Oleh. Uswatun Khasanah
Â
Muslimahtimes.com–Baru-baru ini viral sebuah video yang memperlihatkan seorang ibu hampir membuang anaknya di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dalam video tersebut, terlihat seorang satpam sedang menggendong bayi yang menangis. Sementara petugas lainnya berusaha menenangkan emosi ibu yang bersangkutan.
Meski sudah tenang, sang ibu tampak marah dan seolah menolak bantuan dari petugas. “Biarin bapak,”kata sang ibu dikutip dari unggahan yang diunggah oleh akun TikTok @akaross_, Selasa (5/9/2023). (liputan6.com, 05 September 2023).
Video tersebut menjadi viral dan banyak yang menduga sang ibu menderita depresi pasca melahirkan. Sebenarnya apa saja depresi pasca melahirkan yang sering dialami oleh ibu yang baru melahirkan?
Dilansir dari Very Well Mind Selasa, 9 Mei 2023 Istilah ‘baby blues’ mengacu pada perubahan mood yang banyak dialami ibu dalam dua minggu pertama setelah melahirkan. Perasaan cemas, kecewa, sedih, tidak nyaman, dan ketidakpastian merupakan tanda-tanda depresi pasca melahirkan.
Pentingnya Kesehatan Mental Ibu
Ibu merupakan sosok perempuan yang memiliki status tinggi dalam melahirkan sebuah generasi, kondisinya saat ini memerlukan perhatian yang besar. Sangat menyedihkan sering kita jumpai kasus ibu-ibu yang bunuh diri sendirian, bunuh diri bersama anaknya, atau membunuh anaknya. Berbagai kisah memilukan menyelingi kisah tragis mereka. Kebanyakan orang melakukan hal tersebut karena merasa tidak mampu lagi mengatasi tekanan hidup yang semakin sulit.
Kondisi seorang wanita seringkali berubah selama kehamilan dan setahun setelah melahirkan. Selain dampak ketidakstabilan hormonal, masa ini juga merupakan masa yang melelahkan secara fisik dan mental bagi para ibu. Tanpa dukungan keluarga, seorang ibu bisa saja merasa berjalan sendiri. Jika mereka menjalani kehidupan yang penuh dengan ketakutan, mereka cenderung merasa tertekan dan akhirnya terjerumus ke dalam depresi.
Ada yang berpendapat bahwa depresi yang dialami sang ibu disebabkan karena kurang beriman. Faktanya, hal ini belum tentu 100% terjadi. Pasalnya, ada juga ibu-ibu muda yang keyakinan agamanya dianggap baik, namun justru mengalami depresi. Faktanya, depresi, termasuk depresi pasca melahirkan, sebagian besar disebabkan oleh faktor eksternal.
Bahaya Kapitalisme
Kapitalisme memberikan banyak manfaat bagi ibu-ibu yang mengalami depresi. Ideologi yang berlandaskan sekularisme ini telah melahirkan berbagai bentuk kebijakan yang lepas dari aturan agama. Pada akhirnya manusia hanya mengandalkan akal untuk membuat aturan.
Misalnya, sistem ekonomi kapitalis memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Penerapannya menimbulkan berbagai permasalahan seperti PHK, jebakan rentenir, tingginya harga kebutuhan sehari-hari, dan kurangnya jaminan keselamatan. Penyakit ini tidak hanya menyerang laki-laki, tapi juga para ibu.
Sistem pendidikan kapitalis mau tidak mau berdampak pada kesehatan mental para ibu dan calon ibu. Pendidikan saat ini hanya berorientasi pada materi. Belajar hanya untuk bisa bekerja. Tidak ada tujuan khusus dalam membentuk siswa dan kepribadiannya. Sekularisme juga berhasil membuat generasi-generasi berhenti mengakui agama dan hanya mengikuti hawa nafsunya sendiri. Pendidikan hanya mempersiapkan manusia untuk bekerja, bukan untuk menjalankan tugas perempuan sebagai istri dan ibu bagi generasi penerus.
Institusi sosial juga memainkan peran penting. Kebebasan yang ada saat ini membuat generasi-generasi mudah melakukan perzinahan. Mereka hamil sebelum menikah, dan tidak jarang mereka hamil di usia muda. Dalam hal ini, mereka tentu belum siap memikul tanggung jawab untuk memulai sebuah keluarga. Sistem kapitalis telah terbukti meningkatkan tingkat depresi ibu. Sistem ini tidak sejalan dengan kebutuhan alami perempuan akan kasih sayang dan perlindungan. Hal ini membuktikan bahwa kapitalisme adalah ideologi yang kejam.
Islam sebagai Solusi
Sistem Islam akan melindungi perempuan (terutama ibu) dari depresi, termasuk depresi pasca melahirkan. Salah satu aturan tersebut adalah Islam mewajibkan suami/ahli waris untuk memberikan nafkah kepada istrinya. Akibatnya, istri tidak wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika seorang perempuan tidak mempunyai wali atau ahli waris maka itu menjadi tanggung jawab negara (via Baitulmal). Jika pos Baitumal kosong, memenuhi tuntutan tersebut menjadi tanggung jawab umat Islam.
Selain itu, visi sistem pendidikan Islam adalah menghasilkan generasi berkepribadian Islami, yaitu generasi yang mempunyai pemikiran dan sikap yang sejalan dengan Islam. Dalam konteks ini, Islam mempersiapkan perempuan agar mampu menjalankan tugasnya sebagai ibu dan pengelola rumah tangga di masa depan. Dengan cara ini, ketika anak-anak mencapai usia remaja, mereka siap untuk menegakkan hukum Islam yang diharapkan mereka ikuti. Mereka akan dipersiapkan menjadi ibu, madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Sistem pergaulan, antara laki-laki dan perempuan diatur dalam Islam sehingga akan mencegah terjadinya zina. Generasi perempuan calon ibu akan terjaga kesuciannya dan dapat menyiapkan diri untuk menjadi generasi ibu yang baik. Seharusnya negara mengambil aturan Islam sebagai solusi agar generasi muda terutama calon ibu dan ibu terhindar dari tekanan penyebab depresi, salah satunya baby blues dan tindakan bunuh diri. Wallahu’alam bishawab.