Oleh. Eva Arlini, SE
(Blogger)
Muslmahtimes.com–Dalam kajian kitab Riyadush Shalihin yang diasuh oleh Ustaz Yuana Ryan Tresna di Channel Youtube Sholdah TV, disinggung soal orang zalim. Tepatnya pembahasan pada Bab 26 berjudul “Haramnya Berbuat Zalim dan Perintah Mengembalikan Hak Orang yang Dizalimi”. Dijelaskan bahwa makna kezaliman adalah menempatkan segala sesuatu tidak pada tempatnya. Lawan dari zalim adalah adil. Keadilan berarti menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya.
Tempat yang dimaksud adalah syariat Islam. Sehingga segala bentuk kezaliman hakikatnya merupakan pelanggaran hukum Islam. Bentuk kezaliman yang besar adalah menumpahkan darah tanpa hak serta menghalalkan yang haram. Hari ini, pangkal utama permasalahan kaum muslimin justru hal itu, menghalalkan apa yang diharamkan Allah Swt dan mengharamkan yang dihalalkan Allah Swt.
Allah Swt mewajibkan untuk berhukum hanya dengan hukum Islam. Sebagaimana firman Allah Swt: “Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (QS. Al Maidah: 49)
Menurut Ibnu Katsir, ayat tersebut merupakan penegasan terhadap perintah agar berhukum dengan apa yang diturunkan Allah Swt dan larangan menyalahinya. Kitab yang diturunkan Allah Swt kepada Rasulullah saw adalah Al-Qur’an. Maka Rasulullah saw dan umatnya diharamkan menyalahi Al- Qur’an.
Kaum muslimin seharusnya tidak menjalankan sistem ekonomi kapitalis, sistem politik demokrasi dan sistem sosial liberal yang semua bersumber dari akal manusia, produk impor dari Barat. Seharusnya sejak lama kaum muslimin meninggalkan sistem sanksi warisan Belanda yang ternyata masih dijalankan hingga kini.
Kezaliman para penguasa negeri muslim yang menyalahi hukum Allah Swt telah mengakibatkan munculnya kezaliman-kezaliman turunannya. Seperti mudahnya darah kaum muslim tertumpah tanpa alasan yang haq dan tanpa pembelaan dari kaum muslim lainnya. Saat ini giliran muslim India yang dibantai habis-habisan oleh ekstremis Hindu disana. Hal itu diperlihatkan oleh sebuah video produksi BBC tentang penderitaan muslim India karena kekejaman sekelompok ekstremis tersebut. Sayangnya pihak keamanan di sana membantu aksi kekejaman itu. Pemerintahnya pun diam sama, terkesan mendiamkan.
Seperti biasa, kejadian-kejadian yang luar biasa menyedihkan itu tak mendapat respons berarti dari para penguasa muslim. Mereka bungkam. Pada umumnya alasan diamnya penguasa negeri-negeri muslim karena pandangan nasionalisme mereka. Mereka menganggap masalah itu urusan lokal. Mereka merasa tak berhak ikut campur. Padahal sesama muslim wajib saling melindungi. Apalagi para penguasa muslim hari ini memiliki kekuatan untuk membela saudaranya yang seiman.
Pada Bab 27 kitab Riyadush Shalihin disampaikan sebuah hadis tentang konsekuensi ikatan persaudaraan atas dasar iman. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda : “Sesama muslim, jangan mengkhianati, mendustai dan membiarkannya dalam penganiayaan. Sesama muslim haram mengganggu kehormatan, harta dan darahnya. Takwa itu ada di sini (sambil menunjuk dadanya). Seseorang cukup dianggap jahat apabila ia menghina saudaranya yang muslim.” (HR. Tirmidzi)
Para penguasa negeri-negeri muslim telah membiarkan saudaranya dalam penganiayaan. Bersamaan dengan itu, di dalam negerinya mereka melemahkan semangat Islam rakyatnya. Mereka menciptakan islamofobia menggunakan istilah radikal dan teroris. Mereka pun menggiring umat Islam agar mengambil ide Islam moderat dengan istilah terbarunya, moderasi beragama. Mereka setia pada sistem kehidupan buatan Barat sembari menunjukkan kebencian pada Islam.
Para penguasa muslim itu tak sadar, bahwa kezaliman mereka adalah kegelapan di akhirat kelak. Hari ini mereka merasa kuat, padahal nasib mereka kelak terancam azab. Di dunia pun sebenarnya mereka bukan orang-orang hebat. Allah Swt berfirman: “Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang yang zalim dan tidak ada baginya seorang penolong yang diterima (pertolongannya)”. (QS. Ghafir: 18)
Begitulah nasib orang-orang zalim. Sebenarnya mereka tak memiliki teman-teman setia, kecuali para orang zalim juga. Pertemanan mereka penuh kedustaan. Persis seperti semboyan dalam sistem demokrasi yang secara tersirat umum diketahui, tak ada lawan abadi dan tak ada kawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. Artinya, orang-orang zalim hakikatnya lemah. Kelak di akhirat mereka akan menjadi orang-orang yang bangkrut, ketika hingga ajal tiba tak juga bertaubat. Wallahu a’lam bishawab.