Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt.
(Pegiat Literasi dan Pemerhati Kebijakan Publik)
Muslimahtimes.com– Kekalahan dalam perang Salib menyisakan dendam terhadap kaum muslimin. Maka mulailah dilakukan serangan politik terhadap kaum muslimin untuk membalaskan dendam mereka. Pada tahun 1478 hingga tahun 1834 kerajaan Spayol menyerang Andalusia yang merupakan tanah Islam dan kaum muslimin dan mendirikan mahkamah-mahkamah inkuisisi untuk menghabisi kaum muslimin di sana. Pada tahun 1762 Rusia menyerang Khilafah Utsmaniyah dan berakhir dengan perjanjian Caterina yang menyebabkan Daulah Utsmani harus melepaskan Kota Azov dan semenanjung Crimea, menguasai seluruh lembah utara Laut Hitam dan mendirikan Kota Sevastopol sebagai pangkalan militer Rusia di tanah Utsmani.
Pada tahun 1798 Prancis menyerang Mesir dan bagian selatan wilayah Syam dan berhasil menguasai jalur Gaza dan Kota Ramallah. Pada tahun 1839 Inggris menjajah Aden dan lembah-lembah diperbatasan Yaman Selatan hingga Timur Jazirah Arab. Kemudian mencaplok India dan Sudan.
Pada tahun 1898 Belanda berhasil menjajah pulau-pulau India hingga Nusantara. Dan pada tahun 1911 Italia menduduki Tripoli. Akhirnya satu persatu wilayah Daulah Khilafah Utsmaniyah dikuasai kafir penjajah dan penduduknya yang notabene adalah kaum muslimin diusir dari tanah kelahirannya.
Pendudukan keji kafirBbarat di tanah kaum muslimin menimbulkan perlawanan dengan perlawanan yang lemah dan tak terorganisasi di Aljazair, India, Sudan, hingga di Nusantara.
Sejumlah perlawanan yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap pendudukan kaum kafir penjajah menunjukan bahwa kaum muslimin masih hidup dan masih memiliki kekuatan walaupun lemah dan tercerai-berai. Sementara keadaan Daulah Utsmaniyah sudah mulai melemah secara pemikiran walaupun secara militer masih kuat tak tertandingi. Namun, sebab pemikiran Islam sudah mulai pudar ditengah kehidupan Daulah Utsmaniyah sebab serangan pemikiran para misionaris, maka Daulah Utmaniyah tidak lagi mampu mengambil langkah strategis untuk menghentikan pencaplokan wilayah kekuasaannya oleh kafir bafat penjajah.
Di sisi lain, untuk melanggengkan pendudukan kafir Barat penjajah di tanah kaum muslimin di Kekhilafahan Utsmaniyah, mereka melakukan politik pecah-belah sehingga kaum muslimin terseret masuk dalam politik mereka. Mereka menempatkan agen mereka dikursi kekuasaan untuk menjaga kepentingan kafir penjajah. Jadilah kaum muslimin dijajah oleh sesama bangsa sendiri, sebab hilangnya pemikiran Islam dalam benaknya sehingga tak mampu membedakan mana lawan dan mana kawan.
Kafir Barat penjajah pun tidak berhenti sampai di sini, mereka terus getol menyuntikan racun mematikan yang disebut dengan racun pemikiran dan tsaqofah. Disuntikan secara terus-menerus paham kebangsaan dan nasionalisme sehingga kaum muslimin terus hidup dalam sekat nasionalisme buatan kafir Barat penjajah. Disuntikan secara terus-menerus racun demokrasi ditengah kaum muslimin hingga kaum muslimin berani membuat hukum dan perundangan yang menyelisihi hukum Allah Swt dan Rasul-Nya. Disuntikan terus-menerus racun HAM ditengah kaum muslimin sehingga kaum muslimin terjebak dalam hawa nafsunya, bertindak ala kaum sekuler liberalis.
Alhasil, akibat suntikan seluruh racun tersebut kedalam tubuh kaum muslimin, jadilah kaum muslimin menjadi lumpuh tak berdaya menghadapi serangan racun mematikan yang disuntikan kedalam tubuhnya. Hingga hari ini kaum muslimin tak mampu menolong saudaranya di Palestina yang tengah mengalami genosida hingga tak mampu menolong saudaranya yaitu muslim Rohingya yang diusir dari tanah kelahirannya. Kaum muslimin diam tak bergerak menghadapi makar kaum kafir yang men-setting kekuatan kaum muslimin sekadar menggalang dana bantuan dan melakukan perundingan-perundingan yang akan senantiasa mengantarkan pada kegagalan tercapainya tujuan dan mengalihkan perhatian kaum muslimin dari solusi yang sebetulnya telah Allah Swt dan Rasul-Nya tetapkan saat menghadapi makar kaum kafir penjajah.
Kaum muslimin tak lagi mampu bersatu sebab suntikan racun nasionalisme yang dimasukan kedalam tubuhnya. Akibatnya kaum muslimin terpecah dalam sekat nasionalisme yang sulit ditembus. Padahal terpecah dalam sekat nasionalisme adalah perkara yang dilarang dalam Islam yang mengajarkan persatuan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Firman Allah Swt :
وَاعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰهِ جَمِيۡعًا وَّلَا تَفَرَّقُوۡا ۖ وَاذۡكُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰهِ عَلَيۡكُمۡ اِذۡ كُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَ لَّفَ بَيۡنَ قُلُوۡبِكُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِهٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَكُنۡتُمۡ عَلٰى شَفَا حُفۡرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَكُمۡ مِّنۡهَا ؕ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمۡ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُوۡنَ
Artinya : ” Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali Imran : 103)
Firman Allah Swt :
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيۡنَ يُقَاتِلُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمۡ بُنۡيَانٌ مَّرۡصُوۡصٌ
Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff : 4)
Maka, menjadi sebuah kebutuhan yang sangat mendesak untuk kembali menyatukan kaum muslimin dalam satu kepemimpinan dengan menghancurkan sekat nasionalisme yang telah mengungkung mereka dalam keterbatasan gerak dan ketidakmampuan bertindak.
Sebab kaum muslimin memiliki kewajiban untuk menjawab seruan Allah Swt dan Rasul-Nya untuk kembali bersatu dan tidak tercerai berai sehingga kaum muslimin akan mampu menolong saudaranya yang tertindas dan teraniaya oleh kafir penjajah dan akan mampu mengusir kafir penjajah dari tanah milik kaum muslimin.
Wallahualam.