
Oleh. Naila Dhofarina Noor
Muslimahtimes.com–Palestina masih dalam penguasaan zionis Israel. Jumlah korban terus meningkat. Tanggal 27 Mei 2025 lalu dilaporkan kantor media Gaza bahwa terjadi serangan oleh Israel terhadap pusat distribusi bantuan yang dikelola oleh GHF (Gaza Humanitarian Foundation). Serangan tersebut menewaskan 102 warga dan menciderai 490 warga lainnya.
Menilik dari beritasatu.com (04/06/2025), sehari setelah serangan itu yakni hari Rabu, tanggal 28 Mei 2025, juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengumumkan penutupan pusat distribusi bantuan tersebut. Katanya, penutupan itu dilakukan untuk renovasi, peningkatan efisiensi, dan reorganisasi. Tidak berhenti disitu. Israel terus melakukan tindakan tak berperikemanusiaannya bahkan tepat pada hari raya Idul Adha. Mereka menyerang tenda-tenda pengungsi sehingga menewaskan dan melukai 40 lebih orang.
Inilah fakta genosida di Palestina yang dilakukan oleh zionis Israel yang merupakan anak emas Amerika Serikat. Tindakannya didukung besar-besaran dan dana yang tak sedikit. Fitrah kemanusiaan mereka dimatikan hingga merasa tak berdosa membunuhi banyak jiwa yang bahkan adalah bayi-bayi yang masih merah hanya karena mereka adalah keturunan muslim Palestina.
Penutupan bantuan sengaja dibuat Zionis agar generasi Palestina pelan-pelan mati karena kelaparan, kehausan, juga kesakitan. Sampai di hari raya pun mereka tak punya perasaan kemanusiaan. Gelap dengan ambisi menyerang warga Palestina habis-habisan.
Para pemimpin negeri muslim ini seakan diam. Yang terdengar hanyalah retorika tanpa tindakan yang nyata. Mereka enggan menggerakkan pasukan untuk berjihad di tanah Palestina, bumi para nabi itu. Mereka hanya bisa menahan rasa kemanusiaan yang terkoyak-koyak oleh kebiadaban para zionis penjajah.
Rasa itu dibuat mati. Padahal rasa kemanusiaan itu adalah fitrah yang alami ada dalam jiwa setiap orang yang disebut manusia. Rasa itu mati karena kapitalisme yang menjadikannya beralih untuk mengagungkan materi semata dan ‘berpura-pura’ buta dan tuli untuk menolong sesama manusia.
Kekuasaan yang dimiliki tidak lantas didekasikan untuk kemaslahatan. Tapi hanya untuk kepuasan. Sekat nasionalisme semakin membuat pemimpin negeri muslim takut ancaman hilang kekuasaan dan kepercayaan. Tak heran mereka tak terusik dengan kekejaman yang dilakukan.
Oleh karenanya, Palestina membutuhkan suara yang satu, aksi yang satu, perjuangan yang satu dari umat seluruh dunia. Suara itu adalah seruan untuk jihad dan menegakkan khilafah. Aksi itu adalah menggerakkan para pemimpin negeri untuk mengirim tentara jihad dan bersatu melepas sekat nasionalisme bergabung menjadi negeri yang satu, Khilafah. Perjuangan itu adalah dakwah memahamkan umat kewajiban dan kebutuhan penegakan Khilafah.
Upaya tersebut memerlukan suatu kepemimpinan jamaah dakwah yang ideologis dan Istiqomah dalam menyerukan tegaknya Khilafah. Dengannya, umat akan tersadarkan akan kebutuhan dan kewajiban penegakan khilafah ini. Pada saatnya, jamaah dakwah bersama umat akan menegakkan khilafah dan membebaskan bumi Palestina dari penjajahan zionis Israel dan anteknya.
AllahuAkbar!