Skip to content
Muslimah Times

Muslimah Times

dari dan untuk muslimah masa kini

Primary Menu
  • HOME
  • NEWS
  • AKTUAL
  • CHICKEN SOUP
  • HIKMAH
  • KAJIAN
  • PARENTING
  • RESENSI
  • RUMAH TANGGA
  • SASTRA
  • TEENS
  • Kontak Kami
    • SUSUNAN REDAKSI
    • Login
  • Home
  • 2025
  • October
  • 28
  • Fatherless Kian Marak, Negara Harus Bertindak

Fatherless Kian Marak, Negara Harus Bertindak

Editor Muslimah Times 28/10/2025
WhatsApp Image 2025-10-28 at 20.55.56
Spread the love

Oleh. Yunita

Muslimahtimes.com–Fatherless kian marak di Indonesia. Hal ini tampak dari data tim jurnalisme kompas berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2024 yang menyatakan ada 15,9 juta anak atau setara dengan 20,1% dari total 79,4 juta anak yang berusia kurang dari 18 tahun yang berpotensi mengalami fatherless. Dari 15,9 juta anak tersebut, sebanyak 4,4 juta karena tidak tinggal bersama ayah dan 11,5 juta anak karena ayahnya lebih banyak bekerja di luar rumah (kompas.id,10-10-2025).

Dampak Fatherless

Fatherless berdampak buruk pada kualitas generasi. Dari hasil survei kualitatif pada 16 psikolog klinis di 16 kota di Indonesia, fatherless menyebabkan rasa minder dan emosi/mental yang labil pada anak. Ini disebut masing-masing oleh sembilan psikolog. Adapun tujuh psikolog menyatakan fatherless berdampak pada kenakalan remaja. Lima psikolog menyebut fatherless menyebabkan anak sulit berinteraksi sosial dan empat psikolog mengatakan fatherless berdampak pada tingkat akademik yang rendah.

Ini menunjukkan bahwa fatherless merupakan persoalan serius dan tidak boleh dianggap enteng oleh negara. Negara harus bertindak agar fenomena fatherless tidak makin parah. Seharusnya pengasuhan melibatkan ayah dan ibu secara bersamaan. Namun, hal tidak selalu terwujud.

Dampak fatherless makin terasa karena sistem pendidikan dan sosial kita belum mampu menyediakan ruang kompensasi bagi kekosongan tersebut. Sekolah lebih fokus pada aspek kognitif, sedangkan lembaga sosial belum banyak memperkuat peran keluarga sebagai lingkungan tumbuh kembang yang utuh. Anak-anak yang tumbuh tanpa kedekatan ayah akhirnya mencari figur pengganti di luar rumah—teman sebaya, media sosial, bahkan tokoh publik—yang belum tentu memberikan teladan positif.

Penyebab Fatherless

Penyebab fatherless di Indonesia yang utama adalah perceraian. Akibat perceraian, orang tua berpisah dan anak harus terpisah dari ayahnya. Angka perceraian di Indonesia sangat tinggi dan faktor ekonomi menjadi penyebab utamanya. Ini menunjukkan bahwa negara gagal mewujudkan kesejahteraan ekonomi sehingga banyak rumah tangga ambruk dan anak mengalami fatherless.

Penyebab fatherless yang kedua adalah tekanan ekonomi yang mendorong banyak ayah untuk bekerja lembur atau merantau ke luar daerah, bahkan ke luar negeri. Hal ini menjadikan fatherless sebagai dampak tak terelakkan dari struktur ekonomi kapitalistik yang tidak berpihak pada keseimbangan hidup keluarga.

Ditambah lagi tantangan era digital, kehadiran teknologi dan media digital menambah kompleksitas peran ayah masa kini. Anak-anak kini lebih dekat dengan gawai daripada dengan orang tuanya. Mereka mendapatkan “pengasuhan digital” dari YouTube, TikTok, dan media sosial lain yang tidak selalu memiliki nilai pendidikan (tagar.co, 08-10-2025). Hal ini terjadi karena sekularisasi masif di tengah masyarakat yang membuat para ayah tidak paham kewajibannya sebagai ayah sebagaimana tuntunan agama (Islam).

Solusi Islam

Dalam Islam, ayah memiliki posisi sebagai qawwam (pemimpin, pelindung, dan penanggung jawab keluarga). Ini sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’an, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS An-Nisa: 34). Seharusnya ayah bertanggung jawab memberi nafkah, mendidik, dan menanamkan nilai-nilai iman serta akhlak.

Namun, masalah fatherless tidak bisa selesai di level individu saja. Menyelesaikan fatherless tidak cukup dengan mendorong para ayah melaksanakan perannya. Ini karena krisis ayah bukan hanya masalah pribadi atau keluarga, tetapi hasil dari sistem ekonomi kapitalisme yang memforsir para ayah untuk bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup yang makin mahal hingga terpaksa tidak cukup waktu untuk keluarga.

Fatherless juga terkait dengan sistem pendidikan sekuler kapitalistik yang tidak menumbuhkan tanggung jawab qawwamah pada para calon ayah karena pendidikan hanya fokus pada target materi. Sementara itu, sistem sosial yang ada saat ini juga sekuler kapitalistik sehingga tidak mendukung terbentuknya keluarga islami. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan terjadi secara bebas sehingga bangunan keluarga menjadi rapuh dan berdampak pada fatherless.

Meskipun seorang ayah berusaha sebaik mungkin, kalau sistem yang menaungi kehidupannya tidak berpihak pada nilai Islam, hasilnya tetap timpang. Oleh karenanya, fatherless bukan hanya masalah kehilangan sosok ayah, tetapi kehilangan sistem yang melindungi para ayah untuk menjalankan tugasnya. Solusi sejati bagi fatherless bukan hanya memperbaiki individu, tetapi menegakkan kembali sistem yang menerapkan Islam kafah pada aspek politik, ekonomi, sosial, pendidikan, maupun keluarga. Sistem ini adalah Khilafah.

Khilafah akan mewujudkan kesejahteraan rakyat secara merata sehingga para ayah mudah untuk bekerja dan tidak diforsir sehingga masih ada cukup waktu untuk keluarga. Khilafah mengelola sumber daya alam yang terkategori milik umum sehingga pendidikan dan kesehatan disediakan secara gratis oleh negara. Khilafah juga menjamin setiap ayah memiliki pekerjaan sehingga mampu menghidupi keluarga dan tercegah dari perceraian. Khilafah juga menyiapkan para calon ayah dengan penanaman tsaqafah Islam di sekolah sehingga saat lulus sudah siap menjadi ayah. Sistem sosial dan media juga diatur agar sesuai syariat Islam sehingga mendukung terwujudnya ketahanan keluarga. Demikianlah hanya Khilafah yang bisa menyolusi fatherless hingga tuntas. Dengan demikian akan terwujud generasi yang kuat dan berkualitas. Wallahualam bissawab.

Continue Reading

Previous: Insiden Kepala Sekolah dan Murid: Cermin Krisis Moral dan Pendidikan
Next: Salah Kelola Tambang, Negara Rugi 330 Triliun, kok Bisa?

Related Stories

Magang Fresh Graduate Nasional, dari Kapitalis untuk Kapitalis WhatsApp Image 2025-10-28 at 22.03.21

Magang Fresh Graduate Nasional, dari Kapitalis untuk Kapitalis

28/10/2025
Salah Kelola Tambang, Negara Rugi 330 Triliun, kok Bisa? WhatsApp Image 2025-10-28 at 21.17.33

Salah Kelola Tambang, Negara Rugi 330 Triliun, kok Bisa?

28/10/2025
Insiden Kepala Sekolah dan Murid: Cermin Krisis Moral dan Pendidikan WhatsApp Image 2025-10-28 at 20.40.57

Insiden Kepala Sekolah dan Murid: Cermin Krisis Moral dan Pendidikan

28/10/2025

Recent Posts

  • Magang Fresh Graduate Nasional, dari Kapitalis untuk Kapitalis
  • Salah Kelola Tambang, Negara Rugi 330 Triliun, kok Bisa?
  • Fatherless Kian Marak, Negara Harus Bertindak
  • Insiden Kepala Sekolah dan Murid: Cermin Krisis Moral dan Pendidikan
  • Urgensitas Khilafah, Kasus Kekerasan Tak Cukup dengan Undang-undang

Recent Comments

  1. Editor Muslimah Times on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  2. ranum on Diskriminasi Pendidikan, Sampai Kapan?
  3. Yanto on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  4. Winda on Potret Pendidikan di Era Milenial
  5. Nungki on Jual Beli Perawan, Bisnis yang Menjanjikan

Read This

Magang Fresh Graduate Nasional, dari Kapitalis untuk Kapitalis WhatsApp Image 2025-10-28 at 22.03.21

Magang Fresh Graduate Nasional, dari Kapitalis untuk Kapitalis

28/10/2025
Salah Kelola Tambang, Negara Rugi 330 Triliun, kok Bisa? WhatsApp Image 2025-10-28 at 21.17.33

Salah Kelola Tambang, Negara Rugi 330 Triliun, kok Bisa?

28/10/2025
Fatherless Kian Marak, Negara Harus Bertindak WhatsApp Image 2025-10-28 at 20.55.56

Fatherless Kian Marak, Negara Harus Bertindak

28/10/2025
Insiden Kepala Sekolah dan Murid: Cermin Krisis Moral dan Pendidikan WhatsApp Image 2025-10-28 at 20.40.57

Insiden Kepala Sekolah dan Murid: Cermin Krisis Moral dan Pendidikan

28/10/2025
Copyright © Muslimah Times. All rights reserved. | MoreNews by AF themes.