Oleh: Linda Ariyanti, A.Md
(Pendidik dan Anggota Komunitas Muslimah Jambi Menulis)
#MuslimahTimes — Radikalisme, istilah yang kini tengah gencar di masyarakat, berbagai media membahasnya baik media elektronik, cetak, bahkan media online. Sebagaimana dilansir oleh liputan6.com, sebanyak 41 masjid yang ada di kantor pemerintahan terindikasi sebagai tempat penyebaran paham radikal. Puluhan masjid ini berada di kementerian, lembaga negara, dan BUMN.Temuan ini merupakan hasil survei Rumah Kebangsaan dan Dewan Pengawas Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) sepanjang 29 September sampai 21 Oktober 2017.
Berbagai seminar juga gencar diadakan, baik dari pemerintah maupun lembaga yang merasa risau dengan istilah ini. Tak hanya di pusat ibu kota, bahkan di daerah pun ada. Seperti yang baru saja diselenggarakan oleh Korps HMI Wati (Kohati) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi, mereka mengadakan seminar antisipasi paham radikalisme dan terorisme, Selasa (17/07/18).Radikalisme yang saat ini menjadi polemik dinilai sebagai ancaman nyata bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peran mahasiswa dinilai sangat penting dalam upaya mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme (jurnal.tanjab.com)
Radikalisme dan Islamophobia
Sebagai kaum muslim, selayaknya kita tak menelan mentah-mentah setiap propaganda yang muncul, harus ada kesadaran politik agar kita tak dipolitiki. Radikal berasal dari kata radix (bahasa latin) atinya akar. Dalam KBBI, radikal artinya mendasar, amat keras menuntut perubahan, maju dalam berpikir dan bertindak. Sedangkan radikalisme adalah paham yang sifatnya mendasar, atau paham politik yang menuntut perubahan secara fundamental.
Dari definisi tersebut, apakah ada konotasi negatif dari istilah radikalisme? Tentu tidak otomatis demikian, ini adalah istilah yang netral, tidak melekat pada bangsa atau agama apa pun itu. Jika kita bicara perubahan politik yang mendasar, apakah para pejuang kemerdekaan negeri ini yang menuntut perubahan politik disebut radikal dalam arti negatif? Kan tidak. Justru mereka melakukan hal yang sangat positif. Maka sekali lagi, jika kemudian Islam dilekatkan dengan istilah radikalisme dalam konotasi negatif, bahkan katanya membahayakan Pancasila dan NKRI, mana buktinya?
Menghambat Kebangkitan Islam
Barat yang begitu benci dan dendam terhadap Islam, tidak akan pernah diam. Mereka terus menyerang Islam agar umat menjauh dari agamanya sendiri. Dalam dokumen Rand Corporation yang berjudul Mapping The Global Future, barat telah memprediksi pada tahun 2020 akan ada empat kekuatan dunia yang muncul, salah satunya adalah bangkitnya Khilafah Islam. Mereka telah menggambarkan fiksi ini dengan begitu rinci, akhir yang mereka inginkan adalah lenyapnya institusi ini sebelum mampu menerapkan hukum Islam dalam kehidupan.
Strategi berikutnya dalam dokumen berjudul Civil Democratic Islam, Partners, Resources, and Strategies, mereka menyusun strategi agar kaum muslim tetap menerima demokrasi kapitalisme, dan menolak Islam kaffah. Umat Islam disekat-sekat menjadi empat kelompok yakni fundamental, sekular, tradisional dan modern. Dari seluruhnya, hanya Islam fundamental yang menolak demokrasi dan nilai-nilai barat, maka inilah musuh barat yang kemudian dipropagandakan sebagai Islam radikal. Sedangkan kelompok yang lain, barat gunakan untuk menyerang Islam fundamental/radikal. Mereka menggambarkan bahwa Islam radikal lah cikal bakal tindakan terorisme, padahal sungguh tidak pernah ada satu pun fakta yang bisa membuktikan hal tersebut.
Dengan demikian, jelaslah apa yang diinginkan barat dari ajaran Islam (khusunya Khilafah), mereka menebarkan Islamophobia di negeri muslim untuk membendung bangkitnya kesadaran Islam pada umat.
Islam, Jalan Kehidupan
Di negeri muslim terbesar, Islam menjadi sasaran tuduhan radikal. Ini begitu menyedihkan, tak terbayangkan oleh Rasulullah saw bahwa kini Islam dihinakan, dikriminalisasi, bahkan dicap sebagai sumber kekacauan. Padahal Islam turun untuk memberi solusi seluruh problem kehidupan, baik muslim maupun non muslim.
Berbagai kerusakan yang terjadi hari ini adalah hasil dari penerapan sistem demokrasi-kapitalisme. Kesempitan hidup yang kita rasakan sejatinya sebuah peringatan, karena kita mencampakkan aturan Islam. Allah swt berfirman yang artinya “Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sungguh bagi dia penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta(TQS. Thaha: 124).
Label radikal yang melekat pada seorang hamba yang taat aturan Islam, sungguh menunjukkan betapa jauhnya kita dari ketakwaan. Padahal keberkahan hidup hanya akan kita rasakan jika Islam diterapkan dalam kehidupan. Islam bukan hanya aturan tentang aqidah, ibadah, makanan, pakaian dan akhlak, tapi juga aturan tentang ekonomi, politik, sosial budaya, kemananan, pendidikan, kesehatan, dll.
Sangat keliru jika menuduh Islam fundamental/radikal sebagai pemecah belah umat, padahal Islam pernah menyatukan dua pertiga dunia dibawah panji tauhid. Justru yang kini memecah belah persatuan kaum muslim adalah Amerika Serikat sebagai negara super power pemegang kendali ideologi kapitalisme. Mari kita kembali kepada Islam Kaffah agar hidup kita berkah, sungguh tegaknya khilafah adalah janji Allah swt dan kabar gembira dari Rasulullah saw.