
Oleh. Eni Imami, S.Si, S.Pd
Muslimahtimes.com–Tragedi ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo menjadi duka yang mendalam. Insiden ini bukan sekadar bencana teknis, atau keridaan atas takdir Tuhan. Ini harus menjadi evaluasi, siapa yang paling bertanggung jawab menjamin keamanan fasilitas dalam pendidikan?
Gedung Ambruk
Tiada yang menduga bahwa Ponpes tempat menuntut ilmu dan musala tempat berjema’ah menjadi lokasi kematian massal. Ketika para santri tengah melaksanakan salat Ashar berjemaah, gedung bertingkat itu ambruk (29/09). Hingga evakuasi berakhir (07/10), tercatat ada 171 korban, 104 orang di antaranya selamat, dan 67 orang meninggal. (cnnindonesia.com, 08-10-2025).
Hasil investigasi awal, pihak kepolisian dan tim ahli menduga penyebab utama ambruknya gedung karena lemahnya kontruksi. Ada kekurangan dalam struktur penyangga dan mutu bahan bangunan sehingga tidak kuat menopang beban, serta tidak adanya izin mendirikan bangunan. Hal ini diperparah oleh minimnya pengawasan dari pihak berwenang.
Pembangunan fasilitas pendidikan swasta, termasuk pesantren, sering bergantung pada dana swadaya masyarakat. Seperti iuran wali santri atau sumbangan donatur. Dengan dana terbatas untuk memenuhi fasilitas, gedung yang dibangun kerap kurang memenuhi standar. Dampaknya mudah rusak dan ambruk.
Ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny menyingkap kelemahan jaminan fasilitas pendidikan. Sejatinya menjadi tugas negara menyediakan fasilitas pendidikan, baik pendidikan formal maupun Pesantren. Bukan diserahkan pada swadaya masyarakat.
Akibat Sistem Buruk
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Pemerintah bertanggung jawab menjamin kualitas pendidikan, baik dari segi mutu maupun infratrukturnya. Sayangnya, dalam sistem diterapkan saat ini, pemerintah kerap berkilah bahwa pesantren merupakan lembaga independen yang dikelola masyarakat bukan lembaga milik negara. Padahal, peran pesantren juga besar dalam mewujudkan generasi penerus bangsa.
Tragedi ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny bukan sekadar masalah teknis pembangunan gedung, tetapi ini bagian dari masalah sistemik. Akibat penerapan sistem buruk, sistem yang menjadikan negara lalai bahkan berlepas tangan atas urusan rakyatnya, yakni sistem Sekularisme-kapitalisme.
Dalam sistem sekularisme-kapitalisme, pendidikan di negeri ini dipandang sebagai barang komersial. Masyarakat yang memiliki dana besar dapat menikmati fasilitas pendidikan yang megah. Sedangkan masyarakat bawah, hanya bisa pasrah menikmati fasilitas pendidikan ala kadarnya.
Dari tragedi ini, dapat diambil pelajaran bahwa tidak cukup melakukan evaluasi atau mendata ulang bangunan-bangunan yang tidak standar. Tetapi dibutuhkan adanya perubahan paradigma bahwa fasilitas pendidikan tidak bersandar pada swadaya masyarakat, negaralah yang bertanggung jawab penuh atas urusan rakyat.
Sistem Islam Menjamin Keselamatan
Dalam sistem sistem, paradigma kepemimpinan merupakan riayah shu’unil ummah (mengurusi urusan umat). Amanah besar ini menjadi tanggung jawab pemerintah negara, baik di dunia maupun akhirat. Sebagaimana sabda Nabi saw, “Imam (pemimpin) adalah pengurus dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu kebutuhan masyarakat. Menjadi tanggung jawab negara untuk menyediakannya dengan jaminan kualitas terbaik, nyaman, dan aman. Karena pembangunan fasilitas pendidikan bukan semata proyek fisik, tetapi menifestasi tanggung jawab terhadap masa depan umat. Bangunan yang kuat mencerminkan sistem yang kuat. Sebaliknya, bangunan yang mudah mabruk mencerminkan sistem yang buruk.
Untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang terbaik dari mutu pendidikan, pengajar, dan bangunan gedungnya dibutuhkan dana yang besar. Dalam sistem Islam, pendanaan tersebut tidak diserahkan kepada individu maupun swadaya masyarakat, tetapi ditanggung penuh oleh negara. Negara dalam sistem Islam memiliki Baitulmal dengan 12 pos pemasukan. Salah satu pos pengeluarannya untuk alokasi dana pendidikan.
Sejarah telah mencacat dengan tintas emas puncak peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini, ilmu pengetahuan dan pendidikan berkembang pesat. Berbagai lembaga pendidikan didirikan dengan infrastruktur dan berbagai fasilitas belajar-mengajar. Salah satunya keberadaan Madrasah Nizhamiyyah yang sangat terkenal di Bagdad masa itu.
Sungguh luar biasa mengaturan urusan umat dalam sistem Islam. Negara bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan umat. Maka, hanya sistem Islam yang merupakan sistem terbaik yang akan memberikan jaminan keselamatan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Karena sistem Islam berasal dari Sang Pencipta kehidupan, Allah Swt. Wallahu a’alam bishawab