Oleh. Muflihatul Chusnia
Muslimahtimes.com–Pada peringatan Hari Santri 22 Oktober 2023 lalu Presiden Joko Widodo memberikan sambutan apel di Surabaya, JawaTimur. Pak Jokowi meminta agar santri selalu berpegang teguh sesuai dengan konteks saat ini yaitu untuk menghadapi krisis ekonomi, pangan dan energi didunia yang dipicu oleh perang diberbagai negara. (Antara, 22/10/2023)
Peringatan tersebut juga dihadiri oleh Ketum DPR, Puan Maharani, Menkopolhukam Prabowo Subianto, Mensesneg, mentri BUMN, mentri agama Yakult kholil dan beberapa menteri lainnya.
Ditetapkannya Hari Santri berawal dari seruan K.H Hasyim Asy’ari kepada seluruh ulama dan santri Indonesia agar semangat dan membulatkan tekad untuk menjaga tanah air, membela tanah air dari ancaman asing, karena melawan penjajah itu hukumnya fardhu kifayah, begitu dawuh beliau.
Istilah santri, identik dengan pesantren sebagai penyelenggara pendidikan Islam dengan visi misi mulia yaitu menjadikan santri tafaquh fiddin. Pesantren tempat untuk mencetak santri qur’ani, santri gemilang dengan taat syariat Islam. Pesantren juga menciptakan benih-benih kader ulama yang hanif, yang akan mendakwahkan Islam ke seluruh dunia.
Jadi santri memang didoktrin dengan tsaqafah Islam yang benar agar memiliki akidah yang kuat, pengetahuan yang luas, dan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga santri bisa menjadi pelopor kebaikan, sebagai penerus ulama yang memiliki tujuan hidup yang jelas yaitu hanya untuk menggapai rida Allah Swt.
Dari situ sudah jelas bahwa santri merupakan calon-calon ulama, benih-benih generasi bangsa, sampai menjadi pemuda tangguh, memiliki sifat pejuang untuk kebangkitan umat dan menjadi khoiru ummah. Karena santri merupakan pilar bangsa, generasi bangsa yang sangat berpotensi untuk kebangkitan umat untuk peradaban Islam.
Jika kita simak dari pernyataan Pak Jokowi, santri harus kuat dan tangguh menghadapi kesulitan hidup, dalam artian materi yang sejatinya telah diciptakan oleh sistem saat ini. Maksudnya dalam krisis pangan dan krisis ekonomi itu bukan akibat dari perang negara lain, melainkan buah dari sistem demokrasi kapitalis sekuler yang kita adopsi. Statement tersebut bisa meracuni tujuan santri dalam mencari ilmu, bisa membelokkan tujuan dan potensi santri.
Maka dari itu, dalam peringatan Hari Santri nasional saat ini, santri harus diingatkan kembali, diupgrade lagi bahwa mempelajari tsaqafah Islam itu hal yang paling utama, karena tujuan utama menjadi santri adalah menuntut ilmu, memperdalam tsaqafah Islam.
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ اْلأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barangsiapa yang menghendaki dunia, hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki akherat, hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (dunia dan akhirat), maka hendaknya dia berilmu.
Artinya, dengan bekal tsaqafah Islam santri bisa memahamkan umat bahwasanya untuk mengatasi semua problematika umat adalah hanya dengan sistem Islam, bukan dengan yang lain. Sehingga pemahaman santri tidak terkontaminasi dengan sistem yang rusak. Apalagi hanya krisis pangan dan krisis ekonomi yang skala Indonesia, skala dunia pun Islam punya solusi.
Harapannya, santri harus kuat dan teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh oleh jaman, tidak mudah mengikuti arus, yang memang diskenario oleh sistem saat ini, sehingga santri jauh dari pemahaman Islam yang benar, jauh dari kehidupan Islam.
Karena santri mempunyai peran besar dalam kebangkitan umat, santri pelopor kebaikan, penerus ulama yang bertakwa, sehingga mampu memimpin umat menuju kebangkitan, mampu mengubah pemikiran umat yang rusak dengan pemikiran Islam. Karena hakikatnya pemikiran Islamlah yang lebih tinggi dan lebih unggul, sebagaimana sabda Rasulullah saw .
الإسلام يعلو ولا يعلى عليه
”Sesungguhnya Islam itu mulia/tinggi, tidak ada agama yang lebih tinggi daripadanya.” (HR. Bukhari)
Wallahu ‘alam bisshowab.