 
                Oleh. Yuli Ummu Raihan
Muslimahtimes.com–Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Presiden Prabowo menyampaikan ucapan selamat kepada para santri, kiai, nyai hingga keluarga besar pondok pesantren di seluruh Indonesia. Presiden menekankan agar peringatan Hari Santri ini menjadi momentum untuk mengenang jasa para ulama dan santri yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Beliau mengingatkan kembali kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, semangat jihad yang digelorakan pada 80 tahun silam masih relevan hingga hari ini yaitu untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia dengan ilmu dan keimanan. Presiden juga telah merestui pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren di bawah Kementerian Agama.(Setneg.go.id, 29/10/2025).
Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia adalah teman yang diangkat untuk peringatan Hari Santri tahun 2025. Peringatan Hari Santri ini mendapatkan banyak perhatian publik dengan serangkaian seremonial, upacara kirab, baca kitab sampai festival sinema dan serentak memasang status, meme dan visual tentang Hari Santri.
Peringatan Hari Santri lebih kepada seremonial, tidak memberikan gambaran peran santri seharusnya sebagai sosok yang faqih fiddin dan agen perubahan. Pujian tentang peran santri dalam melawan penjajah di masa silam hanya sekadar pemanis, tidak sejalan dengan berbagai kebijakan dan program yang terkait dengan santri dan pondok pesantren. Mirisnya santri justru dimanfaatkan untuk menjadi agen moderasi beragama dan agen pemberdayaan ekonomi.
Santri hari ini tidak diarahkan untuk memiliki visi misi jihad melawan penjajah dengan berbagai modelnya dan topengnya hari ini. Peran strategis santri malah dibajak untuk mengokohkan sistem sekuler kapitalis.
Bagaimana mungkin bisa mengawal Indonesia merdeka menuju peradaban dunia jika hari ini kita masih dijajah secara pemikiran, budaya dan lainnya?
22 Oktober itu seharusnya lebih tepat disebut sebagai Hari Resolusi Jihad, bukan Hari Santri karena pada tanggal itu KH Hasyim Asy’ari menyerukan jihad untuk mengantisipasi kedatangan pasukan sekutu (yang dipimpin oleh Belanda dan Inggris).
Saat kafir penjajah tersebut datang mereka menyambut dengan pekikan takbir dan acungan senjata sehingga pecahlah perang antara Muslim melawan penjajah hingga puncaknya pada 10 November 1945 di Surabaya. Hingga momen itu diperingati sebagai Hari Pahlawan. Jadi Hari Pahlawan ada karena adanya resolusi jihad pada 22 Oktober 1945.
Seharusnya momen Hari Santri ini menjadikan santri sebagai agen perubahan dan mengarahkan perjuangan santri demi tegaknya Islam kafah. Saat ini moderasi beragama sangat dipropagandakan, padahal moderasi beragama itu asasnya sekuler atau pemisahan agama dari kehidupan, yang menuntut para santri beragama ala Barat dan mengikis idealisme santri sebagai agen perubahan.
Moderasi beragama menjadikan santri beramal sesuai standar Barat seperti liberalisme, pluralisme, toleransi ala Barat, demokrasi dan HAM. Semua itu menjadi penyebab berbagai kerusakan generasi hari ini. Moderasi beragama juga melemahkan pemahaman santri akan Islam sebagai ideologi yang mampu menjadi solusi atas semua persoalan kehidupan. Negara harus menjadi penanggung jawab utama untuk mewujudkan eksistensi pesantren dengan visi mulia mencetak santri faqih fiddin dan siap berdiri di garda terdepan melawan penjajahan.
Baru-baru ini sebuah tayangan di TV swasta menimbulkan kontroversi karena dianggap menyinggung pondok pesantren. Dalam tayangan program TV tersebut menampilkan narasi dan visual yang dianggap membangun narasi negatif tentang kehidupan pesantren. Padahal dari pesantren lah lahir generasi-generasi tangguh, santri multitalenta, dan berbagai kegiatan sosial yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Sebelumnya pesantren juga disorot terkait musibah robohnya bangunan empat lantai di pondok pesantren Al Khozini . Pesantren adalah kearifan lokal yang tidak ada di negara lain yang telah menyatu dan mendarah daging dengan kehidupan masyarakat. Pesantren adalah simbol Islam paling dekat dengan kalangan masyarakat.
Saat pesantren menjadi aktor utama dalam melejitkan ide dakwah dan Islam kafah, maka ini bisa memudahkan mewujudkan persatuan umat.
Pesantren adalah wadah mencetak ulama pewaris para nabi, kader-kader dakwah. Ilmu-ilmu yang dipelajari di pesantren seharusnya menjadi visualisasi Islam sebagai jalan hidup manusia.
Ketika ilmu-ilmu Islam telah disadari sebagai jalan hidup, maka akan memantik pemikiran, dan bangkitnya manusia tergantung dari pemikirannya. Kebangkitan pemikiran adalah bekal utama untuk menambah amunisi bagi dakwah politik. Islam bukan sekadar agama ruhiyah, tapi juga sistem kehidupan.
Jadi mari kita kembalikan lagi peran santri dan pesantren, sehingga para santri berani bersuara lantang menyampaikan kebenaran dan tidak takut melawan segala bentuk penjajahan dan ketidakadilan yang terjadi hari ini. Wallahua’lam bishawab

 
                     
                     
                    