Oleh Ita Husnawati
Muslimahtimes.com–Remaja sebagai generasi penerus yang akan menggantikan posisi orang-orang dewasa saat ini, harusnya menjadi aset yang sangat berharga yang akan memperbaiki keadaan saat ini. Namun fakta menunjukkan banyak masalah yang dihadapi remaja, mulai bullying, paparan negatif dari media informasi, pergaulan bebas, pinjol, judol, hingga bunuh diri. Memang berat tantangan yang menghadang generasi muda saat ini. Dengan kemajuan teknologi informasi, remaja tidak lepas dari ruang digital.
Data pengguna medsos berdasarkan survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menunjukkan Gen Z (lahir 1997–2012, usia 12–27 tahun) mencapai 25,54 persen dari total pengguna (229,4 juta). Kemudian Gen Milenial (lahir 1981–1996, usia 28–43 tahun) mencapai 25,17 persen, dan Gen Alpha (lahir 2013 ke atas) mencapai 23,19 persen. Terlihat bahwa Gen Z mendominasi. PJII juga mencatat peningkatan durasi penggunaan internet harian, durasi 4–6 jam/hari, mencapai 35,75 persen, di atas 10 jam/hari mencapai 7,66 persen. (cloudcomputing.id, 12/08/2025)
Algoritma yang dikuasai pengemban ideologi kapitalis menjadikan media internet sebagai sarana untuk menyebarkan sekulerisme, liberalisme, pluraralisme dan sebagainya. Sedangkan Islam yang kaaffah dianggap radikal dan ajaran terorisme. Hal ini dapat menjauhkan remaja dari pemahaman Islam yang haqiqi. Pada masa transisi, remaja cenderung labil dan mudah terpengaruh, apalagi dengan gadget yang ada di tangan, dengan mudah diakses di mana saja dan kapan saja. Korporasi pengendali media sosial dengan mudah mengaruskan liberalisme melalui konten yang digandrungi remaja, sehingga remaja yang rentan akan langsung mengikuti tanpa filter. Di sinilah peran berbagai pihak diperlukan untuk membentengi remaja dengan akidah yang kokoh dan kepribadian Islam yang tangguh.
Permasalahan remaja, yang terpapar dampak negatif dari media sosial, membuat pemerintah merasa perlu mencari solusi untuk membendungnya, diterbitkanlah PP Tunas, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (www.komdigi.go.id, 02/05/2025). Namun regulasinya dinilai belum efektif, seperti batasan usia, masih bisa dimanipulasi dan sebagainya. Lalu ke manakah kita mencari solusi untuk menyelamatkan generasi? Jawabannya adalah kepada Pencipta manusia Yang Maha Mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dia lah Allah Al Khaliq Al Mudabbir.
Allah telah memberi petunjuk melalui Al Qur’an agar kita tidak meninggalkan generasi yang lemah. Allah berfurman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. An Nisa [4]: 9)
Lemah di sini bisa dari berbagai segi, baik secara fisik, mental, ilmu, ekonomi, akidah, moral dan sebagainya. Amanah ini khususnya untuk orang tua, umumnya untuk semua. Dari warning ini, orang tua harus benar-benar membekali anak dengan akidah, ilmu, adab dan keterampilan yang memadai. Namun, hal ini belum cukup, masih memerlukan dukungan lingkungan yang kondusif untuk membentuk kepribadian anak. Apa lagi dengan adanya media digital yang bisa menembus dinding rumah dan dinding kamar. Mereka bisa berinteraksi secara virtual tanpa batas.
Secara umum pada gen apa pun dari dulu hingga sekarang potensi manusia tidaklah berubah. Manusia memiliki kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi dan 3 (tiga) jenis naluri (naluri beragama, mempertahankan diri dan melestarikan jenis) yang dipengaruhi oleh faktor eksternal. Selain itu, Allah membekali potensi akal untuk berfikir dan memilih jalan yang benar dalam memenuhi kebutuhan pokok dan naluri-naluri tersebut. Islam pun telah menunjukkan cara pemenuhan yang benar. Manusia hanya tinggal melaksanakan petunjuk itu, termasuk remaja, saat berada di ruang digital untuk memenuhi kebutuhan pokok dan naluri, mereka perlu disadarkan akan rambu-rambu yang ditetapkan dalam Islam, yaitu halal dan haram, karena sejatinya mereka tidak lepas dari pengawasan Allah.
Gen Z yang memiliki potensi kritis bisa menjadi agen perubahan melalui media sosial. Mereka mampu memanfaatkan media sosial untuk kebaikan sesamanya, Ketika mereka memiliki kepribadian Islam. Allah memberikan reward spesial bagi pemuda yang rajin beribadah, yang hatinya terpaut dengan masjid, yang tidak mau diajak pacarana dan sebagainya dari 7 (tujuh) golongan yang akan mendapatkan naungan pada saat tidak ada naungan yang teduh selain naungan-Nya, yaitu di padang Mahsyar, mereka mendapatkan tempat yang teduh (VVIP) di saat yang lain keringatan dengan ketinggian bervariasi.
Islam tidak hanya memiliki konsep, tapi juga telah membuktikan dengan adanya remaja yang telah terinstal dengan kepribadian Islam yang bisa dijadikan teladan atau idola remaja saat ini, diantaranya Aisyah yang cerdas, menjaga kehormatan dan banyak menguasai hadits Rasulullah saw., kemudian Ali bin Abi Thalib r.a. yang telah mendalami dan mengamalkan Islam sejak kecil. Kemudian Mus’ab bin Umair, pemuda elit yang rela meninggalkan kemewahan dunia demi Islam, juga Usamah bin Zaid yang menjadi panglima perang di usia 17 tahun. Di atas semua itu, tentu Rasulullah saw. adalah teladan tertinggi yang sejak kecil sudah terkenal kejujuran dan akhlak mulianya hingga mendapat gelar Al-Amin dan Allah pun memuji Beliau dalam Al-Qur’an. Jadi, sudah saatnya konsep Islam diwujudkan dalam dunia nyata, dengan menegakkan sistem pemerintahan Islam (Khilafah) yang akan menjaga generasi dari berbagai kerusakan. Wallahu A’lam.[]
