Oleh. Afifah
(Muslimah Brebes)
Muslimahtimes.com–Hari Pendidikan Nasional(Hardiknas)kembali diperingati. Tepatnya tanggal 2 Mei 2024 kemarin. Peringatan ini dijadikan sebagai kepedulian pemerintah akan pentingnya pendidikan di Indonesia. Dikutip dari www.detik.com (2/5/2024), seiring dengan peringatan Hardiknas tahun 2024 tahun ini, pemerintah juga mencanangkan sebagai bulan Merdeka belajar. Pemerintah pun menetapkan sesuai dengan tema Hardiknas 2024 yaitu “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”.
Sebagaimana diketahui, pada bulan Maret lalu Kemendikbudristek telah menetapkan kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional melalui penerbitan Permendikbudristek No.12 Tahun 2024 tentang kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, dan Menengah.
Dengan terbitnya Permendikbudristek ini, kurikulum merdeka secara resmi menjadi kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk seluruh sekolah di Indonesia.(www.kurikulumkemendikbud.go.id/27/3/2024)
Sebelumnya, pengesahan kurikulum merdeka belajar sebagai kurikulum nasional telah menimbulkan berbagai reaksi khususnya di kalangan guru sebagai pemain utama yang memiliki tanggung jawab besar dalam proses pembelajaran. Pasalnya, kurikulum merdeka belajar dianggap masih belum memberikan kejelasan sebagai kurikulum. Peserta didik diarahkan pada kompetensi atau daya saing atas sesuatu yang bersifat materi. Namun melupakan aspek pembinaan agama atau mental. Apalagi faktanya hari ini, kita menyaksikan potret buram pendidikan dalam segala aspek yang dilakukan oleh guru maupun siswa.
Di kalangan pelajar, moral mereka makin mengalami kemunduran. Kehidupan pelajar diliputi dengan berbagai kemaksiatan seperti menyontek, pergaulan bebas, miras, narkoba, perundungan, tawuran hingga kecanduan medsos dan terjebak judi online. Demikian juga guru yang semakin kehilangan fungsinya sebagai pendidik generasi. Guru seolah hanya sebagai penyampai pelajaran, namun gagal menjadi teladan yang mampu membentuk karakter mulia pada diri pelajar. Bahkan dalam beberapa kasus, guru malah terlibat aksi pencabulan dan perundungan terhadap siswanya. Kondisi tersebut tentu memunculkan pertanyaan atas kurikulum pendidikan yang tengah diterapkan saat ini.
Berbagai fakta buruk saat ini menjadi bukti kegagalan sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini. Bahkan perubahan kurikulum pendidikan menjadi kurikulum merdeka belajar diduga akan memperkuat sekularisasi pendidikan di negeri ini.
Sekularisasi pendidikan melalui kurikulum tampak dari upaya memisahkan atau mengesampingkan pembentukan kepribadian dari kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi. Dengan kata lain, pendidikan hanya dirancang untuk menghasilkan manusia-manusia yang mumpuni dalam teknologi namun minim kepribadian Islamnya. Dan konsep inilah yang kita dapati dalam kurikulum merdeka belajar.
Meski kurikulum ini dipandang sebagai terobosan karena berbasis pada kemudahan pembelajaran dan minat siswa, akan tetapi kurikulum ini tetap memandang ilmu sebagai sumber materi. Ilmu yang seharusnya didedikasikan untuk membangun peradaban mulia. Namun di bawah sistem pendidikan sekuler, ilmu didedikasikan hanya untuk meraih capaian-capaian materi dan menjaga eksistensi peradaban kapitalisme.
Tak heran, potensi para intelektual hari ini dibajak untuk menjadi buruh-buruh para kapital. Itulah sebabnya, kurikulum merdeka belajar justru hanya akan menguatkan sekularisme dan kapitalisme dalam kehidupan. Selain itu, kurikulum ini faktanya melahirkan generasi yang buruk kepribadiannya dan menjadikan generasi terjajah budaya barat yang rusak dan merusak. Padahal, pendidikan adalah salah satu aspek strategis yang menentukan masa depan generasi dan bangsa.
Berbanding terbalik dengan Islam. Perhatian Islam akan pendidikan, sangatlah besar. Sebagai sebuah ideologi, Islam memiliki seperangkat aturan lengkap yang mampu memecahkan problematika manusia dalam kehidupan. Salah satunya adalah sistem pendidikan Islam.
Sistem pendidikan Islam sangatlah berbeda dengan sistem pendidikan sekuler kapitalisme. Pasalnya, sistem pendidikan Islam dibangun di atas asas aqidah Islam yang memandang bahwa Allah adalah yang maha pencipta sekaligus maha pengatur kehidupan manusia. Islam menargetkan terbentukanya generasi berkualitas, beriman, bertakwa, terampil, dan berjiwa pemimpin serta menjadi problem solver. Output generasi yang seperti ini hanya akan lahir dari sistem pendidikan yang kurikulumnya disusun berdasarkan akidah Islam. Sebagai pihak yang diberi amanah melayani dan mengurus umat, maka negara wajib memiliki tanggungjawab menyusun kurikulum pendidikan Islam dalam rangka melahirkan generasi berkualitas, menjadi agen perubahan, dan mampu membangun peradaban yang mulia.
Dalam Islam, ilmu ditempatkan pada posisi yang mulia. Allah memuliakan ilmu juga para ahli ilmu. Allah Swt berfirman dalam terjemah Alqur’an surat Al-Mujadilah:11, “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
Ilmu memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, dalam Islam ilmu tidak berdiri sendiri tetapi wajib disandingkan dengan iman. Ilmu dan iman adalah dua modal penting untuk mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan. Keduanya adalah kunci terbentuknya manusia yang berkepribadian Islam yang unik. Maka, dalam menyusun kurikulum pendidikan, negara akan mewajibkan pembelajaran ilmu (tsaqofah Islam) secara menyeluruh dan ilmu-ilmu saintek yang membawa kemaslahatan dalam kehidupan manusia.
Dengan ilmunya, para pelajar akan hadir memberikan solusi yang dibutuhkan masyarakat. Dan dengan keimanannya, mereka faham bahwa ilmunya wajib bervisi akhirat. Alhasil, ilmu yang mereka miliki tidak akan dibiarkan hanya berorientasi dunia saja. Selain itu juga tidak dibiarkan ilmunya hanya diabdikan untuk kepentingan segelintir orang saja. Sebab dengan ilmu yang didapatkan, kaum terpelajar sudah selayaknya menjadi penerang di tengah gelapnya kebodohan. Sekaligus pemberi solusi atas berbagai problematika masyarakat. Dan ini bukanlah mimpi apabila kurikulum Islam direalisasikan dalam sebuah negara yang menerapkan Islam kaffah, yakni Khilafah Islamiyah.
Wallahu A’lam Bishowab