Oleh. Kholda Najiyah
Muslimahtimes.com–Banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan rumah tangga itu mudah. Seringkali diremehkan, sehingga tidak mendapat perhatian khusus. Akhirnya, tidak disadari potensi stres akibat beban pekerjaan tersebut. Seperti, aktivitas fisik yang terus menerus, mulai membersihkan rumah hingga mengasuh anak yang menguras energi. Belum lagi beban sosial dalam membangun relasi dengan suami, mertua atau lingkungan yang terkadang menguras emosi.
Jika tidak mampu mengelola stres, akibatnya bisa memburuk. Seperti sulit fokus, ragu membuat keputusan, tidak percaya diri, fisik rentan sakit, mudah marah, pesimis dan cemas berlebihan. Ada yang akhirnya insomnia atau sulit tidur, hilang selera makan atau sebaliknya, makan berlebihan. Bahkan, ibu bisa kehilangan gairah pada hal-hal yang seharusnya menyenangkan seperti perawatan diri, berdandan, olah raga dan hubungan biologis.
Oleh karena itu, setiap ibu harus memiliki kemampuan mengelola tekanan batinnya dengan bijak atau sering disebut coping stres. Ini penting untuk menjaga mental ibu agar tetap waras dan bahkan bisa hidup lebih tenang dan meraih kebahagiaan batin. Nah, berikut ini coping stres untuk ibu rumah tangga yang bisa dicoba:
- Miliki Ketahanan Spiritual
Spiritual atau religi bukan semata rajin ibadah tepat waktu, bahkan melaksanakan ibadah nafilah atau sunah. Bukan sekadar melafalkan zikir atau memanjatkan doa. Lebih dari itu, seseorang yang memiliki ketahanan spiritual tinggi adalah yang mampu lebih dalam menangkap makna dari setiap perjalanan hidupnya, dengan menghubungkannya pada kekuasaan Sang Pencipta.
Inilah dimensi terdalam manusia, yaitu ketika seseorang mampu mengambil hikmah atas setiap kejadian yang menimpanya dan rida atas ketetapan Allah Swt. Ia mampu menemukan makna, tujuan, dan alasan, hingga tetap berdiri ketika hidup diguncang ujian. Mampu memaknai penderitaan sebagai bagian dari perjalanan hidup, untuk meraih pelajaran dan menaikkan kekuatan mentalnya menjadi pribadi lebih bijak.
- Luangkan Waktu, Penuhi Kebutuhan Diri
Menjadi ibu, seringkali mengubah orientasi hidup, yaitu mengorbankan diri untuk suami dan anak-anak. Ibu rela mengabaikan kebutuhan pribadinya, mengubur impiannya dan mengalah demi keluarganya. Bila kondisi tersebut menyebabkan tekanan batin, maka lepaskanlah. Artinya, jangan merasa bersalah jika sesekali ibu mementingkan kebutuhan diri sendiri.
Misal, ibu ingin membeli jajan yang kebetulan kesukaannya, sering dihadapkan pada dilema, apakah ini akan saya makan atau nanti buat anak ya. Padahal tidak mengapa untuk ibu. Hal yang sepertinya sepele, tapi bisa membuat ibu stres. Padahal jangan terlalu dipikirkan.
Demikian pula, menyediakan waktu untuk diri sendiri, bukanlah keputusan yang egois, tetapi cara untuk mengelola batin. Misal, titipkan anak ke suami, sementara ibu melakukan satu hobi tertentu. Jika jiwa ibu tenang karena kebutuhannya terpenuhi, niscaya akan kembali melakukan rutinitas sehari-hari dengan perasaan gembira. Jadi, sebisa mungkin luangkan waktu untuk “me time”. Lakukanlah hal-hal yang ibu sukai dan membuat rileks. Baik secara fisik maupun mental.
- Percaya dengan Kemampuan Diri
Jangan pernah membandingkan diri dengan ibu-ibu yang lain. Jadilah diri sendiri dan tetap percaya diri. Kenali kemampuan dan batasan diri untuk menghindari kelelahan dan stres berlebihan. Belajar untuk mengatakan ‘tidak’ terhadap hal-hal yang tidak relevan dengan diri ibu. Hilangkan perasaan tidak enak.
Misal, ada sesama wali murid yang membawa aneka dagangan dan ibu tidak tertarik, jangan memaksakan diri membeli hanya karena ibu-ibu yang lain membeli. Ujung-ujungnya nanti stres karena merasa bersalah, telah membelanjakan uang tidak sesuai kebutuhan. Jangan dengarkan komentar negatif apapun dan jangan dimasukkan ke dalam hati. Belajarlah menjadi pribadi yang kokoh pada prinsip hidup yang ibu yakini.
- Ciptakan Circle Positif
Hidup ibu tidak hanya berkutat dengan urusan masak, nyuci, nyapu dan ngepel.
Bukan cuma sibuk menyuapi anak atau membuatkan kopi suami. Sebagai pribadi yang bertumbuh, ibu perlu mengisi akal dengan nutrisi ilmu. Bertumbuh mempelajari hal-hal baru, agar memiliki kualitas hidup yang berkelas. Maka, ciptakan circle positif yang menumbuhkan.
Semisal, mengikuti informasi gaya hidup sehat dari dokter yang terpercaya. Menyimak kajian agama pada ulama yang kapable. Mengikuti komunitas ibu yang menularkan energi positif. Mempelajari skill yang mengasah potensi seperti memasak, menjahit, merajut, melukis, menulis atau keterampilan hidup lainnya.
Kegiatan yang menyenangkan itu, setidaknya bisa menjadi obat stres di saat menghadapi tekanan hidup yang berat. Bahkan, bukan tak mungkin akan menjadi sebuah hal yang bermanfaat di masa mendatang. Misal, ketika anak-anak sudah dewasa dan ibu usia pensiun, tidak kesepian karena punya keterampilan dan teman yang memiliki hobi sejenis.
- Delegasikan Tugas dan Komunikasikan
Coping stres terakhir agar ibu tetap “waras” adalah jangan segan-segan untuk mendelegasikan tugas-tugas rumah tangga dan obrolkan semua masalah ibu dengan suami dan anak. Mintalah bantuan untuk tugas insidental yang tidak selalu butuh dibantu. Hanya sesekali repotnya, tidak rutin. Tetapi, untuk tugas rutin yang ibu benar-benar kewalahan, buatkan jadwal penugasan rutin bagi suami dan anak-anak.
Misal, tiap Selasa dan Jumat pagi, ibu rutin harus mengikuti kajian. Maka hari itu benar-benar tidak akan sempat mencuci baju dan menyapu. Maka, khusus Selasa dan Jumat itu, buatkan jadwal suami mencuci baju dan anak menyapu. Obrolkan dengan keluarga dan buat kesepekatan bersama, sehingga semua terasa ringan.
Demikian di antara coping stres yang bisa dilakukan, semoga meringankan tekanan batin dalam menjadi ibu rumah tangga. Ingat, tidak harus menjadi sempurna karena manusia punya keterbatasan. Tetaplah bahagia, apapun capaian ibu di titik ini.(*)
