Oleh. Ayu Mela Yulianti, S.Pt
Mualimahtimes.com–Susunan ayat dalam Al-Qur’an adalah bersifat tauqifi. Allah Swt yang langsung menyusunnya, kemudian mewahyukannya kepada Baginda Nabi besar muhammad Saw, secara perlahan dan berangsur – angsur, agar Rasul saw bisa menghafalnya di luar kepala dan meresap ke dalam qolbu.
Kemudian Nabi saw membacakan Al-Qur’an kepada para sahabat, yang kemudian dihafalkan dan dituliskan oleh para sahabat atas perintah Rasulullah Muhammad Saw, dengan diawasi langsung oleh Rasulullah saw cara penulisannnya, baik, kata, kalimat, maupun urutannya. Namun hal demikian tidaklah menunjukan bahwa Rasulullah saw adalah mujtahid dan pembuat Al-Qur’an, bukan.
Akan tetapi hal demikian menunjukan bahwa bentuk huruf, pelafalan, hingga kalimat dan urutan ayat dalam Al-Qur’an, yang dituliskan oleh para sahabat atas perintah Rasulullah saw, ada dalam pengawasan langsung dari Allah Swt yang mewahyukannya kepada Baginda Nabi besar Muhammad saw.
Allah Swt berfirman :
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّكۡرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوۡنَ
Artinya : ” Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”(QS. Al-Hijr : 9)
Rasulullah saw bersabda :
عن أبي سعيد الخدري أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لا تكتبوا عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه
Artinya : “Diceritakan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda “Jangan kalian menulis (selain Al-Qur’an) dariku. Barang siapa yang menulis dariku selain Al-Qur’an hendaknya ia menghapusnya” (HR Muslim)
Dari Utsman bin Affan r.a, dia berkata adalah Nabi setelah menerima ayat -ayat, Beliau saw bersabda :
“Letakkan ayat ke dalam surat yang menyebutkan tentang ini “
“Urutkanlah oleh kalian ayat ini pada surat ini setelah ayat ini.”
Dari Said bin Zubair , dari Ibnu Abbas berkata : “Bahwa Nabi tidak mengetahui akhir surat sampai turunnya Bismillahirrohmanirrohim “.
Demikianlah susunan ayat dalam Al-Quran adalah bersifat tauqifi berasal dari Allah Swt. Allah Swt sendirilah yang menentukan dan menyusunnya, untuk kemudian diwahyukan kepada Rasulullah Saw melalui Malaikat Jibril a.s, yang kemudian ditulis oleh para sahabat.
Adapun susunan surat dalam Al-Qur’an adalah bersifat ijtihadi para sahabat. Disusun berdasarkan hasil ijtihad para sahabat masing-masing. Syekh Taqiyuddin An – Nabhani dalam kitabnya Syahsiyah Islamiyah jilid 1, menyebutkan bahwa Ali bin Abi thalib ra, menyusun mushafnya mulai dari surat Iqra, seterusnya Al-Mudatsir, kemudian Nun, Al-Muzammil, Tabat, At-Takwir, selanjutnya Sabbaha, demikian sampai akhir surat Al-Makki, kemudian surat-surat al-Madani .
Berbeda dengan mushaf Ibnu Mas’ud susunan suratnya dimulai dari surat Al-Fatihah, kemudian surat Al-Baqarah, surat An-Nisa, barulah surat Ali Imran. dst.
Sedangkan mushaf Utsman urutannya adalah surat Al-Fatihah, Al-Baqarah, Ali Imran barulah An-Nisa, dst. Akan tetapi walaupun berbeda susunan suratnya, namun susunan ayat dalam suratnya tidak berbeda alias sama.
Pengumpulan Al-Quran dilakukan para sahabat, agar hafalan Al-Qur’an tidak punah. Hal demikian terjadi setelah peristiwa perang Yamamah yang membuat banyak para penghafal Al-Qur’an syahid didalam peperangan tersebut. Maka, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a atas permintaan Umar bin Khattab r.a, melakukan pengumpulan Al-Qur’an dalam bentuk lembaran-lembaran yang telah ditulis di hadapan Rasulullah saw dengan bagian-bagian lain di satu tempat, bukan pengumpulan terhadap mushaf Al-Qur’an, hal demikian terjadi pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
Kemudian pada masa Utsman bin Affan, terjadi perbedaan kaum muslimin dalam membaca Al-Qur’an, sehingga terjadi peristiwa saling mengkafirkan diantara sesama muslim.
Akhirnya Khalifah Utsman bin Affan r.a, melakukan penyalinan dan pemindahan berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw sendiri apa adanya. Bukan pengumpulan Al-Qur’an, sebab pengumpulan Al-Quran dalam bentuk lembaran-lembaran dilakukan di masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
Utsman bin Affan r.a tidak membuat sesuatu kecuali hanya menyalin tujuh buah salinan dari naskah yang terpelihara yang ada pada Hafshah Ummul Mukminin r.a.
Kemudian para sahabat bersepakat (ijma sahabat) untuk menjadikan hanya satu mushaf saja yang diberlakukan untuk seluruh kaum muslimin di seluruh negeri-negeri kaum muslimin, yaitu mushaf yang disalin dan disusun oleh Utsman bin Affan r.a.
Sehingga sampai hari ini kita masih bisa melihat membaca dan menghafal Al-Qur’anul Karim, kalamullah, firman Allah Swt yang diturunkan kepada Baginda Nabi besar Muhammad saw melalui Malaikat Jibril a.s.
Sebuah kenikmatan yang luar biasa. Yang hanya bisa dinikmati oleh seorang muslim lagi beriman.
Allah Swt berfirman :
لَّا يَمَسُّهٗۤ اِلَّا الۡمُطَهَّرُوۡنَؕ
Artinya : “Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. “
Artinya : “Dari Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah saw pernah menulis surat untuk penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an melainkan orang yang suci”.(HR. Daruquthni).l
Wallahualam.