faktor-faktor penyebab pergaulan bebas
Kasus-kasus kenakalan remaja dan pergaulan bebas terjadi tentunya bukan tanpa alasan. Beberapa penyebab pergaulan bebas di antaranya:
- Tingkat pendidikan keluarga kurang
Keluarga adalah lingkungan pertama dan terdekat yang paling memengaruhi pertumbuhan remaja. Pendidikan yang kurang, terutama pemahaman tentang cara pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa yang dimiliki seluruh anggota keluarga tentu saja sangat menentukan pemahaman dan tindakan yang dilakukan oleh remaja. Orang tua saat ini banyak yang membebaskan anaknya untuk berpacaran, bahkan orangtua merasa malu kalau anaknya yang sudah remaja tidak mempunyai pacar.
- Broken home
Yang termasuk broken home bukan hanya perceraian kedua orang tua. Suasana dan kondisi di dalam rumah yang tidak harmonis, saling acuh tidak ada saling memperhatikan dan kepedulian bisa dimasukkan kategori broken home. Kondisi broken home menjadikan anak dan remaja kurang memdapat kasih sayang, perhatian dan pengawasan dari orang tua maupun dari anggota keluarga yang lain. Hal tersebut menyebabkan para remaja mencari pelarian diantaranya pergaulan bebas.
- Ekonomi keluarga
Kondisi ekonomi keluarga yang kurang juga menjadi salah satu penyebab pelarian remaja ke pergaulan bebas. Banyak remaja yang mengambil jalan pintas untuk pemenuhan kebutuhannya dengan terjun ke dunia prostitusi.
- Kondisi lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan karakter seseorang. Begitu juga remaja saat ini sangat dipengaruhi lingkungan pergaulannya. Lingkungan pergaulan remaja bisa terjadi di sekolah, tempat kerja, tempat nongkrong dan lingkungan rumah.
- Penyalahgunaan internet
Perkembangan arus teknologi yang sangat cepat tidak dapat terhindarkan saat ini. Apapun yang ada di internet bisa diakses dengan bebas oleh siapapun termasuk para remaja. Konten-konten yang disajikan di media internet tersaji lengkap tanpa ada flter apakah pantas atau tidak, berbahaya atau tidak, bahkan halal haram sudah tidak dijadikan pertimbangan lagi. Hal inilah yang menyebabkan para remaja dengan bebasnya meniru hal-hal yang dia lihat di media internet.
Pendidikan Seks dan Reproduksi ala Barat di Negeri-negeri Muslim
Saat ini hampir seluruh istitusi pendidikan sudah menerapkan program pendidikan seks dan reproduksi dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Program ini sudah direkomndasikan UNESCO. Rekomendasi ini berdasarkan kajian terbaru Global Education Monitoring (GEM) Report, UNESCO. Dalam kajian itu GEM Report mendapati 15 juta anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun setiap tahunnya secara global. (cnnindonesia.com,14/06/19)
Pendidikan seks merupakan jalan keluar yang diambil barat untuk mengatasi persoalan-persoalan akibat pergaulan bebas. Akan tetapi dengan gencarnya program pendidikan seks bebas disekolah-sekolah semakin memperparah keadaan. Perilaku-perilaku menyimpang seperti LGBT tumbuh subur di berbagai negara, kasus pengguguran kandungan, pembuangan bayi akibat hubungan di luar nikah semakin banyak kasusnya, bahkan tidak terkecuali terjadi di negeri-negeri muslim.
Umat Islam sendiri saat ini banyak yang teracuni pemikiran-pemikiran yang lahir dari paham liberal. Dengan dalih pendidikan seks, para orangtua muslim yang membebaskan anak-anaknya menonton film porno, berpacaran, berdua-duaan yang bertentangan dengan norma agama.
Paham liberalisasi lahir dari sekulerisme memisahkan aturan kehidupan dengan aturan agama dan menitikberatkan pada materi dan keuntungan. Pola asuh orang tua yang sudah terpapar paham ini maka cara mendidik anak-anaknya tidak menjadikan pedoman agama sebagai dasarnya. Akibatnya sangat banyak remaja terjerumus dalam pergaulan bebas.
Pergaulan Remaja dalam Islam
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan kedudukan yang sama dalam ketaatan kepada Allah SWT tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. . Dalam TQS Adz Dzariyat:56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku”.
Namun Allah Swt menciptakan laki-laki dan perempuan dalam fitrah yang berbeda. Peran dan tugas seorang laki-laki dan perempuan berbeda sesuai dengan fitrahnya. Penanaman akidah yang kuat sejak dini dari orangtua sangat menentukan terjaganya pola pemikiran pergaulan bebas. Anak adalah titipan Allah Swt sebagai amanah yang harus dijaga dan dididik dengan dasar akidah Islam yang kuat.
Allah Swt mewajibkan orang tua untuk menjaganya dengan baik dan memberikan pendidikan yang baik. Allah SWT berfirman dalam QS An-Nisa:9: “Dan hendaklah takut kepada Allah dan orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan kata-kata yang benar”.
Orang tua merupakan madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Orangtua hendaknya memberikan tauladan dan memberikan pendidikan yang baik dalam pemahaman agama maupun dalam ilmu-ilmu yang menunjang kehidupannya kelak. Dalam sistem sekuler saat ini peran orangtua dituntut lebih dalam membekali pemahaman-pemahaman yang sesuia dengan syariat Islam.
Generasi yang berkualitas, berkepribadian Islam, bertakwa dan bertanggung jawab kepada Allah Swt tidak mungkin lahir dari sistem sekuler liberal, dimana kehidupan dipisahkan dari agama. Mendapatkan generasi Islam yang diharapkan umat diperlukan sebuah sistem yang berasal dari Allah yaitu sistem Daulah Khilafah, sistem dimana pemimpinnya akan menjalankan perannya sebagai pelindung dan pengurus rakyatnya. Rasulullah saw bersabda, “Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggungjawab atas rakyat yang diurusnya”. (HR Bukhari)
Sejarah telah membuktikan dengan penerapan aruran Islam secara kafah dalam Daulah Khilafah, terjamin dalam pemenuhan segala kebutuhan bagi rakyatnya. Islam adalah ideologi sekaligus agama yang mampu memberikan solusi dari semua permasalahan yang dihadapi manusia dalam segala aspek kehidupan.
Wallahu ‘alam bish showab