Oleh. Yuli Juharini
MuslimahTimes.com–Allah Swt. menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia itu tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Walaupun terpencil di sebuah pulau, tetap memerlukan bantuan dari orang lain dan alam sekitar untuk kelangsungan hidupnya. Begitu pula ketika di tengah kota. Pasti ada orang-orang yang hidup berdampingan di sekitar kita yang kadang kita memerlukan bantuan mereka, dan mereka pun kadang memerlukan bantuan kita. Itulah tetangga. Begitu berharganya memiliki tetangga yang baik. Bahkan rasul saw. pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, “Malaikat Jibril tak henti-henti berpesan kepadaku mengenai tetangga, sampai-sampai aku menyangka tetangga akan dijadikan ahli waris.”
Berbicara mengenai tetangga, ada sebuah berita yang sempat viral yang menghiasi kolom portal berita di Tangerang. Di mana, seorang warga yang bernama Feri Wahyu Jaryanto yang beralamat di Kampung Jeungjing Rt 6/3, Kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang, hampir setiap hari mendapat teror dari tetangganya yang bernama Amah. Hal itu berlangsung sejak Feri membangun rumahnya selama dua tahun terakhir. Rumah Feri kerap dilempari batu, tinja, kaca rumah digebrak-gebrak, sampai pagar bambu dirobohkan. Namun peristiwa itu telah berlalu. Karena keduanya sepakat berdamai dan saling memaafkan. Seperti yang dikatakan oleh Kapolsek Cisoka, AKP Eldy. Peristiwa perdamaian itu diberitakan oleh Tangerangnews.com pada tanggal 31 Oktober 2023.
Berkaca pada peristiwa tersebut, ternyata bertetangga pun harus tahu ilmunya. Karena jangan sampai kita memperlakukan tetangga kita dengan tidak baik. Tetangga ada yang bisa mengantarkan kita ke surga namun ada juga yang bisa mengantarkan ke neraka.
Fenomena yang ada saat ini, di mana sistem yang dipakai bukan sistem Islam, kadang ada tetangga yang tidak baik dalam memperlakukan tetangga yang lain. Membunyikan musik keras-keras, padahal tetangga terdekat sedang sakit, belum lagi saling bergunjing satu sama lain. Membicarakan keburukan tetangganya. Bahkan ada yang suka pamer. Itu yang terjadi saat ini, di mana hidup bertetangga jauh dari kata islami.
Tidak sedikit tetangga yang bersifat individualis dan egois, hanya mementingkan diri sendiri. Tidak peduli dengan kesulitan orang lain. Hal itu biasanya dipicu oleh keadaan yang memaksa mereka berbuat seperti itu. Bahkan ada satu kasus yang pernah terjadi, ketika ada mayat ditemukan sudah mulai membusuk berhari hari di lingkungan suatu perumahan.
Bagaimana Islam memandang persoalan terkait tentang tetangga?
Begitu banyak hadis Rasulullah saw. yang membahas tentang tetangga. Salah satunya, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir, hendaknya dia memuliakan tetangganya.” Memuliakan di sini berarti tidak menyakiti tetangga dengan perkataan dan perbuatan. Suka berbagi pada tetangga, terutama yang pintunya berdekatan. Juga tidak meremehkan segala sesuatu yang diberikan oleh tetangga, walaupun pemberian itu sangat sederhana.
Ketika ada tetangga yang membutuhkan bantuan berupa apa pun, jika kita mampu, maka wajib kita bantu. Terutama dalam hal makan dan minum. Tidak baik ketika kita kenyang sementara ada tetangga yang lapar, padahal kita tahu tapi tidak membantunya. Jangan sampai, karena kelaparan, tetangga sampai mencuri untuk sekadar mengisi perutnya. Bila hal itu terjadi, maka lingkungan sekitar ikut bertanggung jawab. Bahkan penguasa pun ikut bertanggung jawab jika ada rakyatnya yang kelaparan.
Kemudian, jika ada tetangga yang sakit, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjenguknya, menghiburnya, dan mendoakannya, agar penyakitnya segera disembuhkan oleh Allah. Kalaupun belum diberi kesembuhan, agar diberi kesabaran. Dan jika ada tetangga yang meninggal dunia, maka sebagai penghormatan terakhir, kita bisa ikut mengantar ke tempat pemakaman.
Bagaimana ketika ada tetangga kita yang nonmuslim?
Pada dasarnya, perlakuan kita sama pada tetangga baik muslim maupun nonmuslim. Hanya yang membedakan adalah dalam ranah akidah dan ibadah. Sebagai seorang muslim, haram hukumnya mengucapkan selamat pada perayaan agama lain, walaupun itu tetangga sekalipun. Jangan ada perasaan tidak enak pada tetangga nonmuslim jika tidak memberi ucapan pada perayaan hari raya mereka. Katakan saja, bahwa toleransi dalam Islam itu artinya tidak mengganggu ketika mereka sedang beribadah. Untukmu agamamu, untukku agamaku.
Begitulah hidup bertetangga jika mengikuti aturan Islam. Karena pada dasarnya Islam merupakan agama yang sempurna. Semua diatur, termasuk dalam hal bertetangga. Ketika aturan Islam diterapkan, maka kasus yang dialami oleh Feri Wahyu Jaryanto, serta kasus-kasus lain yang berhubungan dengan tetangga, tidak akan terjadi. Semoga saja umat semakin sadar bahwa sesungguhnya aturan Islam itu membawa kemaslahatan buat umat.
Wallahu alam.