Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute)
Muslimahtimes.com–Saat ini jalan menuju pernikahan kian terjal, saking banyaknya fakta dan opini tentang kehidupan rumah tangga yang berseliweran. Belum lama viral kasus perselingkuhan atau layangan putus, yang membuat para lajang takut menikah. Kini viral nikah beda agama, yang membuat lajang berpikir, sesulit itukah mencari pasangan yang seiman?
Tak berhenti sampai di situ, calon pasangan satu keyakinan pun, kini perlu ditelisik lebih mendalam, apakah imannya adalah Islam yang lurus dan kaffah, atau jangan-jangan Islam moderat atau bahkan liberal. Sebab, tak sedikit yang terjebak dalam pernikahan dengan pasangan yang menjauhkannya dari Allah Swt.
Seperti belum lama ini, seorang artis yang menikah dengan nonmuslim, akhirnya murtad dan mengikuti agama suaminya. Demikianlah jika pernikahan tidak dilandasi syariat Islam, bisa-bisa malah mengubah keyakinan. Na’udzubillahi mindzalik.
Nah, agar tidak menyesal ketika menikah, pikirkan masak-masak kriteria dalam mencari pasangan sebagai berikut:
1. Satu Akidah dan Pemahaman
Kriteria utama sama-sama Islam, lalu kriteria berikutnya punya pemahaman yang sama tentang Islam. Sama-sama paham tentang kewajiban menuntut ilmu, parameter halal dan haram, standar hukum syara’ dan sejenisnya.
Misal, sama-sama menolak riba, agar rezeki yang mengalir ke rumah hanya yang halal. Sama-sama paham bahwa masing-masing wajib berbakti pada orang tua. Sama-sama paham bahwa sekularisme dan liberalisme itu bertentangan dengan Islam.
Sebab, zaman sekarang satu aqidah saja tidak cukup, karena kadang Islamnya malah liberal atau bahkan ikut aliran sesat. Hati-hati, jangan sampai salah pilih. Bahkan, beda sudut pandang dalam hal politik saja, bisa memicu prahara rumah tangga. Maka pastikan masing-masing tahu, seperti apa pola pikir globalnya tentang dunia Islam.
2. Komitmen Tentang Visi Pernikahan
Pastikan calon pasangan punya visi pernikahan, keluarga seperti apa yang akan dibangun. Jangan asal menikah untuk mengubah status atau sekadar pelampiasan gharizah nau’. Pastikan visinya adalah sukses dunia dan mulia di akhirat. Artinya, membangun pernikahan bukan hanya untuk kebahagiaan dunia, tapi juga akhirat.
3. Berakhlak Baik
Pastikan pasangan adalah orang yang berperilaku baik. Hormat terhadap wanita, dan santun terhadap orang tua. Tutur katanya lembut, atau setidaknya tidak kasar. Tidak emosional dan tidak main tangan. Hari Ini banyak laki-laki yang tega menyakiti wanita, bahkan ketika wanita itu sudah menjadi teman hidup yang membersamainya dari mulai nol saat susah hingga suksesnya. Baik menyakiti secara fisik maupun psikis.
4. Bertanggung Jawab
Pastikan calon pasangan adalah orang yang bertanggung jawab, terutama soal kewajiban nafkah dan tempat tinggal. Pastikan ia tipe yang gigih bekerja dan produktif. Ia juga mengizinkan istrinya untuk hidup di rumah terpisah, yaitu tidak satu atap dengan mertua jika bukan karena alasan mendesak. Sebab, pengantin wanita umumnya akan lebih bahagia karena bebas dan bisa bermanja pada suami jika tinggal di rumah terpisah.
Demikian pula pastikan, apakah setelah menikah akan LDM (long distance marriage) atau tidak? Kalau tidak sangat terpaksa, jangan menerima pernikahan LDM, karena ini bukan model pernikahan ideal. Pahala harian hidup berpasangan jelas sangat berkurang dan kebutuhan akan kasih sayang, sentuhan dan pelayanan harian tidak terwujud. LDM riskan dengan pengabaikan nafkah, kurangnya kasih sayang dan bahkan rawan perselingkuhan dan penyimpangan seksual.
5. Pandangannya tentang Pengasuhan dan Pendidikan Anak
Carilah pasangan yang mencintai anak-anak, sehingga dia akan ikut terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Bagaimanapun, mengasuh dan mendidik anak butuh kerjasama kedua belah pihak. Tidak bisa diserahkan begitu saja pada istri, tapi juga suami.
Tugas suami bukan hanya membiayai pendidikan, tapi juga ikut ambil tanggung jawab mendampingi anak-anak dalam tubuh kembangnya. Membersamai masa kecilnya dan ikut menanamkan nilai-nilai kehidupan.
Demikianlah, semoga para muslim dan muslimah senantiasa meraih pernikahan yang berkah, yang dimulai dari ketaatannya dalam memilih pasangan sesuai tuntunan syariah.(*)