Judul : Hijab For Sisters 1
Penulis : Anatasha Hardi
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2018
Tebal : 264
Peresensi: Khanaia Ardestani
Muslimahtimes.com – Saya sudah membaca novel ini sekitar 2 tahun lalu. Sewaktu saya baca rasanya kesal dan gemas campur aduk deh. Novel ini juga kebetulan relate dengan keadaan saya yang sedang menempuh pendidikan di salah satu sekolah islamic boarding school khusus putri. Selain itu juga, ini kali pertama saya masuk boarding school karena sebelumnya saya bersekolah di sekolah umum. Jadi, saya sudah tahu bagaimana lingkungan di sekolah umum. Dua karakter yang menurut saya saling melengkapi dan unik juga membuat saya ingin sekali meresensi novel ini. Ditambah dengan unsur islami yang menurut saya tidak terlalu berat untuk novel remaja islami saat ini.
Tokoh utama dalam cerita ini, Asha dan Khalda, dua murid berprestasi yang dipilih menjadi kandidat beasiswa ke Jerman akan bersaing untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Sekolah memberikan ujian kepada mereka untuk dipindahkan sementara ke sekolah umum di Tangerang, yaitu SMA Pancasila selama satu semester. Keduanya kaget dan terutama Khalda yang ketakutan saat mendengar itu. Sehari sebelum mereka masuk, Asha dan Khalda sudah membayangkan hal aneh tentang pergaulan di sekolah tersebut. Terutama Asha yang sampai terbawa mimpi buruk di malam sebelum mereka berangkat ke sekolah.
Hari pertama mereka menginjakkan kaki di sekolah dikejutkan dengan seorang laki-laki. Aidan, salah satu siswa ganteng dan idola sekolah yang sepertinya suka dengan Asha. Aidan menawarkan bantuan untuk mengantarkan Asha ke ruang kepala sekolah dan akhirnya mau tidak mau Asha mengiyakan tawarannya. Di sana mereka bertemu beragam orang. Saat pertama kali masuk, mereka dikagetkan dengan suara ngondek yang nyaring. Suara itu berasal dari Susanto, salah satu siswa di kelas tersebut. Mereka juga bertemu Chika dan Ami, dua sahabat yang sangat welcome dengan kedatangan mereka.
Kemunculan Aidan di hari pertama masuk ke SMA Pancasila membawa masalah yang besar bagi Asha. Paulin, cewek centil yang selalu mengganggu Aidan. Dia tidak suka dengan Asha karena Aidan terus-terusan mengejar Asha. Paulin akan menghalalkan segala cara demi mendapatkan Aidan. Khalda yang tidak suka melihat Asha terus-terusan di kejar dengan Aidan akhirnya menuduh Asha seorang cewek gampangan. Asha merasa tersinggung dengan ucapan Khalda. Ditambah lagi dengan Khalda yang pesimis karena Asha unggul di pelajaran matematika dan fisika membuat Asha semakin bimbang dengan keputusannya.
Suatu hari, SMA Pancasila dihebohkan undangan ulang tahun Paulin yang katanya mengundang seluruh siswa dan siswi. Termasuk Asha dan Khalda diundang untuk menghadiri ulang tahunnya. Namun, Asha dan Khalda memilih untuk tidak datang. Khalda yang sudah tidak tahan dengan keadaan pergaulan di SMA Pancasila membuat dia merencanakan sesuatu. Khalda mengundang seluruh siswi yang diduga sedang berpacaran untuk ikut acara sharing tentang pacaran menurut Islam yang dibantu oleh anggota. Namun, usaha mereka mendata nama yang terlibat pacaran dari pagi buta tak membuahkan hasil. Karena tidak ada satu pun orang yang datang ke masjid. Hingga di akhir datanglah cewek imut dengan suara lembut, Sienna. Sienna tertarik untuk mengikuti sharing tersebut karena ternyata dia mempunyai pacar. Khalda belum menyerah dengan rencananya tersebut dan akan mengadakannya di lain hari.
Kemunculan Aidan yang terus menerus juga membuat Asha sedikit risih. Asha berusaha menutup-nutupi dari Khalda karena dia yakin kalau dia tau akan mengomel.
Di malam pesta Paulin, Asha dan Khalda diajak mamanya untuk ikut meeting di salah satu hotel. Tetapi, Khalda menolak karena sedang sibuk mempersiapkan untuk video call dengan orang tuanya di Yogyakarta. Asha mengiyakan tawaran mamanya. Selama mamanya meeting, Asha hanya sibuk menikmati hidangan yang disediakan. Saat Asha dan Mamanya sudah di lift untuk pulang, empat orang yang kelihatannya anak kuliahan masuk dengan terburu-buru sambil memapah seorang perempuan yang mabuk berat. Asha baru menyadari itu setelah mereka keluar dari lift dan itu ternyata adalah Yova, salah satu geng Paulin. Asha langsung menyampaikan ke mamanya perihal itu. Mereka langsung mencari ke mana oran-orang itu membawa Yova. Empat orang itu membawa Yova ke salah satu kamar. Terjadilah penggrebekan oleh security dan beruntunglah Yova masih bisa diselamatkan kehormatannya.
Di upacara hari senin, kepala sekolah menyampaikan pidato kekecewaannya setelah mendapat laporan yang tidak mengenakkan tentang pesta Paulin yang diadakan semalam dari seorang wali murid yang nama anaknya dirahasiakan. Asha dipanggil untuk menyampaikan sepatah-dua patah karena telah menyelamatkan seorang siswi dari musibah. Asha memberikan pencerahan kepada seluruh siswa dan siswi tentang penjagaan diri. Tak lupa Asha tidak menyianyiakan kesempatan untuk mengajak mereka semua datang ke sharing diskusi mereka.
Paulin merasa tak terima atas pidato Asha terkait pesta ulang tahunnya. Paulin berusaha untuk menjatuhkan Asha dengan menyebarkan selembaran yang menyatakan bahwa Asha tukang fitnah di sekolah. Namun, kesaksian Aidan menyelamatkan Asha dari tuduhan tersebut. Belum lagi, kemunculan Yova yang memakai hijab menjadi tanda tanya banyak orang dan bergabungnya Yova ke kubu Asha membuat Paulin kehilangan satu dayangnya. Belum selesai juga dendam Paulin kepada Asha. Dia sengaja menjebak Asha dengan Aidan di suatu ruangan dan menyebarkan fitnah bahwa mereka berpacaran dengan membawa-bawa nama perkumpulan mereka. Kejadian itu membuat perlahan-lahan anggota Hijab for Sisters dan Brother of Moslems berkurang. Asha tidak kuat dengan semua masalah yang akhir-akhir ini menyerangnya membuat dia putus asa dan memutuskan untuk kembali ke pondok.
Beberapa hari kemudian setelah Asha Kembali ke pondok, Asha kedatangan tamu. Kedatangan Khalda, Chika, dan Ami ke pondok membuat Asha senang. Hingga kejutan menunggu Asha di tempat parkir. Susanto dan Aidan turut datang untuk menjelaskan kronologi kejadiannya. Setelah dibujuk teman-temannya dan Ustadzah Heni, akhirnya Asha mau untuk melanjutkan 3 bulan di SMA Pancasila.
Jujur saya sangat suka dengan novel ini, terutama bagaimana cara penulis menyampaikan hal-hal islami yang mudah dipahami. Cerita yang disuguhkan juga tidak melulu serius dan seru untuk dibaca. Salah satu hal yang membuat saya tidak berhenti ngakak, pak Kepsek yang selalu iseng dengan mereka dan tingkahnya yang ada saja. Kehadiran Susanto di antara mereka juga membuat cerita ini makin seru. Susanto yang selalu ingin ikut dengan geng Asha dan kelakuannya membuat Khalda mengomel terus.
Tak lupa mereka memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin dengan membuat sesuatu yang bermanfaat bagi mereka dan yang lain, seperti membangun sebuah komunitas yang merangkul sesama untuk menghasilkan hal yang positif. Konflik yang mereka hadapi umum dikalangan remaja seusia mereka. Saya suka sekali dengan cara Asha yang tetap menjaga perilaku dan perasaannya kepada Aidan. Awalnya saya tidak tsuka dengan karakter Khalda yang berlebihan dan terlalu asal ngomong. Berbeda dengan Asha yang lebih santai dan tenang. Namun, itulah yang membuat mereka saling melengkapi satu sama lain. Saya awalnya kurang setuju dengan pandangan mereka terhadap sekolah umum karena menurut saya tidak semua sekolah seperti yang mereka pikirkan, asal kita bisa menjaga dan memilih mana yang benar dengan baik.
Secara keseluruhan saya suka sekali dengan novel ini, saya juga suka dengan perkembangan alur dan karakter tokohnya. Sebuah novel yang tetap memuat unsur islami yang mudah dipahami dan perjuangan mereka menghadapi dunia luar pesantren yang jauh berbeda. Tentang bagaimana menjaga pergaulan di kehidupan remaja saat ini dan menemukan arti persahabatan, kepercayaan, dan pentingnya menjaga nilai-nilai agama di kehidupan kita. Buku ini cocok di baca kalangan remaja saat ini. Ayo ikuti petualangan Asha, Khalda, dan teman- teman di SMA Pancasila.