![WhatsApp Image 2025-02-10 at 10.31.56](https://muslimahtimes.com/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-10-at-10.31.56-1024x846.jpeg)
Oleh. Rahma Al-Tafunnisa
Muslimahtimes.com–Israel dan Hamas akhirnya resmi menerapkan gencatan senjata Minggu (19/1) setelah 15 bulan lamanya berperang hingga Tel Aviv melancarkan agresi brutal ke Jalur Gaza Palestina. Gencatan senjata ini tercapai usai lebih dari 46.000 warga di Pelestina meninggal, ratusan ribu warga terluka, dan jutaan orang terpaksa mengungsi karena agresi Israel.
Kesepakatan tersebut mencakup tiga fase. Fase pertama berlangsung 42 hari meliputi pertukaran sandera dan tahanan hingga penghentian serangan. Fase kedua diharapkan bisa gencatan permanen dan penarikan pasukan Israel secara penuh. Fase ketiga pemulangan jenazah dan sisa-sisa tubuh sandera serta implementasi rencana rekonstruksi Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunda gencatan senjata pada Minggu (19/1), hari saat kesepakatan mulai efektif. Di hari itu pula, pasukan Israel menggempur Gaza dan menyebabkan delapan orang meninggal. Dalam rilis resmi kantor PM, Netanyahu memerintah pasukan Israel tak memulai gencatan hingga mereka menerima daftar nama-nama sandera yang akan dibebaskan. Sedangkan Hamas mengakui ada kesalahan teknis sehingga daftar nama tawanan yang akan mereka bebaskan telah diberikan. Namun, Hamas berkomitmen mematuhi gencatan senjata.
Di Tel Aviv, ratusan warga Israel bersorak dan menangis di sebuah alun-alun di luar markas pertahanan saat siaran langsung dari Gaza menampilkan ketiga sandera tersebut naik ke dalam kendaraan Palang Merah yang dikelilingi oleh pejuang Hamas. Gencatan senjata ini menyerukan pengentian pertempuran, pengiriman bantuan ke Gaza, dan pembebasan 33 dari 100 sandera Israel dan asing yang tersisa dalam fase pertama selama enam minggu dengan imbalan hamper 2.000 tahanan Palestina yang ditambah di penjara Israel. Banyak dari sandera tersebut diyakini meninggal. Di Gaza bagian utara, warga Palestina menelusuri lanskap yang hancur penuh dengan puing-puing dan logam yang bengkok, sisa dari pertempuran palingg intens dalam perang ini.
Gencatan senjata ini berlaku pada malam pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump. Penasihat keamanan nasional Trum, Mike Waltz mengatakan jika Hamas melanggar kesepakatan, Amerika Serikat akan mendukung Israel melakukan apa yang harus dilakukan.
Setelah sekian lama usulan genjatan senjata, ternyata baru disepakatai setelah begitu banyak muslim Palestina yang menjadi korban. Termasuk di dalamnya perempuan dan anak-anak yang seharusnya tumbuh menjadi generasi penerus penjaga dan pelindung negeri yang diberkahi yaitu negeri Syam, khsusunya Palestina. Namun, apalah daya mereka tidak bisa menghentikan kekejian yang dilakuka oleh Israel laknatullah. Dunia pun tidak bisa mengehntikannya, termasuk pemimpin-pemimpin negeri muslim yang punya kekuatan dan militer yang sangat kuat. Mereka tidak mampu menguris penjajah tersebut dari bumi Syam, mereka takluk di hadapan penguasa-penguasa superpower seperti Amerika.
Muslim Palestina begitu gembira dengan gencatan ini, setidaknya mereka bisa bernapas dengan tenang saat bulan Ramadan nanti. Mereka bisa melanjutkan hidup mereka tanpa mendengan dentuman bom yang biasanya mereka dengar setiap hari. Mereka bisa beribadah dengan nyaman tanpa melihat gelimpangan mayat di jalan-jalan raya. Sungguh ketenanganlah yang mereka harapkan selama ini.
Namun, sepertinya mereka tidak bisa begitu bergembira. Karena seperti yang kita tahu bahwa Israel dan sekutunya tidak bisa dipegang omongannya, tidak bisa dipegang janjinya. Sudah sangat sering mereka melakukan pengiatanan terhadap kaum muslim selama ini. Jadi, sewaktu-waktu bisa jadi mereka berubah pikiran dan melanjutkan aksi kejam mereka terhadap muslim Palestina. Karena tidak ada yang bisa kita harapkan di dalam sistem kapitalis sekuler yang dikuasai negara adidaya saat ini. Mereka bertindak berdasarkan keperntingan dan manfaat. Jika membunuh muslim Palestina bisa menambah kekuasaan dan kedudukan mereka maka tentu akan mereka lakukan.
Gencatan senjata kita harapkan untuk selamanya, tidak ada lagi wajah-wajah kotor Israel datang ke tanah Syam untuk membantai dan menghancurkan kota mereka. Namun tentu kit apatut waspada dengan propaganda mereka yang sudah punya label “penghianat”. Jika mereka tidak benar-benar diusir rasanya mereka tabal muka jika harus meninggalkan tanah Syam. Karena mereka menginginkan tanah tersebut sejak dulu. Maka dari itu satu-satunya cara adalah dengan mengusir mereka.
Lau sekarang dengan apa mengusir mereka? Tentu dengan mengirim tetara-tentara muslim. Melawan mereka dengan bersatu padunya umat muslim pula. Menyatukan pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama, sehingga terbentuklah pemahaman bahwa satu-satunya solusi penjajahan ini adalah menyelesaikannya dengan jihad. Namun tentu jihad akan efektif jika dikomando oleh seorang pemimpin, seorang khalifah dalam sistem khilafah. Karena solusi tuntas pendudukan Palesina hanya akan tuntas dengan keberadaan Khilafah. Khilafah akan membebaskan Palestina dengan segenap kemampuan karena menjadi kewajibannya sebagai pelindung kaum muslim. Karena kita tahu sendiri bahwa kita tidak bisa berharap kepada PBB yang seharusnya mampu memyelesaikan permaslahan ini. Tidak ada yang bisa kita harapkan selain jihad fisabilillah dibawah naungan Khilafah.
Khilafah akan menghentikan kolonialisasi, dominasi dan hegemoni Barat dengan tata dunia saat ini. Khilafah akan menghentikan penjajahan di Palestina bahkan diseluruh penjuru dunia manapun. Khilafah akan menghancurkan sistem sekuler-kapitalistik-demokrasi yang menghisap kekayaan dan keamanan negeri-negeri muslim. Khilafah akan memberikan kebaikan untuk semesta. Muslim dan orang kafir.
Rahmatan lil ‘alamin.
Wallahu a’lam bi ash-shawaab