
Oleh. Dwi Lis
Muslimahtimes.com–Miris, wajah dunia pendidikan saat ini kembali tercoreng. Publik tengah dihebohkan dengan adanya dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Penanggung Jawab SNPMB yakni Prof. Eduart Wolok bahwa dalam dua hari pada tanggal 23-24 April 2025, panitia menemukan sebanyak 14 kasus. Jika dilihat dari peserta yang hadir pada sesi 1-4 yaitu sebanyak 196.328 kecurangan terjadi sekitar 0,0071 persen. Meskipun angka persentasenya kecil, namun hal ini tidak bisa diabaikan, (kompas.com, 25/4/2025).
Kecurangan tersebut juga dikuatkan oleh survey KPK, yang menyebutkan bahwa siswa SMA dan Mahasiswa banyak yang menyontek. Para peserta melakukan kecurangan dengan cara dan sarana yang menggunakan teknologi canggih untuk mencuri soal UTBK serta menggunakan hardware dan software. Mereka menyontek menggunakan ponsel recording desktop, bahkan caranya yang bervariasi seperti menggunakan kamera yang dipasang di behel, kuku, ikat pinggang yang tidak terdeteksi oleh detektor logam.
Maraknya kecurangan pada UTBK yang terjadi di sekolah maupun kampus dan para peserta yang banyak menyontek menunjukkan betapa buramnya dunia pendidikan kita hari ini. Negara gagal mencetak generasi yang berkarakter dan berbudi luhur. Pendidikan hari ini lebih berorientasi pada pencapaian nilai yang bagus tanpa memperhatikan caranya benar atau salah, fokus pada peringkat tertinggi dibandingkan pada pengembangan karakter, kreativitas siswa serta kemampuan untuk berpikir secara benar.
Hal ini terjadi tidak terlepas dari penerapan sistem kapitalis sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Alhasil, pendidikan hari ini hanya melahirkan generasi yang rusak, culas, maunya serba instan untuk mendapatkan sesuatu serta jauh dari nilai-nilai agama. Di sisi lain, pendidikan hari ini juga dikapitalisasi. Biaya pendidikan semakin mahal akibatnya banyak masyarakat yang tidak bisa mengenyam pendidikan yang layak.
Sungguh berbeda dalam sistem Islam. Karena Islam memiliki peraturan khas, yang dapat dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia, karena berasal dari Allah Swt. Dalam Islam ukuran kebahagiaan adalah Ridho Allah Swt. Bukan sekadar pemenuhan nafsu semata dan menabrak aturan-Nya.
Pendidikan termasuk kebutuhan dasar masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara. Negara akan memberikan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan rakyat secara layak, bahkan secara gratis tanpa membedakan rakyat miskin ataupun kaya.
Negara juga akan menyediakan tenaga pendidik yang berkualitas serta memberikan gaji dengan upah yang layak. Kemudian negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang kurikulumnya berasaskan aqidah Islam. Sehingga nantinya akan mencetak dan melahirkan generasi yang rabbani, unggul, bersyaksiyah Islam, yaitu mempunyai pola pikir dan pola sikap yang Islami.
Oleh karena itu, dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengubah sistem pendidikan hari ini yang berasaskan sekuler menjadi sistem pendidikan yang landasannya aqidah Islam. Hal ini akan terwujud dengan cara menerapkan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah di segala aspek kehidupan manusia. Sumber hukumnya berasal dari Al Quran dan As sunnah.
Dengan kuatnya kepribadian Islam, kemajuan teknologi pun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah. Sehingga tergambar bagi kita semua bahwa hanya sistem Islamlah yang mampu mewujudkan harapan kita menuju kehidupan yang lebih baik. Dan yang lebih penting lagi, yakni meninggikan kalimat Allah.
Wallahu A’lam Bishowab