
Oleh. VieDihardjo
Muslimahtimes.com–Berganti-ganti sistem sosial dan politik perlima tahunan membawa dampak pada dunia pendidikan. Pergantian pemangku kebijakan turut memberi andil besar pada pergantian tersebut. Setelah pencangan kurikulum merdeka 10 tahun terakhir, dengan berbagai program seperti sekolah dan guru penggerak, berbagai macam training yang berfokus pada pengenalan dan pengembangan minat dan bakat siswa, kali ini diduga kurikulum akan berganti lagi. Kurikulum yang akan digunakan adalah kurikulum nasional yang akan diterapkan dari jenjang PAUD hingga menengah di seluruh Indonesia. Seperti apa kurikulum nasional yang akan diterapkan mulai 2025? Ternyata belum bisa dipastikan karena kajian baru selesai.
Dalam Peraturan Mendikbudristek (Permendikbudristek) no 12 tahun 2024 Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti menyatakan ada dua kurikulum nasional yang berlaku, yaitu kurikulum 2013 (K-13) dan kurikulum merdeka. Kedua kurikulum ini akan dilengkapi dengan tambahan pendekatan “deep learning”. Akan diterbitkan peraturan tentang pendekatan ini kemudian diadakan pelatihan untuk para guru.
Menurut Menteri Pendidikan, Abdul Mu’ti, pendekatan deep learning membuat siswa memiliki pemahaman mendalam terhadap fakta-fakta yang disajikan, bukan sekedar menghafal namun memahami. Pendekatan ini beliau terapkan dalam masa jabatannya karena beliau mempelajari saat Beliau melakukan studi di luar negeri. Pendekatan deep learning pertama kali berkembang di Swedia pada 1976. Apakah akan berhasil mengantarkan generasi mencapai tujuan pendidikan ?
Gonta-Ganti Kurikulum, Generasi Jadi Tumbal
Perjalanan gonta-ganti kurikulum di Indonesia sudah terjadi sejak 1947, 2 tahun sejak Indonesia merdeka dari penjajahan dan ingin lepas dari kurikulum penjajah. Kurang lebih terjadi 12 kali perubahan kurikulum. Pada masa orde lama, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 1947 selama 17 tahun yang memfokuskan pada kebanggaan pada kemerdekaan dan karakter bangsa merdeka. Pada era orde baru, kurikulum 1984 digunakan selama 10 tahun, berfokus pada memperkuat nilai-nilai pancasila. Era reformasi digunakan 3 macam kurikulum yaitu, berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004, kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang menberi keleluasaaan bagi guru untuk membuat silabus sendiri yang disesuaikan dengan keadaan siswa di sekolahnya. Kurikulum 2013, menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengen menekankan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku. Diharapkan siswa semakin produktif, kreatif dan inovatif.
Pada 2022, diperkenalkan kurikulum merdeka yang fokus pada minat dan bakat siswa. Kinipun akan berubah menjadi kurikulum nasional yang mengadopsi kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka dengan pendekatan ‘deep Iearning’.
Antara Adaptasi dan Kebingungan
Gonta-ganti kurikulum mengganggu proses pembelajaran, baik bagi murid maupun gurunya, karena mengalami kebingungan sekaligus perlu beradaptasi. Perubahan terakhir kurikulum pendidikan adalah kurikulum merdeka yang berbasis “children value”, mengutamakan pada kebutuhan, bakat dan minat anak, nyatanya pada tahun 2022 hasil survei Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggambarkan bahwa sekitar 60% guru mengalami kebingungan dalam menerapkan kurikulum merdeka pada siswa. Sementara 8 dari 10 siswa mengalami kesulitan dalam memahami kurikulum berbasis proyek dan penilaian autentik siswa.
Mengatasi kebingungan dan sulitnya adaptasi, maka diadakan berbagai macam training untuk guru agar memahami kurikulum baru ini, yang membutuhkan waktu cukup panjang. Bersamaan dengan itu masalah sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang kurikulum berbasis proyek dan autentikasi bakat dan minat siswa ini masih belum memadai. Maka kelindan persoalan semakin rumit, lagi-lagi generasi menjadi tumbalnya.
Islam, Kurikulum Terbaik Melahirkan Generasi Terbaik
Lahirnya generasi terbaik masa peradaban Islam tidak bisa dinafikan. Berbagai inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dilahirkan saat peradaban dunia diatur oleh Islam. Misalnya di dunia kedokteran oleh Ibnu Sina, bidang Matematika oleh Al Khawarizmi bahkan pelopor dunia penerbangan dan aerodinamika oleh seorang muslim bernama Ibnu Firnas.
Dalam masyarakat Islam pendidikan memiliki posisi yang sangat penting, bahkan menjadi ibadah jika dilakukan dengan niat karena Allah dan caranya benar. Pendidikan bertujuan untuk melahirkan kepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyah), tujuan yang tidak pernah berubah sejak Islam diturunkan melalui Rasulullah. Kepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyah) yang dimaksud adalah seorang muslim yang memiliki keimanan yang kokoh, menguasai sains dan teknologi juga berbagai ilmu terapan lain yang tidak bertentangan dengan Tsaqafah Islam (pemikiran Islam)
Generasi yang berkepribadian Islam akan berada pada dua fungsi sekaligus, yakni sebagai hamba Allah (Abdullah) dan pemimpin di dunia (Khalifah fil ardh) yang sekaligus menjalankan perintah Allah dalam hubungannya dengan Allah (Habumminnallah), hubungan dengan dirinya sendiri (Habluminnafsi) dan dengan masyarakat (Habluminannas). Dampaknya adalah hidupnya amar ma’ruf nahi mungkar di tengah masyarakat.
Untuk melahirkan generasi yang berkepribadian Islam diperlukan sebuah metode yang akan menuntun para pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan pendidikan, oleh karena itu negara (Daulah Islamiyah) bertanggung jawab sepenuhnya. Dalam Daulah, kurikulum berdasarkan akidah Islam. Akidah Islam sebagai fondasi dalam perumusan kurikulum yang memperhatikan aspek tumbuh kembang siswa, misalnya peserta didik yang telah baligh akan belajar secara terpisah dengan yang belum baligh, laki-laki dan perempuan. Jenjang pendidikan akan dibagi menjadi 2 kelompok (marhalah), yaitu, pendidikan sekolah, yang dibagi menjadi 3 tingkatan, Ibtidaiyah (6-10 tahun), Mutawasithah (11-14 tahun), Tsanawiyah (15 tahun, tuntas).
Kurikulum juga berbasis akidah islam dan disesuaikan pada setiap jenjang. Kelompok materi yang wajib diajarkan adalah bahasa arab, tsaqafah Islam, matematika, sains, komputer, teknologi, rekayasa, seni dan ketrampilan yang tidak bertentangan dengan tsaqafah Islam.
Daulah juga berkewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan secara merata dan memadai, termasuk guru-guru yang berkompeten pada ilmu yang akan diajarkan. Tujuan pendidikan yang tetap dan metode yang selaras telah diterapkan oleh sistem Islam dalam Daulah Islamiyah selama 1300 tahun (13 abad) telah melahirkan banyak inovasi yang bermanfaat bagi umat manusia hingga hari ini.
Menyelesaikan carut-marut persoalan pendidikan dengan penerapan Islam secara menyeluruh (kaffah) dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan, yang akan dijamin pelaksanaannya oleh Khalifah. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Wallahu’alam bisshowab