
Oleh. Hany Handayani Primantara, S.P
Muslimahtimes.com–Kabar duka datang dari seorang balita berusia 4 tahun yang tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 setelah berjuang melawan cacing yang sudah menyebar dalam tubuhnya hingga ke otak. Terlambat ditangani dan kurang sigapnya pemerintah terhadap kasus Raya menjadi potret buram dunia kesehatan dan perlindungan sosial bagi rakyat kecil. (tribunnews.com, 21-08-25)
Tempat tinggal yang kurang layak jadi faktor penyebab awal mula Raya terinfeksi ribuan cacing. Ditambah lagi ia diasuh oleh ayah yang mengidap TBC dan ibu yang ternyata ODGJ menunjukan lemahnya support sistem di tengah keluarga. Kisah pilu Raya tak hanya sampai disitu. Ketika Raya ditemukan oleh tim relawan yang hendak membawanya berobat ke rumah sakit, beragam kendala pun muncul. Diantaranya faktor administrasi kelengkapan data yang menjadi syarat berobat di rumah sakit.
Prosedur yang panjang dan rumit memperlambat proses pengobatan Raya hingga akhirnya pengobatan diambil alih oleh relawan dengan kocek mandiri setelah gagal dari usaha memperoleh fasilitas kesehatan gratis sebagai rakyat miskin. Mirisnya respon pejabat pemerintah dan pihak terkait justru baru tahu kasus Raya setelah viral di media sosial. Amat disayangkan, Raya hanyalah satu dari sekian ribu anak yang sulit mendapatkan akses terhadap kesehatan dan perlindungan sosial.
Momen Bebenah dan Introspeksi Sistem Bidang Kesehatan
Dari kasus Raya kita bercermin bahwa masih banyak anak-anak diluar sana yang belum mendapatkan hak-haknya. Hak sebagai anak, hak memperoleh jaminan kesehatan dengan mudah, hak pengasuhan ditangan yang tepat, serta hak untuk hidup dengan layak. Peristiwa ini harus dijadikan momen untuk para stakeholder bebenah diri. Sebab Raya bukan hanya tanggung jawab orangtuanya, melainkan tanggung jawab bersama. Hal ini sebagaimana tertuang di dalam mandat undang-undang.
Raya telah pergi dengan tenang, namun pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab harus introspeksi. Perbaikan mekanisme layanan kesehatan harus dilakukan, jangan hanya sebagai formalitas belaka. Prosedur yang rumit bisa jadi hambatan masyarakat berobat karena minimnya akses tersebut. Pemerintah harus sadar bahwa ketika negara abai terhadap kondisi kehidupan masyarakat yang miskin dan lemah, membuat mereka hidup dalam kondisi serba sulit dan tak layak. Padahal kesehatan adalah bagian dari hal penting yang harus diperhatikan pemerintah.
Kondisi buruk di bidang kesehatan ini sebenarnya merupakan dampak dari penerapan sistem kapitalis. Dalam sistem kapitalisme negara tidak punya kewajiban untuk memenuhi kebutuhan rakyat semisal kesehatan. Sebab kesehatan merupakan bagian dari bisnis yang dikelola oleh swasta demi mendapatkan profit materi. Maka wajar jika saat ini akses terhadap kesehatan bagi masyarakat miskin sangat sulit. Hanya mereka yang punya privilege bisa mendapatkan akses terhadap kesehatan secara layak. Anekdot rakyat miskin dilarang sakit itu fakta dan nyata. Duka Raya merupakan cermin dari kesehatan warga Indonesia. Sebab dunia kesehatan saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Islam Memandang Kesehatan Masyarakat
Islam datang dengan berbagai aturan yang lengkap. Salah satunya mengatur tentang konsep pengayoman negara kepada warganya di bidang pelayanan kesehatan. Negara wajib menjamin kesejahteraan dan menyantuni kalangan lemah. Bentuk pengayoman tersebut lahir menjadi aturan-aturan yang dapat mempermudah rakyat kecil untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan. Prosedur yang direspon cepat sangat diperlukan pada praktik di lapangan, sebab yang dihadapi adalah nyawa manusia.
Islam sangat menjaga dan memuliakan nyawa manusia, hingga bagi siapa saja yang dengan sengaja maupun tidak sengaja mengancam bahkan menghilangkan nyawa manusia akan ada sanksi berat bagi pelakunya. Wajar bilamana fasilitas kesehatan terbaik tidak segan-segan diberikan oleh negara demi kelangsungan hidup manusia. Tenaga ahli kesehatan juga ditempa sedemikian ketat agar menghasilkan dokter yang mampu mengobati dengan hati dan kemampuannya. Mereka melayani rakyat tanpa pandang bulu dan suku. Semua pasien di hadapannya adalah sama.
Maka, tidak akan timbul kesenjangan sosial antara si miskin dan kaya. Semuanya saling bersinergi hingga terbentuk masyarakat yang solid. Kepedulian di tengah masyarakat akan terbangun sehingga seorang muslim tidak akan membiarkan tetangga maupun saudaranya ada dalam kondisi sulit. Mereka akan senantiasa bersegera untuk menolong saling membantu satu dengan lainnya. Hal inilah yang akan nampak dalam kehidupan yang diatur oleh sistem Islam, yang telah terjadi di masa kekhilafahan. Semoga dari peristiwa duka Raya akan ada perombakan total dibidang kesehatan. Perombakan yang mampu memberikan kesehatan bagi setiap warga, seperti saat kaum muslim diatur oleh sistem Islam di masa khilafah.
Wallahu alam bishowab