Oleh. Mariyam Sundari
(Jurnalis Ideologis, Kontributor Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com–Bagi para penulis terutama pemula, pasti pernah merasakan mogok menulis. Hal ini akan terjadi biasanya disebabkan karena seseorang merasa tulisannya tak berarti atau gagal dimuat media. Apalagi setelah beberapa kali mengirim tulisan, namun media yang dituju tidak mau memuatnya. Seperti ada rasa kesal karena menulis sudah memakan waktu dan pikiran. Mogok menulis merupakan hal biasa yang sering terjadi, tapi bukan berarti terus berhenti dan putus asa. Apalagi pada era kapitalisme sekarang ini. Dimana, aturan kebebasan digencarkan lewat media untuk memengaruhi umat. Jadi, para penulis terutama pengemban dakwah, sangat tidak layak kalau harus mogok menulis.
Lantas apa yang harus dilakukan ketika mogok menulis? Sebenarnya kalau hanya karena tulisan tidak dimuat di media, ini bukanlah sesuatu halangan untuk terus menulis. Apalagi saat ini zamannya medsos. Kalaupun, tulisan tidak dimuat oleh media, penulis dapat langsung bisa mentransfer tulisan ke akun media sosial pribadinya masing-masing. Jadi, dimuat tidaknya oleh media bukanlah suatu ukuran untuk tidak mengirimkan tulisan ke media tersebut lagi. Terutama bagi para pengemban dakwah yang ingin menjadikan tulisan sebagai uslub (cara) berdakwah, hendaklah dilakukan dengan niat tulus serta istikamah dalam menjalankannya. Apa pun yang menjadi halangan, tidak akan pernah berhenti untuk menulis.
Apalagi pada masa sekarang ini, zamannya perang pemikiran. Banyak sekali tulisan-tulisan di media yang kontra terhadap syariat Islam. Tulisan tersebut mampu memengaruhi khalayak untuk terus mengaburkan, bahkan meninggalkan aturan yang jelas dari pencipta. Jadi untuk istikamah dalam menulis, harus mengetahui terlebih dahulu bahwa aktivitas menulis adalah mulia. Juga akan banyak kebaikan dan pahala, jika satu tulisan saja dikirim ke media atau disebarkan lewat akun medsos secara pribadi. Ini jelas akan dilihat oleh banyak orang. Seperti, ada ungkapan yang mengatakan, ”Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala” (Sayyid Quthb)
Oleh sebab itu, menulis merupakan bagian dari penjagaan ilmu yang bisa jadi sewaktu-waktu lupa. Jika sudah dituliskan, maka penulis bisa membukanya kapan saja diperlukan, karena sudah tersimpan di media. Dan paling terpenting adalah jika yang ditulis merupakan tulisan dakwah, maka akan menjadi salah satu mata air pahala jariah.
Nah, ketika banyak orang yang membaca kemudian tercerahkan, lalu diamalkan kembali kepada orang lain. Maka, amal jariah akan terus mengalir kepada penulis. Rasulullah saw. Bersabda, ”Barang siapa yang mengajak menuju hidayah maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka. Barang siapa yang mengajak menuju kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka” (HR. Muslim)
Oleh karenanya, jika sudah mengetahui bahwa menulis merupakan pekerjaan mulia yang mendatangkan pahala jariah, jangan pernah mogok menulis terutama dalam menulis dakwah untuk mencerahkan pemikiran umat. Kecuali memang sedang berhalangan. Misal, sedang sakit atau melakukan perjalanan jauh. Namun, jika menulis sudah diagendakan menjadi salah satu aktivitas dalam kehidupan, maka sekalipun tidak menulis tetap akan mendapatkan pahala insya Allah.
Rasulullah saw. bersabda, ”Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat” (HR. Bukhari)
Jadi tunggu apalagi Bestie, teruslah menulis dan jangan pernah mogok dalam memberikan karya lewat tulisan. Dedy Corbuzier dalam acara Hitam Putih (8/12/2017), bertema “Pengamen Cilik Lucu” di akhir acara dia berkata: “Kalau saat itu, saya berhenti menjadi pesulap, berhenti mengejar mimpi. Mungkin tidak tahu saat ini saya jadi apa. Kalau Anda benar-benar mau mencapai mimpi, maka alam semesta akan membantu Anda”. Jadi, dari ungkapan ini dapat diambil hikmah bahwa tidak ada orang yang sukses itu berhenti dalam mencapai mimpi.
Begitupun seorang penulis, jika mogok menulis tidak akan bisa menjadi penulis terbaik, tidak akan memberikan pencerahan kepada banyak orang, juga tidak akan mendapatkan pahala jariah dari menulis. Saatnya berperang lewat tulisan dengan tujuan mengembalikan kehidupan Islam di muka bumi ini. Ikut andil memberikan pemahaman kepada publik bahwa sistem kufur kapitalis yang diadopsi negara saat ini, sangat berbahaya dan merusak akidah. Hanya aturan Islam yang layak diterapkan dalam kehidupan, serta mampu memberikan keberkahan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Wallahu ’alam .[]