
Oleh. Nuril Ma’rifatur Rohmah
Muslimahtimes.com–Fenomena unik kembali menggemparkan di berbagai daerah Indonesia. Warganet diramaikan dengan aksi pengibaran bendera bajak laut dari serial anime One Piece, yang menampilkan lambang tengkorak bertopi jerami. Aksi ini menuai perhatian luas, memunculkan pro dan kontra dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat umum, tokoh agama, hingga aparat keamanan. Sebagian menilai hal ini sebagai wujud kecintaan terhadap budaya pop Jepang, namun sebagian lainnya menganggapnya tidak pantas, terutama jika dikibarkan di tempat-tempat yang bersifat formal atau simbolik.
Menjelang HUT ke-80 Republik Indonesia, pengibaran bendera One Piece di rumah-rumah dan kendaraan pribadi menjadi sorotan. Banyak yang menganggap aksi ini sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah yang dianggap gagal memenuhi hak-hak rakyat. Salah satu warga, Riki Hidayat, menyatakan bahwa niatnya mengibarkan bendera One Piece bukan karena kehilangan rasa nasionalisme, melainkan sebagai simbol perlawanan atas ketidakadilan yang dialaminya. Ia menegaskan bahwa nasionalisme bukan sekadar mengibarkan bendera Merah Putih, tetapi tentang bagaimana negara memenuhi keadilan bagi hak-hak rakyat. (Tempo.co, 31/7/25).
Namun, tidak semua pihak menyambut positif aksi tersebut. Anggota DPR dari Fraksi Golkar, Firman Soebagyo, mengecam keras pengibaran bendera bergambar bajak laut itu. Menurutnya, tindakan tersebut bisa dianggap sebagai bentuk pembangkangan, apalagi dilakukan menjelang perayaan kemerdekaan RI. Ia menyebut penggunaan simbol bajak laut di ruang publik sebagai tindakan provokatif yang mengancam nilai-nilai kebangsaan dan harus ditindak secara tegas karena berpotensi mengarah pada tindakan makar (Kompas.com, 31/7/25).
Meski demikian, seruan mengibarkan bendera One Piece sejatinya merupakan refleksi dari ketidakpuasan rakyat terhadap ketimpangan dan ketidakadilan yang terus berlangsung. Bagi sebagian orang, cerita dalam One Piece menggambarkan kondisi sosial di Indonesia—di mana segelintir elite menikmati kekuasaan, sementara rakyat hidup dalam tekanan. Kemerdekaan secara formal telah diraih, namun rakyat belum merasakan kemerdekaan sejati dalam kehidupan sehari-hari.
Akar dari berbagai bentuk kezaliman ini berpulang pada diterapkannya sistem kapitalisme, yang hanya menguntungkan segelintir orang. Sekaligus dipesan untuk kepentingan elite, bukan untuk kesejahteraan rakyat. Kondisi ini mencerminkan dunia dalam One Piece yang penuh dengan ketidakadilan, korupsi, dan penindasan.
Solusi Islam: Mengakhiri Kezaliman dengan Sistem Khilafah
Dalam sejarah peradaban Islam, kepemimpinan bukan hanya perkara politik atau kekuasaan, melainkan amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab di hadapan Allah Swt. Pemimpin dalam Islam tidak berdiri sendiri, melainkan berada dalam satu sistem pemerintahan yang disebut Khilafah, di mana hukum-hukum Allah menjadi dasar dalam mengatur urusan umat. Sebagaimana Khalifah kedua setelah Abu Bakar, Umar bin Khattab menjalankan sistem Khilafah dengan penuh amanah. Hukum Islam yang diterapkan tanpa pandang bulu, memperluas wilayah Islam, dan memastikan kesejahteraan umat.
Pernah suatu ketika, Umar menyamar dan berkeliling kota untuk memastikan kondisi rakyatnya. Ketika itu beliau menemukan seorang ibu yang sedang merebus batu untuk menenangkan anak-anaknya yang sedang kelaparan. Umar langsung ke Baitulmal, memanggul sendiri karung gandum, dan memasaknya untuk keluarga itu. Saat ditawari bantuan oleh pengawalnya, ia berkata, “Apakah kamu akan memikul dosaku di Hari Kiamat?”
Itulah sosok pemimpin dalam sistem Islam tidak bersembunyi di balik jabatan, tetapi hadir di tengah umat.
Sungguh Islam telah menawarkan solusi menyeluruh terhadap kezaliman yang ada. Solusi tersebut bukan sekadar mengganti individu pemimpin, tetapi mengganti sistem yang rusak yaitu sistem kapitalisme dengan sistem Islam yang adil Khilafah. Dalam sistem ini, hukum yang berlaku bersumber dari wahyu, bukan dari hawa nafsu atau kepentingan kelompok tertentu.
“Barang siapa yang tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ma’idah: 45)
Selama sistem sekuler-liberal masih diterapkan, kezaliman akan terus berulang. Islam tidak tinggal diam terhadap kezaliman. Umat Islam diperintahkan untuk berdakwah, menolak segala bentuk dukungan terhadap kezaliman, bersabar tanpa anarkisme, dan berjuang secara damai untuk menegakkan sistem Islam yang kaffah.
“Kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Dengan tegaknya syariat Islam secara menyeluruh, keadilan hakiki dapat terwujud, dan kezaliman akan dihentikan hingga ke akar-akarnya. Wallahu a’lam bish-shawab.