Skip to content
Muslimah Times

Muslimah Times

dari dan untuk muslimah masa kini

Primary Menu
  • HOME
  • NEWS
  • AKTUAL
  • CHICKEN SOUP
  • HIKMAH
  • KAJIAN
  • PARENTING
  • RESENSI
  • RUMAH TANGGA
  • SASTRA
  • TEENS
  • Kontak Kami
    • SUSUNAN REDAKSI
    • Login
  • Home
  • 2025
  • September
  • 22
  • Kohabitasi Berujung Mutilasi, Dampak Tragis Liberalisasi Pergaulan

Kohabitasi Berujung Mutilasi, Dampak Tragis Liberalisasi Pergaulan

Editor Muslimah Times 22/09/2025
WhatsApp Image 2025-09-22 at 17.12.57
Spread the love

Oleh. Eva Sanjaya

Muslimahtimes.com–Beberapa waktu lalu, warga Pacet, Mojokerto, digegerkan dengan penemuan potongan tubuh manusia di semak-semak Dusun Pacet Selatan, Desa/Kecamatan Pacet. Polisi mencatat sudah ada 75 potongan jasad manusia yang ditemukan berserakan di lokasi kejadian. Setelah diidentifikasi ternyata milik seorang wanita muda berinisial TAS (25) warga Lamongan. Aparat kepolisian pun segera bergerak untuk mendalami apakah potongan-potongan tersebut merupakan korban mutilasi atau ada penyebab lain di balik kasus mengerikan ini.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata korban dibunuh dan dimutilasi secara keji oleh pacarnya sendiri yakni Alvi Maulana (24) di kamar mandi kos kawasan Lidah Wetan, Surabaya pada Minggu (31/8/2025) pukul 02.00 WIB. Kapolres Mojokerto AKBP Ihram Kustarto, menerangkan “Semua ini berawal dari mereka melaksanakan kegiatan suami istri yang belum sah, ada rasa kekesalan berlebihan, pelaku sedikit kewalahan dengan tuntutan ekonomi korban yang meminta gaya hidup dan seterusnya sehingga terjadi peristiwa tersebut”. Ditambahkan lagi, ternyata pelaku juga masih menyimpan ratusan potongan potong bagian tubuh di kamar kos pelaku di Surabaya. [dilansir news.detik.com, Senin 8/9/2025]

Kasus mutilasi berlatar belakang pacaran dan kohabitasi bukan baru kali ini terjadi. Berdasarkan data Pusiknas Polri, kasus serupa juga pernah terjadi pada 19 Januari 2025 di Kediri. Pelaku Rochmat Tri Hartanto membunuh dan memutilasi pacarnya di sebuah hotel. Pada April 2025 terjadi kasus mutilasi di Serang, Banten. Pelaku ML (23) membunuh dan memutilasi pacarnya sendiri, SA (19) karena korban hamil dan menuntut pertanggungjawaban.

Kohabitasi dianggap sebagai hal yang normal saja bagi generasi muda hari ini. Mereka tak lagi peduli dengan norma dan aturan agama yang dianutnya. Tak ada rasa malu atau takut melanggar hukum. Bahkan, mereka tak berhitung risiko saat memilih kohabitasi.

Psikolog Virginia Hanny mengatakan ada tiga hal yang menjadi pertimbangan oleh pasangan sebelum memutuskan kohabitasi. Pertama, tinggal bersama ini merupakan kemauan dari kedua belah pihak tanpa adanya paksaan sama sekali. Kedua, menentukan lokasi tinggal (berkaitan dengan biaya hidup, sewa, listrik, dll.) dan ketiga, mengetahui apa tujuan dari tinggal bersama dan menentukan batasan yang jelas.

Sejatinya, sistem saat ini yakni sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah membuat fasad (kerusakan) tidak hanya kerusakan bencana alam, namun juga pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual yang merupakan dampak dari ulah perbuatan tangan manusia. Gaya hidup sekuler liberal juga menuntun mereka untuk mengejar kesenangan bersama pasangan. Tidak peduli halal-haram, yang penting senang dan keinginan biologis terpenuhi.

Aktivitas pacaran bukan lagi hal yang tabu justru menjadi hal lumrah sehingga menjadi urusan masing-masing orang. Bahkan tinggal serumah dan membagi tugas rumah tangga dengan pacar adalah hal yang wajar. Jika ada yang bermaksiat, masyarakat menganggap bahwa dosa ditanggung masing-masing, sehingga memunculkan narasi untuk tidak usah ikut-ikut mengurusi dosa orang lain. Akibatnya, amar makruf nahi mungkar tidak berjalan.

Kemaksiatan makin mendapatkan tempat dan tumbuh subur karena tidak ada yang menegur dan menasihati. Selain itu, peran negara pun jauh dari kata benar dalam menjalani kehidupan, yakni dengan pemahaman Islam. Bahkan, sebaliknya justru mendukung aktivitas pacaran dan perzinaan. Misalnya pengaturan media yang sangat longgar sehingga pornografi tersebar luas.

Gaya hidup kumpul kebo juga dipromosikan melalui film, drama, musik, dll usaha untuk melarangnya. Promosi zina ini justru mendapat perlindungan dari negara atas nama hak asasi manusia (HAM) dan karya seni. Media juga mempertontonkan konten kekerasan. Tidak hanya film kekerasan bagi orang dewasa, konten kekerasan juga masuk di gim daring untuk anak-anak.

Sementara itu, arah dan kurikulum pendidikan makin sekuler sehingga hasilnya adalah generasi sekuler. Pendidikan agama di sekolah durasinya makin minim dan materinya makin moderat, jauh dari gambaran Islam kafah yang Rasulullah saw. perintahkan. Akibatnya, pendidikan gagal menyiapkan benteng kepribadian bagi anak sebagai perisai dari gempuran pemikiran sekuler yang rusak, termasuk normalisasi zina.

Sistem sekularisme menjadikan umat Islam jauh dari agamanya. Umat tidak lagi memahami Allah sebagai Al-Khaliq/sang pencipta sekaligus Al-Mudabbir/sang pengatur kehidupan, alam semesta, dan manusia. Sehingga ayat-ayatNYA tidak dipahami, tanda kekuasaan Allah tidak dicermati, dan peringatan untuk kembali kepada hukum Allah dicampakkan. Sebagaimana dalam firman Allah swt yang artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia” (TQS. Ar-rum: 41).

Padahal di dalam Islam, sangat jelas dipahamkan terkait sistem sosial. Ketakwaan individu menjadi kunci utama bagi seseorang agar mampu bertindak sesuai tujuan penciptaan. Seseorang akan menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Islam seperti pacaran dan membunuh. Sebagaimana dalam firman Allah swt dalam TQS. Al-Isra’ : 32 “Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk.”

Sistem sosial dalam Islam mengatur pergaulan laki-laki dan perempuan dengan infishol (terpisah). Laki-laki dan perempuan hanya boleh melakukan taawun (tolong-menolong) dengan batasan-batasan syariat yang mengaturnya. Dilarang berkhalwat (berdua-duaan) dalam ranah domestik dan ranah umum dan harus dengan mahramnya, menutup aurat sempurna. Maka, posisi negara harus berperan sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi rakyat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw., “Imam (kepala negara) itu laksana penggembala dan ia penanggung jawab rakyat yang digembalakannya”(HR Bukhari)

Negara melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam harus berperan aktif membentuk rakyatnya agar berkepribadian Islam, menerapkan sistem pergaulan Islam, serta melaksanakan sistem sanksi Islam pada pelaku jarimah (pelanggaran terhadap hukum syariat). Selain itu, perlu adanya kontrol masyarakat terhadap pergaulan bebas, aktif mengingatkan dan mencegah kemungkaran. Hal itu semua akan terwujud dalam sebuah penerapan syariat Islam kafah oleh negara yakni Khilafah.

Masyarakat akan tercegah dari berbuat maksiat (termasuk zina) dan terlindungi dari kejahatan (termasuk pembunuhan). Nyawa dan kehormatan manusia akan terjaga dalam sistem Islam. Inilah sistem yang kita butuhkan sebagai solusi tuntas masalah mutilasi berlatar belakang kohabitasi.
Wallahualam bissawab

Continue Reading

Previous: Luka Gaza Belum Berhenti, Khilafah Solusi Hakiki
Next: Indonesia Darurat Solusi Jitu Berantas Korupsi

Related Stories

Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional WhatsApp Image 2025-09-27 at 06.46.00

Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional

26/09/2025
Kohabitasi Berujung Mutilasi, Potrer Gelap Generasi WhatsApp Image 2025-09-27 at 06.20.42

Kohabitasi Berujung Mutilasi, Potrer Gelap Generasi

26/09/2025
Fenomena Job Hugging di Tengah Sulitnya Lapangan Kerja WhatsApp Image 2025-09-27 at 05.48.39

Fenomena Job Hugging di Tengah Sulitnya Lapangan Kerja

26/09/2025

Recent Posts

  • Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional
  • Kohabitasi Berujung Mutilasi, Potrer Gelap Generasi
  • Fenomena Job Hugging di Tengah Sulitnya Lapangan Kerja
  • Marak Lagi Filisida, Orang Tua Bunuh Anak
  • Indonesia Darurat Solusi Jitu Berantas Korupsi

Recent Comments

  1. Editor Muslimah Times on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  2. ranum on Diskriminasi Pendidikan, Sampai Kapan?
  3. Yanto on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  4. Winda on Potret Pendidikan di Era Milenial
  5. Nungki on Jual Beli Perawan, Bisnis yang Menjanjikan

Read This

Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional WhatsApp Image 2025-09-27 at 06.46.00

Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional

26/09/2025
Kohabitasi Berujung Mutilasi, Potrer Gelap Generasi WhatsApp Image 2025-09-27 at 06.20.42

Kohabitasi Berujung Mutilasi, Potrer Gelap Generasi

26/09/2025
Fenomena Job Hugging di Tengah Sulitnya Lapangan Kerja WhatsApp Image 2025-09-27 at 05.48.39

Fenomena Job Hugging di Tengah Sulitnya Lapangan Kerja

26/09/2025
Marak Lagi Filisida, Orang Tua Bunuh Anak WhatsApp Image 2025-09-26 at 08.17.52(1)

Marak Lagi Filisida, Orang Tua Bunuh Anak

26/09/2025
Copyright © Muslimah Times. All rights reserved. | MoreNews by AF themes.