
Oleh. Putri Rahmahdika
Muslimahtimes.com–Fenomena inses atau hubungan sedarah mencuat dalam grup fanspage ‘Fantasi Sedarah’ yang sudah memiliki lebih dari 32 ribu anggota baru-baru ini sungguh mengguncang nurani. Tidak hanya menunjukkan adanya penyimpangan serius, tetapi juga keberanian secara terbuka mendiskusikan penyimpangan terhadap anggota keluarga sendiri. Bahkan terhadap balita yang merupakan darah daging sendiri. Hal tersebut mencuat setelah viralnya kasus pengiriman paket berisi jenazah bayi melalui ojek online di Medan. Setelah diselidiki, pelaku merupakan sepasang kakak beradik yang menjalin hubungan terlarang hingga berujung pada kehamilan tak diinginkan.
Keberadaan grup inses di media sosial ternyata bukan satu-satunya. Ada berbagai komunitas menyimpang lainnya. Mulai dari kelompok yang terindikasi pedofilia, komunitas dengan orioentasi seksual menyimpang seperti eljibiti, hingga grupswinger, yaitu para pasangan suami istri yang mencari sensasi dengan saling bertukar pasangan dalam aktivitas seksual.
Runtuhnya Fungsi Keluarga
Fenomena menyimpang yang terkuak di grup-grup media sosial sejatinya bukan fenomena baru di Indonesia. Apa yang terungkap hanyalah sebagian kecil dari kerusakan moral yang terjadi di dunia nyata. Ibarat sebuah gunung es, yang tersimpan di dalamnya lebih mengerikan dari yang terlihat. Hal ini tentu saja mencerminkan betapa parahnya degradasi moral yang tengah melanda, yang berdampak pada runtuhnya fungsi dan bangunan keluarga sebagai fondasi utama kehidupan sosial.
Bagaimana tidak? Keluarga harusnya menjadi tempat seorang anak merasa aman dari gangguan. Tapi gangguan itu justru datang dari dalam keluarga itu sendiri. Keluarga seharusnya menjadi tempat pertama anak untuk belajar moral dan kasih sayang yang sehat. Keluarga yang seharusnya menjadi benteng terakhir penjaga kemuliaan manusia justru menjadi lokasi munculnya kebusukan itu sendiri. Miris. Namun hal tersebut adalah sebuah kewajaran dalam sistem yang menjunjung tinggi kebebasan, yaitu sistem sekuler kapitalis.
Buah Pahit Sistem Sekuler Kapitalisme
Ketika agama dipisahkan dari kehidupan, maka hukum Tuhan diganti oleh hawa nafsu dan standar moral ditentukan oleh akal manusia yang terbatas dan lemah. Belum lagi jargon kebebasan yang sistem ini agungkan, membuat manusia berperilaku sesuka hati mereka, meski katanya selagi tidak mengganggu orang lain. Tapi justru membuka jalan menuju kehancuran tatanan sosial.
Sistem kapitalis pula yang mendorong untuk mendapatkan keuntungan dari segala hal, termasuk menjual seks, fantasi, dan konten ekstrem demi uang dan like. Maka konten pronografi yang mudah diakses ini pula yang kemudian memunculkan manusia-manusia yang sukar menahan gejolak nafsunya. Bahkan memiliki fantasi-fantasi aneh, yang kemudian menjadi “budaya” yang diwajarkan dan dilegitimasi oleh media sosial dan grup-grup berisi orang-orang serupa.
Ke mana negara? Negara seharusnya mampu menjadi penjaga moral rakyatnya. Namun kebijakan yang dibuat oleh penguasa di sistem kapitalistik ini cenderung hanya untuk keuntungan mereka sendiri. Kebijakan yang dibuat mengabaikan nilai agama, bahkan membiarkan konten pornografi, media tidak terkendali, dan pendidikan tanpa nilai. Negara lalai, bahkan terkesan abai, dalam menjaga keluarga, generasi., dan struktur masyarakat.
Inses Haram, Islam Menutup Semua Celahnya
Islam bukan sekadar agama ritual atau ajaran moral yang bisa dipisahkan seenak hati dari kehidupan beregara dan bersosial. Islam adalah sebuah sistem hidup yang menyeluruh, yang mengatur urusan individu, keluarga, dan negara. Dalam sistem Islam, negara tidak berperan pasif atau sekedar simbol, tapi ia melayani dan menjaga umat. Seluruh kebijakan disusun berdasarkan hukum Allah, yang Maha Mengetahui hakikat ciptaan-Nya.
Islam secara tegas mengharamkan inses, baik dalam bentuk nyata maupun fantasi menyimpang. Karena itu, negara Islam akan menyiapkan beragam langkah preventif untuk mengatasi masalah ini. Pertama, membangun keimanan dan ketakwaan individu dengan baik sejak awal. Kedua, melarang, bahkan memblokir, seluruh konten yang merusak moral, termasuk pornografi dan media vulgar. Ketiga, mengaktifkan kontrol sosial masyarakat berbasis amar makruf nahi munkar sesuai dengan perintah Allah. Dan keempat, menerapkan sistem sanksi yang tegas dan menjerakan, sebagai bentuk perlindungan terhadap kemuliaan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Selama sistem sekuler kapitalisme tetap dijadikan fondasi kehidupan, maka penyimpangan seperti inses, kekerasan seksual, perusakan keluarga, dan kerusakan moral lainnya akan terus berulang. Tidak cukup hanya memblokir grup Facebook atau mengadili pelaku — sumber kerusakannya ada pada sistem itu sendiri.
Karena itu, sudah saatnya umat Islam menyadari urgensi kembali kepada sistem hidup Islam, bukan hanya di ranah pribadi, tetapi juga dalam skala masyarakat dan negara. Hanya dengan Islam, keluarga bisa kembali suci, masyarakat terjaga, dan martabat manusia dikembalikan.