Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
(Kontributor Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com–Dalam acara peluncuran Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama ( GKMNau) tingkat Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bandung, Jumat, 29 September 2023, Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, menegaskan peran penting keluarga sebagai unsur terkecil masyarakat dalam upaya membangun sebuah peradaban. “Jika ingin mengubah peradaban, mustahil jika tidak dimulai dari keluarga,” kata Yaqut, yang juga menjabat sebagai Ketua Satgas Nasional GKMNU (republika.co.id, 1/10/2023).
Gerakan Keluarga Maslahah NU merupakan Satgas yang ditunjuk langsung PBNU bekerja sama dengan Kementerian Agama dan akan didirikan di seluruh provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga desa/kelurahan se Indonesia. Gerakan ini untuk memberikan penguatan dan pendampingan bagi keluarga tidak hanya bagi warga NU melainkan juga masyarakat umum.
Wakil Ketua Satgas Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) Alissa Wahid menambahkan ada 10 provinsi yang akan menjadi piloting untuk tahun 2023. Yakni Jatim, Jateng, DI Yogyakarta Jabar, Banten, Lampung, Sumut, Kalsel, Sulsel dan NTB.
Program rencana GKMNU jangka pendek diantaranya konsulidasi, pematangan kemitraan, program stunting, penyiapan instrumen pelaksanaan program, uji coba kegiatan bimbingan keluarga, uji coba kegiatan bimbingan remaja di sekolah. “Ada juga prototyping kegiatan bimbingan belajar, pendataan ajuan perhutanan sosial, halaqoh kebangsaan untuk sosialisasi fikih peradaban serta peningkatan kapasitas kader NU untuk kegiatan-kegiatan kerja sama,” ujar Alissa Wahid (kemenag.go.id, 10/6/2023).
Support System Keluarga Pembangun Peradaban adalah Negara
Keluarga dibidik sebagai institusi perubahan peradaban memang bukan sesuatu yang salah. Dari sebuah keluargalah memang terciptanya kebiasaan pendidikan dan kematangan kepribadian seseorang. Namun, jika ini hanya dikerjakan oleh satgas yang bekerja sama dengan kementerian berikut partai politik sangatlah rancu. Fungsi ketiganya sangatlah berbeda, dan pada akhirnya akan mengalami kegagalan di telah jalan karena beberapa faktor.
Pertama sekaligus kedua, keluarga dan negara, fungsi keluarga memang mencetak generasi cemerlang. Yang pasti berkepribadian Islam ( syaksiyah Islam) dimana pola sikap dan pola pikirnya bersumber dari asas yang kokoh yaitu akidah Islam. Namun, keberhasilan keluarga tak mungkin bisa dilepas dari support system terbaiknya yaitu negara. Dimana negara berdiri sebagai pihak penjamin tercukupinya seluruh kebutuhan individu rakyat dari mulai sandang, pangan, papan, kesehatan , pendidikan dan keamanan.
Dengan fakta seperti hari ini dimana negara hanya bertindak sebagai regulator kebijakan dikarenakan menerapkan sistem kapitalisme, keberhasilan keluarga sebagai agen perubahan peradaban sangatlah sulit diwujudkan. Bahkan bebannya sangat berat, posisi keluarga sebagai institusi masyarakat terkecil akan sangat rentan terhadap goncangan yang terjadi akibat penerapan sistem yang salah. Banyak data yang bisa diakses hari ini yang menunjukkan betapa rapuhnya keluarga karena goncangan ekonomi, banyak pengangguran, lapangan pekerjaan sempit, hingga menarik fungsi ibu yang asalnya adalah ibu dan pengatur rumah tangga menjadi pekerja di luar dan berganti menjadi tulang punggung keluarga.
Anak kehilangan figur teladan, di luar keluarga, negara tidak menjamin adanya pergaulan sosial yang menciptakan ketenangan lahir batin bagi individu masyarakat. Liberalisasi, hedonisme, Flexing , memicu kriminal seperti perdagangan orang, zina, aborsi dan lainnya. Sementara di sisi pendidikan, negara hanya mampu menyediakan kurulikulum merdeka, yang intinya hanya mencetak tenaga kerja terampil nir aklak dan adab. Merdeka bagi perusahaan besar yang butuh tenaga kerja murah. Masih panjang lagi efek domino dampak hilangnya support sistem bagi keluarga ini. Terutama muslim.
Ketiga, partai politik semestinya bukan menjadi bagian satgas, namun berdiri di garda terdepan mencerdaskan umat, memahamkan politik hakiki yang diperintahkan Islam untuk diterapkan. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya,”Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS ali-Imran:104). Fungsi yang benar dari partai politik, menjadikan umat cerdas dalam segala hal yang berkaitan dengan posisi mereka di dunia, yaitu hamba Allah Swt. Sehingga sebuah keluarga pun akhirnya memiliki asas yang sama.
Jika melihat pada program satgas, mustahil bisa mencapai kesuksesan sesuai tujuan, sebab program hanya menyentuh teknis, bukan akar persoalan. Demikian juga maknanya terlalu kabur, gagalnya keluarga mencetak generasi cemerlang penyangga perubahan bukan disolusikan misal dengan bimbingan remaja atau keluarga semata. Harus lebih dari itu, sesuatu yang mendasar. Yaitu menjadikan akidah Islam sebagai asas dan cara pandang dalam kehidupan.
Keluarga Penyangga Peradaban Mulia Hanya dengan Sistem Islam
Allah Swt berfirman,” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS al- Ahzab:21). Rasulullah manusia utama pilihan Allah Swt adalah manusia mulia yang paling utama harus kita ittibai (ikuti), dalam artian meneledani apa pun yang beliau lakukan selama perbuatan itu tidak dikhususkan bagi beliau saja.
Dalam perjalanan hidup beliau, tidak pernah lepas dari dakwah kepada Islam, menjadikan Islam tak hanya tertera diingatan atau mushaf Al-Qur’an tapi juga diterapkan dalam kehidupan sehingga muncul generasi luarbiasa yang tak lekang oleh waktu hingga hari ini. Wallahualam bissawab.