Oleh. Hany Handayani Primantara, S.P
Muslimahtimes.com–Solusi dua negara tidak bisa dijadikan penyelesaian final bagi Israel dan Palestina, hal ini tampak nyata saat kondisi genjatan senjata. Ketika genjatan senjata baru dimulai dua hari saja, Israel dan Hamas saling menuduh gagal menepati perjanjian gencatan senjata. (Kompas.com, 29/01/25)
Perselisihan tersebut terjadi ketika ribuan warga Palestina dicegah di Koridor Netzarim saat hendak kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara. Sebelumnya, Hamas telah membebaskan empat tentara perempuan Israel, sedangkan Israel membebaskan 200 tahanan Palestina. Pemerintah Israel memblokir jalan utama dan menuduh Hamas melanggar ketentuan kesepakatan gencatan senjata. (BBC.com, 25/1/2025)
Euforia di Balik Genjatan Senjata
Sebagian kaum muslim merasa tenang dan sedikit gembira dengan keputusan genjatan senjata yang terjadi di Palestina. Padahal tahukah kita jika genjatan senjata bukanlah solusi solutif bagi Palestina dan Israel. Sebab, walaupun di satu sisi kondisi genjatan senjata memang seakan memberi jeda bagi kaum muslim palestina untuk bebas dari kejahatan yang dilakukan Zionis dan antek pendukungnya AS. Namun pada hakikatnya genjatan senjata tidak akan menyelesaikan penjajahan dan genosida.
Genjatan senjata yang terjadi justru menunjukkan kondisi keputusasaan dari pihak Zionis yang sudah lelah mematahkan semangat serta keteguhan rakyat Gaza. Sekalipun mereka menderita kelaparan, dibunuh secara massal, bahkan tak sedikit dari pemimpin mereka yang syahid, namun hal itu tak membuat hati mereka goyah. Mereka tetap teguh mempertahankan tanah kelahirannya. Sikap demikian yang pada akhirnya membuat Zionis gentar.
Genjatan senjata hanyalah tameng para Zionis untuk memupuk kekuatan persenjataan yang lebih besar guna menyerang warga Palestina. Melalui bantuan AS mereka pun dengan mudah memasok kekuatan baru. Maka dari itu kaum muslim jangan tergiur dan merasa tenang dengan eforia genjatan senjata yang mereka tawarkan. Kaum muslim harus terus berisik terkait kasus Palestina. Menyuarakan pembebasan Palestina dengan solusi yang solutif. Sebab langkah perdamaian dan diskusi politik yang mereka tawarkan tidak lagi bisa dijadikan penyelesaian.
Membuka Kesadaran Umat
Di bulan Rajab dan peringatan Isra Mi’raj ini justru seharusnya bisa kita dijadikan sebagai momen yang tepat untuk menyadarkan umat. Bahwa akar penyelesaian persoalan Palestina hanya bisa diselesaikan secara tuntas dengan adanya jihad dan terwujudnya khilafah bagi kaum muslim. Kemuliaan yang telah Allah berikan pada tanah palestina seharusnya bisa mendorong kita untuk berikhtiar mewujudkan kembali kemuliaan umat Islam.
Seperti yang terjadi pada umat muslim di Indonesia. Momentum Rajab diisi dengan mengadakan aksi bela palestina tanggal 26 Januari 2025. Dari wilayah Jabodetabek umat Islam hadir atas dasar dorongan iman. Kemudian di hari berikutnya kota-kota besar lain turut serta mengadakan aksi bela palestina. Mereka berkumpul menyuarakan seruan jihad dan khilafah sebagai solusi yang solutif bagi Palestina. Hal itu dilakukan agar kesadaran umat terbentuk.
Ketika kesadaran umat sudah terbentuk mengenai akar penyelesaian Palestina, maka umat akan bergerak secara sukarela ikut berjuang untuk mewujudkannya. Sehingga jihad dan tegaknya Khilafah tak mungkin lagi terbendung kemunculannya. Di saat itulah umat membutuhkan adanya kepemimpinan jamaah dakwah ideologis untuk menghantarkan mereka pada tujuan tersebut.
Wallahu alam bishawab