
Oleh. Heriani
Muslimahtimes.com–Bagi Indonesia, Agustus adalah bulan yang sangat sakral dan istimewa, karena tepat pada bulan inilah peringatan hari lahirnya kemerdekaan diselenggarakan. Maka ketika memasuki bulan Agustus, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia turut memperingati hari kemerdekaan, serta mengenang perjuangan para pahlawan yang rela menumpahkan darah dengan ikhlas demi berjuang meraih kemerdekaan Indonesia.
Namun siapa sangka bulan peringatan hari kemerdekaan ini, justru merupakan momen yang menggambarkan bahwa kemerdekaan itu hanya sebuah ilusi belaka. Sebab kenyataannya pada bulan Agustus Indonesia kembali digemparkan dengan memanasnya aksi demonstrasi yang dilakukan secara besar-besaran oleh massa di berbagai daerah provinsi.
Demonstrasi ini disinyalir merupakan kekecewaan warga Indonesia atas isu-isu kontroversial dari anggota DPR yang bergembira ria sambil berjoget-joget ketika bersamaan tunjangan gajinya dinaikkan, serta masih banyak lagi kontroversi lainnya yang jauh dari kata berpihak pada rakyat. Padahal sementara itu, keadaan yang dialami oleh rakyat Indonesia semuanya serba kesulitan dan kemiskinan semakin meningkat dari hari ke hari.
Maka dari sinilah aksi demonstrasi pun dimulai, yang tidak lain karena kegeraman dan kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah atau wakil rakyat yang lepas tangan dari tanggung jawab dan hanya ingin merasakan kemerdekaan diri sendiri lewat gaji yang tidak sewajarnya diatas penderitaan rakyat yang semakin menjerit kemiskinan.
Dikutip dari detik.com , Sejumlah elemen masyarakat menggelar demonstrasi di depan gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Senin (25/08/2025). Masyarakat menggelar demo 25 Agustus untuk menyampaikan aspirasi sekaligus mengkritik soal naiknya nominal tunjangan anggota DPR. Salah satu hal yang menjadi kontroversial adalah pemberian tunjangan perumahan senilai Rp. 50 juta per bulan.
Dalam siaran pers Aliansi Rakyat Bergerak di akun Instagram (IG) @gejayamemanggil, aksi itu dinamai “Indonesia Gelap, Revolusi Dimulai”. Salah satu poin tuntutan aksi yang disuarakan adalah membatalkan tunjangan rumah untuk anggota DPR.
Inilah bentuk kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah yang memakai sistem demokrasi sampai hari ini. Lebih ironisnya lagi adalah momen peringatan hari kemerdekaan justru menjadi kenyataan pahit atas keegoisan para pejabat yang acuh terhadap kepentingan dan kebutuhan rakyat.
Demokrasi Bukan Solusi
Jika di teliti lebih dalam sistem demokrasi tidak akan membawa pada kesejahteraan hakiki pada masyarakat. Sebab demokrasi yang katanya kedaulatan ada ditangan rakyat dengan bunyi “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” nyatanya hanya teori belaka semata, tanpa adanya bukti pergerakan yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat.
Buktinya selama sistem demokrasi dijalankan, yang cuma terdeteksi adalah kedaulatan rakyat hanya dibutuhkan suaranya ketika sudah saatnya melaksanakan pemiluhan, selebihnya yang berhak mengatur adalah para pemimpin yang maunya cuma menguntungkan diri sendiri tanpa melihat bagaimana kondisi rakyat.
Selain itu demokrasi juga menjalankan sistem ekonomi kapitalisme yang jelas-jelas merampas seluruh kekayaan alam, kemudian dikelola secara individu tanpa dikembalikan hasilnya untuk kepentingan masyarakat. Itulah mengapa sebabnya masyarakat mustahil akan merasakan kemerdekaan yang hakiki dalam sistem demokrasi kapitalisme.
Maka sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa, apabila masih menaruh harapan solusi pada dalam sistem demokrasi, tentunya itu hanya akan membuat jatuh pada lubang sedalam-dalamnya. Bahkan membubarkan DPR pun bukalah solusi tepat dalam menyadarkan pemerintah yang tidak adil terhadap rakyat, karena akar permasalahan yang sebenarnya adalah sistem demokrasi kapitalisme itu sendiri.
Dengan demikian, revolusi yang mesti di gencarkan adalah mengganti sistem rusak demokrasi kapitalisme menjadi sistem alternatif yang mulia serta membawa rahmat bagi seluruh alam yakni sistem Islam di bawah naungan Khilafah.
Islam Rahmat Seluruh Alam
Beda halnya dengan sistem demokrasi kapitalisme yang membawa derita bagi rakyat, sistem Islam justru sangat memuliakan dan mengurus segala kebutuhan masyarakat. Sehingga fenomena demonstrasi seperti yang terjadi pada hari ini akan sangat jarang ditemukan bahkan tidak ditemukan sama sekali.
Ciri dari pemimpin dalam sistem Islam di bawah naungan Khilafah, mengharamkan dirinya untuk egois dan khianat terhadap kepentingan rakyat. Karena sejatinya pemimpin adalah perisai bagi umat, sebagaimana yang pernah disampaikan dalam hadis Rasulullah saw, beliau bersabda;
“Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai saat orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dan adil, maka dengannya, ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, maka ia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pemimpin atau Khalifah sangatlah memperhatikan segala kebutuhan rakyat dibanding dengan kebutuhan pribadinya sendiri saking kehati-hatiannya terhadap amanah dan tanggung jawab sebagai kepala negara. Umar Bin Khattab ketika menjadi pemimpin pernah mengatakan “Aku sejelek-jelek kepala negara bila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan”.
Selain memiliki pemimpin yang bertanggung jawab, Negara Khilafah juga menjalankan sistem ekonomi yang mengatur kepemilikan antara lain, kepemilikan negara dan kepemilikan umum yang dikembalikan untuk memenuhi kepentingan dan segala kebutuhan masyarakat. Jadi segala sumber kekayaan alam yang merupakan kepemilikan umum, tidak diperuntukkan untuk di kelola pada individu, melainkan negara yang mengambil alih pengelolaannya kemudian dikembalikan untuk dinikmati oleh rakyat.
Demikianlah betapa tenteram dan damainya ketika sistem Islam diterapkan dibawa naungan Khilafah. Sungguh hanya Islam yang bisa menebar Rahmat bagi seluruh alam sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-Anbiya 107.
Maka satu-satunya revolusi yang tepat, tidak lain adalah menghempaskan demokrasi kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam yang sudah terbukti selama lebih dari 13 abad lamanya dapat menyejahterakan rakyat secara hakiki.
Wallahu’Alam Bisshawab