Oleh. Fatimah Azzahra, S.Pd
(Tim Redaksi Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com–Setiap orang tua pasti ingin anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal. Baik itu fisiknya, mentalnya, sensoris, motorik, kecerdasannya, semuanya. Namun, banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sampai-sampai pemerintah masih galak memberantas Stunting di berbagai daerah, termasuk Bandung.
Stunting di Bandung
Bandung dikenal dengan sebutan Paris Van Java. Kota yang sejuk dan indah ini banyak membuat betah para perantau hingga enggan pulang ke kota asalnya. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Bandung ternyata juga memiliki masalah banyaknya kasus Stunting.
Dilansir dari situs Bandung.go.id (29/6/2023), di tahun 2021, prevalensi stunting Kota Bandung berada di angka 26,4 persen. Lalu di tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 19,4 persen. Atau skitar 7.568 anak penderita Stunting di tahun 2021 dan pada tahun 2022 berkurang menjadi 5.660 anak. Kini, Pemkot Bandung menargetkan prevalensi stunting di Kota Bandung bisa mencapai angka 14 persen pada 2023.
Momentum Hari Keluarga Nasional 2023 diharapkan menjadi daya ungkit keberhasilan program penurunan angka Stunting. Indonesia sendiri menjadi negara dengan prevalensi stunting tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Timor Leste. Berdasarkan laporan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), tingkat prevalensinya mencapai 31,8% pada tahun 2020.
Sungguh sedih sekali mengingat Indonesia merupakan negeri yang gemah ripah loh jinawi. Bandung pun memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Genting Atasi Stunting
Berdasarkan definisi dari WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Stunting menjadi genting karena dampaknya pada anak jika tidak segera diintervensi.
Anak yang divonis stunting akan mengalami gagal tumbuh (kecil, pendek, kurus), terhambat perkembangan kognitif dan motoriknya, terganggunya perkembangan otak, metabolisme, membuat tubuh mudah terinfeksi penyakit, dan lainnya. Dengan kata lain, stunting menurunkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Maka dari itu, genting bagi pemerintah untuk mengatasi Stunting.
Penyebab Stunting
Tak ada asap jika tak ada api. Begitu juga dengan stunting, ia hadir sebagai akibat dari adanya sebab. Berbagai situs kesehatan menyatakan bahwa stunting disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah faktor sosio ekonomi (kemiskinan), pengetahuan yang rendah dalam pemberian makanan bayi dan balita, kurangnya pemberian protein hewani dalam MPASI.
Bagaimana stunting tidak terjadi jika rakyat memiliki keterbatasan akses terhadap makanan yang bergizi? Sulit akses karena tidak memiliki biaya membeli protein hewani. Bagaimana bisa membeli daging atau telur sementara para tulang punggung banyak yang di PHK dari pekerjaannya di pabrik?
Dilansir dari laman sindonews.com (31/5/2023) Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) mengungkapkan hingga saat ini terdapat ribuan karyawan di industri alas kaki dan tekstil yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK, salah satunya di kota Bandung. Apalagi mengingat saat ini sulit untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan bayaran yang layak. Sementara bantuan dari pemerintah justru habis oleh pejabat. Sehingga wajar angka Stunting masih tinggi di Jawa Barat, khususnya di Bandung.
Umar Membagi Makanan
Kiranya kisah Umar bin Khattab bisa kita tiru dan aplikasikan saat ini. Saat beliau menjadi Amirul Mukminin, Umar memenuhi kebutuhan rakyatnya dari dana kas Baitul mal. Umar pun mendirikan Dar Ad Daqiq yang bertugas membagi tepung, mentega, kurma, anggur bagi para pengungsi di tengah paceklik panjang. Bukan hanya saat paceklik, Umar bin Khattab terkenal sering melakukan blusukan untuk mengecek sendiri kondisi rakyatnya. Ingatlah kita akan kisahnya yang terkenal saat mengunjungi ibu yang memasak batu untuk anak-anaknya. Umar sendiri yang membawakan gandum dan lauk untuk keluarga tersebut. Itu beliau lakukan karena dorongan iman dan takwa pada Allah Swt. Beliau yakin beratnya tanggung jawab yang harus dipikulnya sebagai pemimpin.
Islam pun telah memberikan kewajiban bagi negara untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, termasuk kebutuhan pangan. Maka, negara harus menyediakan makanan yang halal, thayyib dan bergizi bagi seluruh rakyatnya. Bisa jadi negara membagikannya secara cuma-cuma, bisa pula negara meregulasi agar harga pangan di pasar bisa terjangkau oleh seluruh rakyatnya. Pemenuhan pangan ini ditopang oleh penerapan sistem ekonomi, politik islam juga sistem lainnya. Sudah terbukti keberhasilan penerapannya di masa lalu. Tinggal kita kembali amalkan agar bisa menjadi solusi pengentasan kemiskinan dan juga stunting di masa kini.
Wallahua’lam bish shawab.