
Oleh. Pungky Purboyowati, S.S
Muslimahtimes.com–Akhir – akhir ini publik dikejutkan rentetan berita kriminial yang dilakukan para remaja. Siswa Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, menusuk pelajar MTS kelas dua, dengan gunting dibagian leher. (detik.com, 10-08-2025). Lalu terdapat foto siswa SMP tewas dengan kepala terbungkus plastik berlumuran darah di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. (detik.com, 08-08-2025).
Tak hanya itu, pelajar terlibat aksi begal pada sopir truk di Penjaringan Jakarta Utara. Selain merampas barang juga melakukan kekerasan fisik pada lansia. Adapun sebanyak 54 pelajar hendak tawuran di wilayah Serpong. (megapolitan.kompas.com, 09-08-2025). Sederet kenakalan remaja merupakan problem yang saling terkait.
Krisis Multidimensi
Menurut data dari Dinas Sosial DKI Jakarta, lebih dari 250 kasus kenakalan remaja sepanjang semester pertama tahun 2025 tercatat di kawasan perkotaan, mulai dari tawuran antar pelajar, konsumsi alkohol, hingga penyalahgunaan media sosial. Peningkatan ini menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. (portalsiber.id, 19-07-2025).
Peningkatan kasus bukan tanpa sebab. Hal ini sebagai akibat dari krisis multidimensi yang berdampak pada generasi. Krisis ideologi, krisis keyakinan, krisis moral dan mental, juga krisis ekonomi mengakibatkan remaja tak mendapatkan haknya secara utuh dan benar. Potensi mereka tidak diberdayakan secara benar. Alhasil mereka kehilangan arah.
Akibat penerapan sistem Kapitalisme Sekuler melahirkan generasi lemah secara pemikiran, kepribadiannya mudah dirusak, galau dan tidak mendapatkan perlindungan optimal dari negara. Paham Sekuler melahirkan pemahaman agama dipisah dari kehidupan menyebabkan remaja kehilangan jati diri. Lebih dari itu, manusia bebas menentukan baik – buruk dan benar – salah tanpa memandang halal dan haram.
Remaja menjadi tak peduli dengan agamanya. Loyalitas pada agama dianggap sebagai hal yang menakutkan dan jadul. Dampaknya kepribadian remaja rusak tanpa pondasi iman yang kuat. Menyebabkan krisis ideologi dan keyakinan. Kehilangan arah tujuan hidup dan tidak memahami hakikat misi penciptaan.
Di sisi lain arus budaya hedonis (bebas) terus berseliweran menjadi gaya hidup, seperti menghamburkan uang yang tak perlu dan membuang waktu sia – sia. Wanita bebas menampakkan auratnya, mengobral aspek keperempuanannya, berjalan di klub malam dan tempat hiburan. Berdua – duaan di tempat sepi. Tak sedikit yang hanyut dalam LGBT dan seks bebas.
Semua ini tak lepas dari peran dunia pendidikan saat ini. Remaja dididik dengan asas Sekuler. Pemberian pelajaran agama di sekolah umum hanya dua jam lebih saja namun lebih banyak pelajaran sains dan bahasa asing. Metode pembelajaran membebani anak didik namun tak memahami penerapannya dalam kehidupan. Orientasi pendidikan fokus pada pencapaian materi dan persaingan kerja namun minim upah, terus digenjot. Biaya pendidikan mahal tak sedikit yang putus sekolah.
Kehidupan remaja tak luput dari kemiskinan. Adanya jurang kaya dan miskin. Kapitalis menghilangkan hak sejahtera bagi yang memiliki keterbatasan. Hanya yang mampu memiliki Kapital dan berkuasa berhak sejahtera. Berhak menghalalkan segala cara menguasai sesuatu walau menindas yang lemah. Layanan publik seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan ditempuh individu secara mandiri dengan bekerja. Ironinya tanpa tersedia lapangan pekerjaan yang memadai.
Sungguh Kapitalisme telah menghilangkan tanggung jawab negara terhadap kebutuhan primer individu seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan secara murah dan berkualitas. Wajar remaja mengalami problem secara struktural. Tak sedikit yang pengangguran sehingga berpengaruh pada kebutuhan hidup. Agar masa depan remaja bersinar, harus keluar dari jeratan sistem Kapitalis Sekuler ini.
Islam sebagai Solusi
Sistem Islam dapat mengatasi problematika remaja. Untuk itu, Negara Islam (Khilafah Islam) akan menerapkan kebijakan secara menyeluruh demi kesejahteraan umat. Di antaranya ;
- Menerapkan sistem ekonomi Islam akan menjadikan remaja lebih baik karena negara menjamin kebutuhan pokok meliputi laki – laki perempuan, muslim non muslim, tua muda, miskin kaya, sehat sakit, akan mendapatkan jaminan yang sama. Kebutuhan sandang, pangan, papan, negara memberi jaminan kepada wali untuk memberi nafkah kepada keluarganya.
Sedangkan pendidikan, kesehatan, dan keamanan, negara memberi jaminan sebagai pelaksana dan penanggung jawab secara utuh. Sehingga ayah hanya bekerja memenuhi kebutuhan pokok individu dan kebutuhan pelengkap (skunder dan tersier). Anak – anak dapat bersekolah gratis dan murah sehingga dapat melanjutkan cita – cita. Pun kesehatan gratis dan murah sehingga tidak kuatir soal biaya berobat.
- Menerapkan sistem sosial yang dapat melindungi remaja. Sistem sosial mengatur interaksi antara laki – laki dan perempuan berdasar syariat Islam. Menutup celah praktik prostitusi dan perdagangan manusia. Laki – laki dapat keluar rumah dengan tenang dan penuh ketakwaan. Karena tak ada wanita yang mengumbar aurat dan mengundang syahwat. Bagi yang akil baligh tidak kuatir dengan pergaulan bebas atau kehamilan yang tak diinginkan. Rumah tangga dalam kondisi aman tak ada KDRT dan perceraian.
- Menerapkan sistem sanksi Islam bagi pelanggar kemaksiatan dan membuat jera pelakunya. Sanksi hudud (pelanggar hak Allah, zina, liwath, mencuri, pembegal, dan pemberontak) atau jinayat (pelanggar hak manusia seperti pembunuhan). Tidak menutup aurat ketika keluar rumah, berkhalwat, suami yang tidak memberi nafkah kepada istri, tindak pelecehan, pencemaran nama baik, dan sebagainya dikenai sanksi berupa ta’zir sesuai ijtihad dari khalifah.
- Menyelenggarakan pendidikan dan kesehatan gratis dan berkualitas untuk seluruh rakyat tanpa kecuali dengan sarana dan prasarana yang memungkinkan. Sekolah harus berkualitas dan bertarget yang dapat membentuk kepribadian Islam. Penguasaan sains dan teknologi serta memberi ketrampilan hidup untuk anak didik.
Setiap anak akan diberi kesempatan sekolah lebih tinggi sesuai dengan kemampuan berfikirnya bukan kemampuan biaya. Negara Khilafah harus memastikan pendidikan yang ada mampu menjadi ahli di bidangnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pun dengan kesehatan berikut sarana dan prasarananya serta obat yang halal dan murah.
- Menerapkan pengawasan penuh terhadap media sebagai sarana edukasi dan dakwah semata. Di bawah Departemen penerangan dan informasi akan mengontrol dan menyeleksi setiap media / konten yang merusak.
Semua itu, hanya mampu diterapkan dalam negara Khilafah Islam. Niscaya menghasilkan generasi bertakwa, kuat, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Alhasil krisis multidimensi akan mampu dicegah melalui penerapan Islam secara kaffah. Wallahu a’lam bisshowab.