Oleh. Frisa Fauziah Az-Zahara
Muslimahtimes.com–Serangan brutal Zionis Yahudi sejak Sabtu malam (19/10/2024) hingga Ahad (20/10/2024) menjadi serangan yang paling banyak menewaskan warga Gaza dalam 24 jam terakhir. Di Gaza Utara, tepatnya di Beit Lahia, warga Gaza yang tewas bahkan mencapai 87 orang. Terhitung sejak 7 Oktober 2023 lalu, hingga saat ini warga Palestina yang tewas sudah mencapai 42.603 orang. Namun, brutalnya penyerangan tersebut hanya direspon dengan pengutukan oleh PBB (dunia.tempo.co, 21-10-2024).
PBB melalui OHCHR hanya menyampaikan bahwa Zionis Yahudi ini harus segera mengambil tindakan agar genosida tidak terjadi dan baru mengumumkan hasil penyelidikan terkait Israel alias Zionis Yahudi ini melakukan kebijakan terpadu untuk menghancurkan sistem perawatan kesehatan di wilayah tersebut dalam serangan yang menurut OHCHR ini merupakan kejahatan perang (metrotvnews.com, 21-10-2024). Sementara negara-negara Arab yang berdekatan dengan wilayah Palestina tidak berkomentar dan hanya diam terkait serangan ini. (international.sindonews.com, 20-10-2024)
Sungguh miris kondisi dunia saat ini. Penguasa yang punya kekuasaan hanya diam padahal seorang muslim. Sedangkan umat muslim lainnya tidak bisa membantu lebih dari menyerukan protes terhadap genosida yang terjadi, boikot, dan menggalang bantuan kemanusiaan. Organisasi skala global pun hanya mengutuk walaupun sudah berjatuhan nyawa dan hancur materi yang ada di Palestina sana. Semua ini tidaklah normal dan tidak patut untuk dibiarkan. Kondisi yang membuat dunia terbelenggu diakibatkan karena adanya batas-batas distopis yang bernama nation-state.Batas khayal inilah yang membuat kaum muslim tidak bisa bersatu membela saudaranya sekalipun dia adalah penguasa serta kekacauan yang terjadi di Gaza sana semakin parah.
Ditambah dengan paham nasionalisme yang membuat negeri muslim merasa tidak perlu membantu Gaza karena merasa bukan urusan mereka dan tidak boleh ikut campur dengan urusan wilayah lain. Hipokrit sekali paham ini, karena nyatanya kampiun pengusung nasionalisme seperti Amerika Serikat bahkan mengucurkan dana untuk persenjataan Zionis Yahudi. Jadi, umat muslim telah dikoyak dan dikaburkan oleh paham nasionalisme dan garis khayal nation-state ini. Seolah terbelenggu secara fisik, padahal pikiran merekalah yang terpenjara.
Sungguh jika kaum muslim ingin segera membantu saudara di Gaza sana maka yang harus dilakukan adalah sadari bahwa akidah seorang muslim hanya boleh dengan Islam. Islam yang mengambil aturan Sang Pencipta secara sempurna, dengan kata lain secara kaffah. Sehingga umat muslim termasuk para pemimpinnya sadar betul bahwa nasionalisme dan nation-state bukanlah dari Islam, tapi dari sekularisme kapitalisme yang akhirnya tidak layak dijadikan untuk asas dalam memimpin dan mengatur kekuasaan. Setelah sadar, maka Islam tidak akan dibiarkan menjadi ajaran ritual semata, namun akan segera diterapkan sebagai sistem kehidupan dalam satu kepemimpinan secara global yakni Khilafah Islamiyah. Pemimpin muslim yang sadar (baca: Khalifah) akan tahu betul bahwa sudah menjadi kewajiban muslim untuk membantu saudaranya apalagi yang sedang terjajah. Dan ini merupakan suatu kemuliaan yang tinggi untuk berjuang membebaskan saudara muslim dengan syariat jihad.
Khilafah berkomitmen mengambil langkah nyata untuk membebaskan Palestina dengan mengirim pasukan besar guna menghancurkan keberadaan Israel sepenuhnya. Khilafah juga berencana berjihad melawan negara-negara seperti AS yang mendukung Israel. Setelah itu, Khilafah akan melakukan pembangunan kembali Palestina, memastikan umat Islam di sana dapat hidup layak. Pembangunan tersebut meliputi infrastruktur fisik, seperti bangunan, transportasi, dan telekomunikasi, serta infrastruktur sosial, termasuk sistem pendidikan dan kesehatan. Khilafah juga akan menempatkan pasukan yang memadai di perbatasan Palestina untuk menghadapi ancaman musuh kapan saja.
Saat ini, agenda utama umat adalah menegakkan Khilafah, yang diyakini sebagai satu-satunya solusi untuk mengakhiri penjajahan di Palestina. Untuk akhirnya bisa mewujudkan solusi ini maka kaum muslim baik umatnya dan pemimpinnya harus bergerak bersama-sama kelompok dakwah yang terus menyerukan mengenai penerapan Islam secara total dalam kehidupan. Hal ini sebagaimana teladan dari Rasulullah saw. yang juga bergerak bersama kelompok yang senantiasa dakwah Islam Kaffah sampai akhirnya bisa terwujud dalam bingkai negara di Madinah. Wallaahu a’lam bishshawab.