Oleh.Hana Annisa Afriliani, S.S
Muslimahtimes.com-–Seorang laki-laki ketika memutuskan siap mengarungi bahtera rumah tangga, berarti secara otomatis ia juga siap mengemban status sebagai seorang suami dengan segala amanahnya. Menjadi suami terbaik tentu saja idaman setiap laki-laki, apalagi bagi mereka yang telah memahami tujuan sebuah pernikahan. Ya, pernikahan bukan sekadar untuk menghalalkan sebuah hubungan dan menyatukan cinta, tetapi juga mewujudkan visi ibadah di dalamnya. Oleh karena itu, seperti apa karakter terbaik seorang suami harus disandarkan kepada apa-apa yang telah digariskan Islam.
Berikut ini adalah suami terbaik versi Islam yang harusnya diwujudkan oleh setiap laki-laki yang telah menjadi seorang suami:
1. Bertakwa kepada Allah
Takwa adalah fondasi dalam diri seorang muslim. Takwa berarti tunduk dan takut kepada Sang Pencipta. Maka, suami yang memang telah Allah tetapkan sebagai pemimpin dalam rumah tangga, jika dia bertakwa kepada Allah tentu saja tidak akan berani melakukan kezaliman atau penyimpangan dalam kehidupan rumah tangganya, bukan karena takut istri tetapi karena takut kepada Rabbnya. Ia akan bekerja keras melaksanakan tanggung jawabnya sebagai suami, yakni memberi nafkah yang halal untuk istri dan anak-anaknya.
Allah Swt berfiman dalam surah An-Nisa ayat 34:
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.”
2. Penuh Kasih Sayang
Salah satu wujud kasih sayang suami kepada istrinya adalah dengan memberikan perhatian kepada istrinya. Bukan sebaliknya, bersikap cuek dan tidak peduli. Ketika istri sakit, maka suami akan berusaha membantu pekerjaan istrinya dan memberikan perhatian dengan memijatnya, misalnya. Wujud kasih sayang juga ditunjukkan dengan tindakan fisik seperti memeluk, mengelus kepala, mencium dan mengajaknya bicara serta memberinya hadiah-hadiah kecil. Karena kasih sayang tidak sekadar berupa pemenuhan nafkah lahir, tetapi suami juga wajib memenuhi nafkah batin istri dan memperhatikan kebutuhan emosional istri.
Allah Swt berfirman dalam surah An-Nisa ayat 19:
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
Dalam surah Ar-Rum ayat 21 Allah juga berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang dan rahmat. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.“
3. Membantu Istri
Dalam Islam, pekerjaan domestik dalam rumah tangga merupakan kewajiban istri. Meski begitu, tidak ada salahnya jika suami ikut membantu pekerjaan istrinya. Bukan sebuah kehinaan bagi suami ketika mengerjakan pekerjaan rumah tangga demi meringankan pekerjaan istrinya, melainkan sebuah kebaikan dan kemuliaan. Bukankah Rasulullah saw pun sering membantu pekerjaan istrinya?
“Aku pernah bertanya kepada Aisyah: Apa yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di rumahnya? Aisyah berkata: Beliau membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, maka apabila telah masuk waktu shalat beliau keluar untuk shalat.” (HR. Al-Bukhari)
Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu (di rumahmu)?”, Aisyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember” (HR. Ibnu Hibban)
Demikianlah wujud ikatan persahabatan di antara suami istri akan tercermin dengan adanya ketidakengganan suami membantu istrinya. Inilah yang juga akan membuat istri merasa dicintai dan dihargai.
4. Menjaga Rahasia/ Aib Istri
Suami terbaik versi Islam akan senantiasa menjaga rahasia atau aib istrinya. Tidak menceritakannya kepada orang lain apalagi kepada keluarga besar. Sebagaimana Allah Swt berfirman, “…Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka…” (QS Al-Baqarah : 187)
Tak hanya itu, suami juga tidak boleh membuka rahasia dalam urusan ranjang. Sesungguhnya membuka rahasia ranjang rumah tangga sangat tidak disukai Allah Swt. Sebagaimana hadis mengenai kewajiban suami terhadap istri yang diriwayatkan Muslim berikut ini:
“Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Marwan bin Muawiyah telah menceritakan kepada kami: Dari Umar bin Hamzah Al-Umari: Abdurrahman bin Sa’ad telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar Abu Sa’id Al-Khudri berkata: Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian dia menyebarkan rahasianya.”
5. Mengajarkan Agama
Suami sebagai imam atau pemimpin dalam rumah tangga wajib mendidik istrinya menjadi perempuan yang solehah. Oleh karena itu, wajib baginya mengajarkan agama kepada istrinya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah At-Tahrim ayat 6: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Namun jika suami tidak memiliki kemampuan untuk mengajarkan agama kepada istrinya, suami wajib mendorong istrinya untuk mengikuti kajian Islam di luar rumah dan bergabung bersama komunitas dakwah Islam yang dengannya mampu membina istrinya untuk menjadi muslimah yang solehah. Suami tidak boleh abai dalam pendidikan agama ini, karena istri itu dibentuk oleh suaminya. Jika istri sudah solehah, maka ia akan mampu menjalani perannya sebagai ibu yang solehah bagi anak-anaknya. Dengan itulah akan tercipta generasi yang bertakwa dan berkepribadian Islam.
6. Bertutur Kata Lembut dan Tidak Pemarah
Sudah fitrahnya bahwa perempuan memiliki perasaan yang lembut. Maka, kaum laki-laki telah diperintahkan Allah untuk memperlakukan perempuan dengan penuh kelembutan. Mampu mengayomi dan memberikan nasihat dengan penuh cinta. Karena perempuan akan luluh dengan kasih sayang dan cinta, bukan dengan kemarahan. Suami wajib menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan terbaik dalam memperlakukan istrinya. Rasulullah saw tidak pernah sekali pun menyakiti istrinya, baik dengan ucapan apalagi tindakan. Rasulullah saw senantiasa mengelurkan kata-kata yang baik kepada istrinya meskipun dalam kondisi marah. Itulah mengapa istri-istrinya senantiasa memuliakannya, karena mereka pun dimuliakan.
Rasulullah saw bersabda:
“Istri itu (terkadang) seperti tulang rusuk (yang bengkok dan keras). Jika kamu luruskan, kamu bisa mematahkannya. Jika kamu (biarkan, dan tetap) menikmatinya, maka kamu menikmati seseorang yang ada kebengkokan (kekurangan) dalam dirinya”. (Sahih Bukhari, no. hadits: 5239)
Rasulullah saw pun tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada istrinya. Sayyidah Aisyah RA. berkata:
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Rasulullah sama sekali tidak pernah memukul siapa pun dengan tangannya, baik itu pelayan beliau maupun perempuan, kecuali saat berjihad di jalan Allah” (HR. Muslim no. 2328)
Bahkan, Rasulullah mengingatkan para suami untuk tidak memukul istri mereka dan menyindir mereka yang melakukannya. Beliau bersabda:
لاَ يَجْلِدُ أَحَدُكُمُ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْعَبْدِ، ثُمَّ يُجَامِعُهَا فِي آخِرِ الْيَوْمِ
“Janganlah salah seorang dari kalian memukul istrinya seperti ia memukul seorang budak, sedangkan di penghujung hari ia pun menggaulinya” (HR. Bukhari no. 5204)
Demikianlah suami terbaik versi Islam yang harusnya diwujudkan oleh setiap laki-laki yang bergelar suami. Dengan begitu, niscaya kehidupan rumah tangga akan berada dalam keharmonisan dan keberkahan. Ingatlah, bahwa suami adalah nahkoda dalam kapal rumah tangga. Jangan sampai gara-gara nahkodanya tidak cakap memainkan perannya, kapal rumah tangga karam di tengah perjalanan. Wallahu’alam bis shawab