Oleh. Yunita Purwadi
Sumedang
MuslimahTimes.com – Deretan kasus kenakalan remaja (Juvenile Delinguency) sampai saat ini masih ramai memenuhi berbagai media sosial, salah satunya yaitu tawuran antarpelajar. Belum lama ini terjadi tawuran antarpelajar di wilayah Tangerang Selatan. Seorang pelajar berinisial MFS (17) dinyatakan meninggal dunia akibat tawuran tersebut. Kasus tersebut bermula dari pesan yang dikirimkan oleh pelajar SMK Penerbangan Dirgantara terhadap pelajar SMK 7 kabupaten Tangerang yang berisi ajakan untuk tawuran. Dari video, korban MFS dibacok dari belakang oleh siswa SMK Dirgantara dengan celurit. (Kompas, 21/3/2022)
Sebelumnya terjadi pula tawuran pelajar di Jalan Lingkar Utara (Jalingkut) Brebes. Seorang pelajar kelas 3 SMP 1 Wanasari, berinisial AN tewas setelah mengalami luka bacok saat tawuran berlangsung. (Tribunnews, 21/2/2022)
Fenomena tawuran ini sungguh memprihatikan dan senantiasa terulang. Tawuran merupakan perkelahian massal yang dilakukan secara beramai-ramai atau berkelompok. Tawuran ini terkadang dipicu oleh hal sepele, namun reaksi muncul berlebihan yang akhirnya tawuran tak terelakkan.
Sekularisasi : Racun Generasi
Beragam sebab maraknya tawuran antarpelajar saat ini. Di antaranya ada faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan minimnya pendidikan agama dalam keluarga. Padahal agama merupakan suatu hal yang dapat membentengi diri untuk berbuat keburukan. Tentunya peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak-anaknya, terutama masa remaja. Masa remaja yang merupakan masa transisi, di mana mereka akan merasakan perubahan emosi dan fisik yang tidak stabil. Ini dipengaruhi oleh sistem hormon dan kelenjar dalam tubuh yang bekerja secara biologis.
Masa ini, remaja mencari pengakuan dan keberadaan di lingkungannya untuk mendapatkan identitas diri. Remaja yang tidak memiliki pemahaman dalam aturan dasar (Basic Rule) agama ia akan cenderung untuk mencapai eksistensi diri dengan berbagai cara, bisa lewat narkoba, pergaulan bebas antarlawan jenis, ataupun lewat tawuran antarsesamanya. Hal ini dilakukan agar ia mendapatkan pengakuan utuh dari teman-temannya atau lingkungannya. Di sinilah orang tua dituntut untuk membekali sang remaja dengan berbagai arahan yang sudah ditetapkan dalam agama. Agamalah yang akan menjadi pondasi utama dan bekal yang mumpuni dalam mengarungi kehidupan yang dinamis dan kompleks. Orang tua pun perlu memahami perkembangan anak remajanya, baik perkembangan secara fisik, mental, emosional, sosial, dsb.
Adapun faktor eksternal, kita dapati lingkungan yang tidak saling peduli satu sama lain. Mereka membiarkan satu sama lain berbuat keburukan. Mandulnya saling mengingatkan dalam kebaikan mengakibatkan semakin rusaknya lingkungan yang membentuk remaja saat ini. Kontrol masyarakat seakan terjebak pada hak asasi manusia (HAM). Banyak kita jumpai Ketika melihat kerusakan di tengah masyarakat seperti kebiasaan meminum minuman keras kita terasa sulit untuk menghentikannya atau sekadar menegurnya. Bahkan justru yang menegur acapkali menjadi korban amukan emosinya.
Jika kontrol masyarakat kuat, maka lingkungan sekitarnya akan terhindar dari berbagai aktivitas negatif yang dapat memengaruhi remaja. Selain itu, faktor eksternal yang tidak kalah kuatnya merusak generasi saat ini yaitu kehidupan hedonis yang dibawa oleh sistem sekuler kapitalis. Kehidupan sekuler telah mewujud dalam individu-individu generasi saat ini. Mereka berpandangan bahwa untuk meraih kebahagiaan hanyalah jika kebutuhan materi tercukupi. Mereka melepaskan diri dari halal haramnya sebuah perbuatan demi eksistensi diri. Terlebih media digital saat ini yang menyuguhkan berbagai gaya hidup anak muda versi barat. Tontonan lewat film, drama atau pun konser musik yang begitu massif telah banyak mengubah cara hidup remaja muslim saat ini. Kehidupan sekuler ini telah mewabah di berbagai lini kehidupan. Tak terkecuali dalam sector Pendidikan. Inilah yang telah menggeser nilai-nilai agama di tengah kehidupan publik.
Pendidikan Islam sebagai Solusi
Remaja merupakan aset yang berharga bagi kelangsungan hidup bernegara. Merekalah generasi penerus yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa. Remaja unggul akan mewujudkan pemimpin berkualitas, yaitu pemimpin yang akan melenyapkan berbagai penindasan dan kezaliman di muka bumi. Pemimpin yang akan senantiasa menebarkan kebaikan dan kemaslahatan untuk umat manusia. Pemimpin yang akan menata kehidupan umat manusia berada dalam keridaan sang pencipta, Allah Swt.
Untuk itu Islam memiliki segudang konsep dalam mewujudkan remaja yang hebat. Pembentukan remaja unggul tidak lepas dari sistem pendidikan terbaik. Konsep pendidikan Islam sangatlah unik. Semuanya telah diatur secara jelas dan sistematis. Sistem pendidikan Islam menyangkut beberapa hal, di antaranya;
Pertama, kurikulum berdasarkan akidah Islam. Seluruh bahan pelajar dan metode pengajaran ditetapkan berdasarkan asas tersebut.
Kedua, tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk kepribadian Islam, baik pola pikir maupun pola sikapnya. Semua bahan ajar dan keberlangsungan belajar mengajar akan senantiasa berpedoman pada landasan Islam. Berbagai materi ajar pun akan senantiasa di-filter untuk diajarkan pada peserta didik. Berbagai tsaqafah asing yang merusak tentunya tidak akan diberikan, sehingga kemurnian tsaqafah Islam tetap terjaga dan terpelihara. Oleh karena itu, umat Islam seharusnya meyakini bahwa pendidikan Islam lah yang akan mengantarkan generasi muda menuju peradaban mulia.
Wallahu ‘alam.