Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute)
Muslimahtimes.com–Sejak zaman klasik, perempuan memiliki kompleksitas perasaan tiada henti. Hanya saja, dulu suara mereka tidak begitu terdengar. Tersembunyi dalam kotak batin masing-masing.
Kini, di era media sosial, kesempatan para perempuan untuk mengekspresikan perasaannya begitu terbuka. Riuh suara batin itu sahut menyahut terpajang di dinding-dinding ruang maya.
Baik yang mengabdikan diri sebagai perempuan tradisional ala Cinderela, maupun yang mengejar kemandirian seperti perempuan modern ala Joanna, suara hati mereka sebenarnya sama saja. Sama-sama menyuarakan fitrahnya dari hati terdalam. Inilah jeritan batin perempuan sesungguhnya:
1. Ingin Diakui Eksistensinya
Setiap perempuan, sama halnya seperti laki-laki. Punya gharizah baqo’ atau naluri mempertahankan diri. Ia ingin eksistensinya diakui. Ingin menunjukkan prestasi dan capaiannya. Ingin keberadaannya berguna dan berdaya. Ingin dianggap sebagai manusia. Ingin diperlakukan secara manusiawi.
2. Ingin Dijaga dan Dilindungi
Sekuat-kuatnya perempuan, ada sisi lemahnya. Sebab Allah ciptakan fisik dan mentalnya bukan seperti pria. Fitrah ini tidak usah diperdebatkan. Ini realita tak terbantahkan.
Oleh karena itu, dalam hati kecilnya, setiap perempuan ingin dijaga dan dilindungi. Ia butuh jaminan akan rasa aman, dari laki-laki yang ia anggap lebih kuat dari dirinya. Ia butuh perlindungan, dari pihak yang menyayanginya.
3. Berharap Dijamin Kesejahteraannya
Diakui atau tidak, banyak perempuan yang memiliki kecerdasan dalam meraih kekayaan. Bisa bekerja, berjualan dan berbisnis, hingga sukses secara materi.
Namun, kelelahan fisik dan psikis sebagai pengorbanannya. Hati kecilnya berseru, andai ada yang menjamin nafkahnya. Andai ada yang menyejahterakannya, maka bekerja boleh jadi bukanlah prioritas utamanya. Peran kodrati sebagai ibu rumah tanggalah idamannya.
4. Membutuhkan Perhatian dan Penghargaan
Perempuan diciptakan dengan hati yang lembut dan perasa. Fitrahnya membutuhkan perhatian. Ia akan merasa sedih dan nelangsa jika diabaikan.
Inilah yang sering membuat para perempuan tidak bahagia. Khususnya para istri yang kelelahannya tidak pernah diperhatikan. Sedih, ketika suasana hatinya tidak pernah ditanya. Ia merasa tidak bahagia.
5. Merindukan Kasih Sayang dan Keromantisan
Perempuan diciptakan dengan hati dilimpahi kasih sayang. Ia bisa menebarkan kasih sayang itu kepada orang-orang di sekitarnya yang ia sayangi. Meski mungkin hatinya tidak bahagia, ia tetap bisa menyembunyikannya, karena rasa welas asih yang dimilikinya.
Namun, ia tetap butuh cinta dan kasih sayang. Tangki cintanya tetap harus diisi. Ia butuh hubungan romantis untuk melengkapi kebahagiaannya. Sebagai manusia normal yang memiliki gharizah nau’ atau naluri melestarikan jenis, ia butuh membangun cinta romantis. Bukan sekadar cinta platonis atau persahabatan.
Demikianlah naluri perempuan yang harus diakomodasi. Dan, sebaik-baik cara mendudukkan perempuan pada fitrahnya adalah syariat Islam. Hanya Islam yang mampu meredam jeritan batin mereka, hingga dapat memberikan kemasalahatan secara maksimal. Baik untuk dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Ingat, bagaimana peradaban itu tegak, sangat tergantung pada bagaimana wanitanya. Jika ia bahagia dan dibahagiakan sesuai fitrahnya, niscaya lahirlah generasi penerus yang hebat. Tegak pula masyarakat yang hebat dan negara yang juga hebat. Maka, kembalikan kedudukan perempuan sesuai syariat Islam.(*)