Oleh. Shafayasmin Salsabila
(Muslimah Indramayu)
Muslimahtimes.com–Betapa beruntungnya umat akhir zaman. Telah turun padanya seorang Rasul yang membawa tuntunan untuk menjalani kehidupan. Berlaku baik bagi generasi yang hidup bersamanya sampai generasi terakhir sebelum datang hari kiamat. Seperangkat aturannya jika diterapkan secara keseluruhan, akan menjamin turunnya keberkahan. Dengannya Allah akan rida dan kebaikan akan menyelimuti muka bumi. Bukan hanya umat manusia yang akan dikembalikan pada fitrah dan merasakan kedamaian, namun alam pun terimbas. Lingkungan terawat, jauh dari kerusakan dan pencemaran.
Hal mendasar yang membuat capaian tersebut dapat diraih ada pada karakter Islam sebagai mabda (ideologi). Islam mengandung dua unsur pokok, yakni sekumpulan konsep (fikrah) dan metodologi (thariqah) sebagai langkah praktis untuk menerapkan konsep tersebut. Uniknya konsep yang dimilikinya berfungsi sebagai problem solver segala permasalahan yang menimpa manusia.
Maka di titik inilah Islam sebagai mabda, hadir dalam rangka menjawab isu lingkungan, sekalipun. Seperti masalah sampah, yang tampak berlarut-larut menggelayut. Negeri tercinta, dikepung sampah berjuta-juta ton. Bahkan menjadi tempat buangan bagi sampah-sampah dari luar negeri. Betapa pemurahnya, sampai membuka pintu impor bagi sampah. Padahal sampah di dalam negeri sendiri saja, belum mampu tertakhlukkan. Dan dalam dunia persampahan, sampah plastik menempati angka yang cukup dramatis.
Diberitakan di laman katadata.co.id (7/2) sampah plastik seberat 12,87 juta ton menumpuk di bumi NKRI, sepanjang tahun 2023. Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati, menyampaikan bahwa sampah plastik menjadi isu serius, sehingga penanganan sampah plastik menjadi fokus dalam Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 yang diperingati 21 Februari. HPSN sendiri awalnya diadakan dalam rangka mengenang tragedi longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah di Jawa Barat pada 2005. Peristiwa tersebut menelan lebih dari 140 korban jiwa, kebanyakan di antaranya bekerja sebagai pemulung.
Sampah sendiri secara garis besar dibagi menjadi dua, ada sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah benda buangan yang berbahan hayati, mudah diurai secara alami. Berkebalikan dengan sampah anorganik, yang berasal dari bahan nonhayati, sehingga kebanyakan sulit terurai secara keseluruhan atau prosesnya memakan waktu panjang.
Plastik merupakan salah satu jenis sampah anorganik. Umumnya bahan pembuat plastik, yakni polimer polivinil, terbuat dari PCB (polychlorinated biphenyl) memiliki struktur mirip DDT. Plastik sulit terdegradasi, butuh sekitar 100 hingga 500 tahun untuk dapat terdekomposisi secara sempurna. Karenanya, sampah berupa plastik berpotensi mencemari tanah, sungai, laut, juga udara.
Lebih spesifik lagi, sampah plastik, terutama kantong plastik, mengandung racun-racun dari partikel plastik tersebut. Apabila masuk ke dalam tanah, akan membunuh hewan-hewan pengurai seperti cacing. Kesuburan tanah akan ikut menurun. Jalur serapan air pun terganggu. Jika sampai terhanyut di laut, akan membahayakan hewan-hewan laut, seperti lumba-lumba, penyu laut, anjing laut. Karena dianggap sebagai makanan, dan akhirnya mati karena tidak bisa mencernanya. Akhirnya, ekosistem laut terganggu. Di sungai-sungai pun, sampah plastik turut mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai, sehingga rentan terjadi banjir.
Keberadaan sampah secara umum, jika menumpuk, akan meniadakan keindahan lingkungan, malah menyebarkan bau busuk. Lalat pun berkerumun, potensi penyakit tumbuh bersamanya. Maka perlu segenap upaya untuk menanggulanginya. Dan sudah pasti, Islam hadir memberikan gambaran besar seputar isu lingkungan.
Pertama, seiring dengan bercokolnya kapitalisme, perkembangan peradaban manusia dan perubahan gaya hidup menuju serba praktis, sampah terutama jenis anorganik, akan terus ditemukan. Baik dalam bentuk limbah rumah tangga, pabrik-pabrik, juga plastik bekas. Maka selain meminimalisir sampah, hal penting lainnya adalah masalah pengolahan. Kedua, perlunya memperbaiki paradigma dan kebiasaan masyarakat, karena jangankan memilah sampah, untuk membuang sampah ke tempatnya saja kerap tidak dilakukan. Butuh sosialisasi masif dan edukasi seputar kesadaran bertanggung jawab atas sampah, juga melakukan pengelolaan berbasis 3R (reduce, reuse, dan recycle).
Ketiga, peran negara dalam hal regulasi serta sanksi. Di samping melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Mulai dari hulu sampai hilir, kuncinya ada pada keseriusan negara. Dari sisi regulasi, negara berwenang untuk menerapkan aturan tegas kepada pabrik-pabrik terkait limbah yang dihasilkan. Juga kepada masyarakat secara umum, melalui mekanisme tersistematis. Semisal pengadaan bak sampah di setiap sudut rumah, baik bak sampah organik maupun anorganik. Bukan hanya menghimbau, tapi mewajibkan warga untuk disiplin dan tertib melakukan pemilahan terhadap sampah. Negara pun akan membiayai riset seputar tekhnologi pengolahan sampah. Semua beban biaya akan diambil dari kas negara, dikenal dengan istilah Baitul Mal. Sehingga tidak ada pemungutan iuran untuk pengangkutan sampah. Di sisi lain akan muncul beragam inovasi mutakhir untuk menjinakkan sampah. Bila ada yang lalai, maka akan ada sanksi yang diberikan untuk memberikan efek jera dan menghapus dosa di akhirat bagi muslim yang meyakini adanya hari penghisaban.
Jika baik hulu dan hilir dibenahi secara sungguh-sungguh, masalah sampah tidak akan berlarut-larut. Baik level individu, masyarakat, dan negara sama-sama memiliki perhatian terhadap sampah, dan tidak menyepelekannya. Tentu ini semua lahir dari kesalehan. Kesadaran bahwa Allah, sebagai Al-Khaliq Al-Mudabbir, menghendaki setiap manusia menjadi penjaga bagi bumi. Iman hasil pencarian akal, akan kokoh menghujam. Pengendali bagi kedua tangan untuk memberikan hak bagi sampah, yakni dibuang di tempatnya dan dipilih sesuai jenisnya. Landasan iman pun akan membuat setiap penguasa yang yakin kepada Allah dan akhirat, untuk serius menangani hulu dan hilir dari siklus sampah agar lingkungan tidak rusak dan ekosistem pun terjaga. Allah berfirman: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (TQS. Al-A‘raf: 56)
Sampah memang akan selalu ada setiap harinya, tapi tidak akan berserakan atau dibiarkan sampai menumpuk. Lingkungan akan bersih dan indah, tidak ada lagi gunung sampah beraroma busuk. Sungai dan laut tidak lagi tercemar. Banjir pun bisa dihindari. Semuanya menjadi nyata, bersama sistem yang suci dari Allah, jauh dari kendali kapitalisme-sekuler yang mendewakan keuntungan meski harus merusak lingkungan dan menimbulkan pencemaran.
Wallahu a’lam bish-shawwab.