
Oleh. Rizki Hidayah Hasibuan, S.Pd
Muslimantimes.com–Tenda di luar gerbang utama Rumah Sakit Al Shifa, Kota Gaza diserang Israel pada Minggu (10/08/2025). Lima jurnalis Al Jazeera meninggal, yaitu koresponden senior Anas Al Sharif bersama empat rekannya. Puluhan warga Gaza berkumpul di halaman rumah sakit, sebagai bentuk penghormatan mereka berdiri di atas puing-puing runtuhan bangunan melihat kepergian jenazah menuju peristirahatan terakhir. Tidak hanya itu, Direktur Rumah Sakit Al Shifa, Mohammed Al Salmiya, mengatakan seorang reporter lepas juga meninggal bernama Mohammed Al Khaldi. Tercatat enam orang jurnalis sebagai korban serangan Israel pada hari itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk pembunuhan enam orang jurnalis Palestina dalam serangan udara Isreal di Kota Gaza. Ini disampaikan oleh Sekretaris Jendral (Sekjen) PBB Antonio Guterres yang diwakili oleh juru bicaranya Stephane Dujarric pada Senin (11/8/2025). Durajjic juga menungkapkan sebanyak 242 jurnalis Palestina tewas di Gaza sejak perang dimulai. Bahkan Israel melarang jurnalis internasional masuk Gaza kecuali melalui kunjungan yang dikontrol ketat bersama militer Israel.
Menyembunyikan kejahatan genosida Israel terhadap palestina ialah dengan meminimalisis pemberitaan tentang Gaza. Jurnalis adalah pahlawan media yang mampu mengungkap kejahatan Israel. Tak heran, jurnalis menjadi sasaran bom dan rudal Israel. Ini adalah upaya pembungkaman. Israel berambisi membunuh nyawa manusia sekaligus nyawa perjuangan untuk membela Gaza dengan mendominasi media. Minimnya informasi tentang perlakuan Israel pada Gaza akan membuat kejahatan Israel bisa mereka lakukan dengan sunyi senyap. Inilah pentingnya informasi dan media.
Sejak 1948 Israel menduduki Palestina, berbagai kejahatan, kebengisan, kebrutalan, ketidakpeduliannya terhadap hukum internasional dan kecaman berbagai negara menunjukkan ketidakmampuannya untuk melemahkan perjuangan rakyat Gaza. Kaum muslimin di seluruh dunia memusatkan perhatiannya terhadap rakyat Gaza. Berbagai upaya dilakukan untuk membebaskan Gaza. Upaya individu dan kelompok ini disadari belum cukup untuk membebasannya. Oleh karena itu, perlu ada kesatuan negeri-negeri muslim yang menurukan tentara untuk membantu Gaza memerangi dan mengusir Israel di tanah Palestina.
Namun sayang, jauh panggang dari api. Penguasa muslim terkhusus arab terserang penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati. Senantiasa mempertahankan kekuasaan dan kekayaan hanya untuk dirinya. Tidak peduli dengan yang lain padahal saudara seakidah sendiri. Ditambah dengan racun manis nasionalisme, pemimpin negeri muslim meminumnya dan tanpa sadar mematikan persatuan kaum muslimin dalam kesatuan negara islam. Slogan mencintai bangsa dan membela bangsa terdengar manis. Tapi, menjadi tega dengan membiarkan rakyat Gaza di genosida di depan matanya. Diam dan tak bergeming. Bersuara pun hanya sebatas formalitas. Tidak pernah membantu Gaza dengan tuntas.
Terlepas dari itu, perjuangan membela Gaza tidak boleh padam. Tanah Syam termasuk Palestina adalah tanah yang diberkahi Allah Swt, ialah tanah kharajiyah yang sampai hari kiamat adalah tanah kaum Muslimin. Menjaga, mempertahankan dan memperjuangakan kembalinya tanah Syam ke tangan kaum Muslimin adalah kemuliaan. Karenanya umat islam wajib menolong saudara kita di Gaza. Mengobarkan perjuangan rakyat Gaza hingga tanah mereka dibebaskan seutuhnya. Pembebasan Gaza hanya bisa dengan aktivitas jihad. Jihad terhadap Israel dan sekutunya hanya bisa dikomando oleh negara islam yaitu Khilafah. Jadi, jihad dan khilafah adalah kebutuhan mendesak agar rakyat Gaza bebas dari penjajahan dan genosida.
Mewujudkan negara yang Allah Swt berkahi yaitu Khilafah, ialah dengan membangun kesadaran umat tentang urgensinya jihad dan khilafah. Kesadaran ini bisa terbentuk dengan adanya aktivitas dakwah jamaah yang ideologis seperti halnya yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Bergabung bersama jemaah dakwah ideologis saat inipun menjadi kewajiban dan kebutuhan yang mendesak.